MALANG POSCO MEDIA – Liburan lebaran tahun ini penuh cerita. Terutama bagi para awak media yang tetap bertugas, saat lainnya berlibur. Di Malang Posco Media (MPM) berlaku piket. Dimulai 28 Maret sampai 5 April lalu.
Selama sembilan hari itu, MPM tetap menyuguhkan berita-berita yang terkini dan real time. Setiap harinya ada dua wartawan, satu redaktur dan dua tim digital serta artistik yang bertugas menyajikan berita untuk masyarakat.
Salah satunya adalah saya, Ian Nurmajidi Umar wartawan MPM yang bertugas piket pada awal libur lebaran. Ini pengalaman luar biasa. Apalagi saya melihat begitu besar dedikasi penuh perjuangan yang dicurahkan oleh kawan saya lainnya.
Misalnya seperti kawan saya Fransisca Angelina yang bertugas non stop seharian tidak mengenal cuaca. Saat liputan, juga sekaligus melakukan live report di lokasi. Salah satunya saat live di New Wisata Wendit.
“Hujan hujanan, tapi seru aja karena yang nonton banyak karena ingin tahu New Wendit yang baru seperti apa. Jadi lumayan capek sama haus karena ngomong terus hampir sejam keliling di Wendit,” ungkap Siska, sapaannya.
Begitu juga saat live pantauan arus mudik di Gerbang Tol (GT) Singosari Karanglo yang juga sempat dalam kondisi hujan. Dengan respon cepat, akhirnya live report saat itu disesuaikan dengan melakukan live di dalam mobil selama perjalanan dari GT Singosari Karanglo hingga ke Kota Malang. Meski selama piket cuacanya panas dan hujan, Siska mengaku sangat menikmati piket kali ini.
“Banyak netizen tanya-tanya juga dan berinteraksi kasih info dimana yang macet dan padat. Ya asik aja,” kesan dia.
Selain dirinya, piket lainnya M. Rexy Qolbi juga menjalankan tugas yang sama. Bahkan, Pemred Malang Posco Media Muhaimin juga turun langsung melaporkan kondisi arus mudik di beberapa lokasi, sambil menyunting berita teman-teman wartawan.
“Cerita menarik piket, saya bisa membantu live report perdana MPM di edisi lebaran 2025. Bisa mengawal, menginformasikan arus lalin, dan kondisi moda transportasi,” kata M. Rexy Qolbi.
Sementara Stenly Rehardson, rekan wartawan satu lagi bertugas di Kota Batu dan Kabupaten Malang sisi selatan dan barat. Ini adalah pengalaman pertama yang menantang, karena harus bertugas di dua tempat yang tentunya lebih jauh luas secara coverage.
Alhasil, strateginya kalau pagi hari berburu berita di Kota Batu, maka siang menuju sore saya akan menyisir di Kabupaten Malang. Begitu pula sebaliknya, jika pagi dimulai di Kabupaten Malang, maka siang ia bergeser ke Kota Batu.
“Ada hal menarik di piket Lebaran kali ini. Saya bertugas pula ala-ala reporter televisi. Tim piket sempat diminta live report. Saya sempat live di beberapa lokasi seperti Exit Tol Singosari, kawasan jalan utama di Kota Batu, Terminal Batu, tempat wisata dan shuttle bus,” kata dia.
“Awalnya deg-degan, tapi ketika mic sudah terpegang, lumayan lah untuk anak yang baru kali pertama live report, demi update berita bagi masyarakat di Malang Raya,” sambungnya.
Begitu juga yang dirasakan Slamet Prayitno, Koordinator Tim Digital yang juga ikut liputan dan live report di lokasi. Sejak bersama Malang Posco Media, ia yang akrab disapa Cak Tem ini selalu kebagian piket Lebaran tiap tahunnya. Tapi, bagi Cak Tem, ia merasa piket kali ini ada yang sangat spesial, yaitu produk dari Malang Posco Media menjadi sangat lengkap.
Yakni selain Instagram @malangposcomedia, juga sudah ada TikTok @malangposcomedia, Channel YouTube Malang Posco Media beserta YouTube short-nya, X @MalangPosco. Kemudian feed dari platform kami berupa epaper, news video, live report di reels Instagram dan live TikTok. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri baginya.
“Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kami melengkapi dengan adanya live report dan juga rekan rekan wartawan yang bertugas menyertakan video kejadian yang kita olah menjadi news video untuk platform digital kami,” beber Cak Tem.
Sementara saya sendiri, juga kurang lebih hampir sama dengan teman-teman lainnya. Sedikit perbedaannya, saya tidak berhasil menuntaskan tugas piket lebaran. Masa tugas piket saya, telah ditentukan pada 28-30 Maret dan satu lagi piket pada 5 April. Total empat hari piket.
Tiga hari pertama, saya bersyukur bisa menuntaskan tugas. Namun pada 5 April, mendadak saya tidak bisa bertugas. Penyebabnya, hari sebelumnya pada 4 April, istri saya yang tengah mengandung tiba-tiba merasa sakit batuk yang cukup keras. Bahkan, saat batuk ini sampai keluar darah.
Sebenarnya batuk darah ini pernah terjadi pada trimester pertama dan trimester kedua. Namun pada 4 April kemarin berbeda karena darah yang dikeluarkan cukup banyak. Alhasil di hari itu juga saya memutuskan periksa ke bidan, setidaknya untuk memastikan kondisi bayi kami lebih dulu.
“Coba cari bidan yang buka dulu aja, kalau tidak ada, langsung ke IGD saja tidak apa-apa. Soalnya kalau masih libur, mestinya masih tutup,” kata saya waktu itu kepada istri saya.
Benar saja, cukup sulit mencari praktik bidan yang buka waktu itu. Beberapa jam kami cari informasi, akhirnya ketemu ada praktik bidan yang sudah buka. Langsung saja saya dan istri menuju kesana. Singkat cerita, saking beratnya batuk istri saya, derajat detak jantung bayi saya cukup tinggi. Dari normalnya 150, saat itu mencapai 190.
Sederhananya, pasokan oksigen untuk bayi berkurang karena ibunya mengalami sesak akibat batuk. Sehingga mengakibatkan detak jantung bayi jadi sangat tinggi.
Menurut bidan, kondisi ini harus segera dikonsultasikan oleh dokter spesialis. Karena biasanya, berdasar pengalamannya, jika dibiarkan begitu terus, kesehatan bayi dipertaruhkan. Ketika bayi lahir, bisa saja tidak menangis, yang menunjukkan ada gangguan kesehatan. Sementara seharusnya, saat bayi lahir biasanya langsung menangis.
Jadi lah saat itu, kami langsung dirujuk ke rumah sakit dengan pengantar dari bidan. Langsung masuk ke IGD RS Mutiara Bunda. Berdasarkan pemeriksaan dokter IGD dan dokter spesialis kandungan, ternyata disarankan untuk segera operasi sectio-caesaria untuk mengeluarkan bayinya. Dari segi usia maupun kondisi bayi, ternyata sudah memenuhi kriteria untuk operasi. Meskipun sebenarnya, Hari Perkiraan Lahir (HPL) semestinya baru pada akhir April ini.
Sebelum operasi, istri saya perlu mendapatkan pengobatan dulu untuk batuk darahnya. Ketika sudah membaik, baru keesokan harinya dilakukan operasi sesar. Tepat pada 5 April, Alhamdulillah putra ketiga saya lahir dengan kondisi sehat sepenuhnya. Begitu juga dengan istri saya.
Selain dari keluarga besar, dukungan juga mengalir dari rekan-rekan MPM dengan mengucapkan selamat dan menyampaikan doa-doanya. Alhamdulillah. (ian/van)