Malang Posco Media – Penyebaran paham dan ideologi radikal atau radikalisme agama masih menjadi ancaman serius dalam kehidupan bangsa dan negara Indonesia.
Hal di atas terungkap di seminar penanggulangan radikalisme dan terorisme yang diprakarsai Jaringan Muslim Madani (JMM) di Ponpes Mahasiswa Al Hikam Malang, Sabtu (19/2/2022).
Direktur Eksekutif JMM, Syukron Jamal mengungkapkan, di era industri 4.0 ditandai pergeseran penyebaran paham dan pemikiran pada dunia digital.
Dimana media sosial menjadi arena pertarungan ideologi dan paham (ghuzwatul Fikri) tidak terkecuali paham keagamaan.
“Saat ini salah satu penyebaran ideologi yang massif adalah ideologi keagamaan yang bertentangan dengan ajaran agama. Seperti radikalisme, ekstremisme dan bahkan terorisme,” katanya.
Sementara itu Pengasuh Ponpes Mahasiswa Al Hikam, KH. Muhammad Nafi mengungkapkan, peran santri wanita sangat penting terutama dalam melahirkan generasi penerus bangsa dalam menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Santri wanita sangat prioritas untuk diberikan wawasan kebangsaan, karena peran wanita sangat penting sebagai Ibu dalam melahirkan generasi terbaik,“ jelasnya (19/02/2002)
Di sisi lain, Walikota Malang Sutiaji mengungkapkan, era informasi merupakan sebuah tantangan bagi generasi muda sebagai penerus bangsa.
Karena saat ini Indonesia sudah menjadi primadona dunia. Banyak pihak tidak senang jika kita maju, damai dan kondusif dengan menyebarkan berbagai ideologi merusak keutuhan bangsa.
“Jika Indonesia utuh maka menjadi ancaman dunia, maka mereka menciptakan agar keadaan tidak kondusif,” papar Sutiaji.
Sutiaji mengingatkan agar generasi muda memperkokoh kepribadian atau karakter Indonesia dalam menangkal ideologi radikal.
“Gali informasi dan kuatkan literasi adalah salah satu bentuk untuk menguatkan jati diri kita sebagai generasi bangsa,” tambahnya.
Kasubdit Kontra Naratif, Direktur Pencegahan Densus 88 Polri, Mayndra Eka Wardhana saat ini jaringan teroris sudah terbuka dan tidak tertutup seperti dahulu dalam merekrut anggotanya.
“Saat ini sejak Parawijayanto memimpin JI, perekrutan kader teroris secara terbuka dan berbanding terbalik saat JI dipimpin oleh Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba’asyir, yang secara diam-diam,” jelasnya.
Senada Mayndra, Mantan napi teroris Hendi Suhartono mengungkapkan media sosial sangat berpengaruh dalam perekrutan orang menjadi teroris dan ini sudah dipergunakan dengan baik oleh kelompok teroris.
“Bahkan mereka belajar tidak bertemu dengan para mentornya tetapi mereka belajar dari video-video yang tersebar di media sosial. Kita sekarang harus sangat waspada,” terang Hendi yang hadir secara virtual. (has)