Catatan oleh Stenly Rehardson
MALANG POSCO MEDIA, BADUNG – Penggawa Arema FC terus memperbaiki chemistry. Di tengah keterpurukan tim yang belum juga bisa lepas dari zona merah, kini mereka mau bertanding melawan Persis Solo, Sabtu (9/12) malam dengan lebih menggunakan ‘hati’.
Ya, dalam kondisi terpuruk dan segala upaya sudah dilakukan untuk bangkit, anak asuh Fernando Valente ini tak mau menyerah. Masih ada 13 laga yang menyediakan puluhan poin, yang bisa diraih untuk mengangkat posisi Arema FC.
Berada di peringkat 16 tentunya bukan hasil yang bagus bagi tim sekelas Arema FC. Apalagi, kini kompetisi sudah memasuki 1/3 akhir.
Alfarizi sang kapten tim yang banyak melewatkan waktu dan absen di putaran pertama, akhirnya turun tangan. Ia tampak tak rela berdiam diri. Sejauh yang dia bisa, sebagai arek asli Malang dan sudah dari masa anak-anak di Arema, ia mencoba melakukan apa yang dia bisa.
Dengan berbagai pengalaman dan kondisi yang pernah dia lewati tentunya. Bersama Dendi Santoso, salah satu living legend pula yang tak pernah merasakan berpindah klub (kecuali Alfarizi sempat dipinjamkan ke Persija setengah musim), dua pemain ini tahu pahit manisnya membela Arema.
Mulai dari juara ketika Piala Soeratin di masa remaja, lantas promosi ke tim senior nyaris berbarengan, merasakan euforia juara liga, menghadapi masalah dualisme, hingga berjuang lepas dari degradasi.
Alfarizi pun meminta waktu, untuk berbicara dari hati ke hati kepada para rekannya. Deep talk. Ia membuka percakapan ketika para pemain baru selesai latihan. Masih capek, penuh keringat dan terkena sengatan matahari. Di tengah lapangan.
Setelah teriakan ‘Salam Satu Jiwa’ yang menandai berakhirnya latihan, para pemain berkumpul. Membentuk lingkaran. Mereka duduk masih menggunakan seragam latihan tadi. Alfarizi membuka percakapan tersebut. Dan tanpa ada tim pelatih. Hanya pemain.
“Kapten (Alfarizi) tadi memang mencoba meminta kepada pelatih untuk ngobrol bareng pemain. Ya saling berbagi motivasi, berbicara lebih dari hati ke hati antarpemain,” kata General Manager Arema FC M. Yusrinal Fitriandi.
Pelatih Fernando Valente pun mempersilahkan. Ia tak mau terlibat dalam ‘deep talk’ tersebut. Alfarizi mencoba berbicara. Sudah setengah musim lebih memang, ia tak bisa ngomong langsung kepada semua pemain. Masalah cedera menghalanginya.
Tentunya kesempatan berbicara yang resmi, bukan sekadar ngobrol santai yang juga mereka jalani ketika mengisi waktu senggang
Alfarizi berbicara dengan bahasa Indonesia. Pemain asing pun menyusun tempat untuk duduk. M. Rafli berada di sebelah Julian Guevara dan Julian Schwarzer, menerjemahkan ke dalam bahasa Inggris apa yang disampaikan Jhon. Lantas, Julian Guevara melanjutkan arti ke Ariel Lucero. Pemain asing lainnya, Charles Raphael mendapatkan arti dari Achmad Maulana, yang diteruskan pada Gilbert Alvarez yang juga tak bisa berkomunikasi dengan Bahasa Inggris.
Sementara, Ginanjar Wahyu menerangkan pada Charles Lokoli Ngoy, dan Bagas Adi Nugroho ke Ichaka Diarra.
Kurang lebih 30 menit. Deep talk tersebut berlangsung. Bukan hanya Alfarizi yang berkomunikasi, karena tentunya mereka ingin ada komunikasi dua arah. Pemain asing seperti Guevara pun menunjukkan bagaimana experience-nya. Ia tak ketinggalan memberikan motivasi.
Begitu pula Charles Raphael. Gelandang yang kini sering bermain sebagai stoper tersebut, selama ini kerap mengemban ban kapten, saat Alfarizi, Dendi dan Bagas tak ada di tengah lapangan.
Ya semoga setelah deep talk tersebut, chemistry di lapangan semakin kuat, kolektivitas semakin kuat dan Arema FC segera kembali ke jalur kemenangan serta melepaskan diri dari zona merah. (ley)