.
Thursday, November 21, 2024

Desa Terbersih di Dunia, Dilarang Menggunakan Kendaraan Bermotor

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Desa Adat Penglipuran

Pesona yang ditawarkan Pulau Dewata Bali seolah tak ada habisnya. Setiap lokasinya menyuguhkan daya tarik tersendiri yang mampu menyihir para wisatawan untuk kembali lagi. Mulai dari pantainya yang menenangkan, bentangan alamnya yang mengagumkan, pesona bawah lautnya yang spektakuler, keharmonisan masyarakatnya, hingga suguhan kulinernya yang menggoyang lidah.

Satu lagi yang wajib masuk list kunjungan saat ke Bali adalah Desa Penglipuran yang terletak di Kabupaten Bangli, Bali. Namanya tentu sudah tak asing, sebab Desa Penglipuran adalah desa adat yang menjadi primadona pariwisata di Bali. Bukan tanpa alasan, Desa Penglipuran masuk ke dalam destinasi populer dan wajib dikunjungi karena beberapa keunikan yang dimilikinya.

Malang Posco Media dapat kesempatan menikmati keunikan Desa Penglipuran saat mengikuti Media Gathering Tahun 2023 bersama Kantor Perwakilan Bank Indonesia Malang, 28-31 Agustus 2023 lalu. Rombongan perwakilan media di Malang Raya dipimpin langsung Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Malang, Samsun Hadi mengunjungi desa adat tersebut. Ikut hadir juga Deputi Kepala Perwakilan Kantor BI Malang, Achmad P Subarkah.

Rombongan media bersama BI Malang disambut langsung Ketua Adat Desa Penglipuran, I Wayan Budiarta. Tak semua pengunjung diterima Ketua Adat layaknya tamu. Kali ini, secara simbolis I Wayan Budiarta menyambut kedatangan rombongan dari BI Malang dengan mengenakan udeng Bali kepada Samsun Hadi dan Achmad P Subarkah.

“Saya sebagai Ketua Adat Penglipuran menjalankan tradisi masyarakat agar teta dilaksanakan, kebetulan bersama Bank Indonesa kita sudah bekerja sama sejak tahun 2012. CSR Bank Indonesia untuk membantu desa wisata, seperti menyiapkan fasilitas pendukung untuk homestay, rumah warga yang layak disewakan, juga untuk membantu penunjang digital,” terang I Wayan Budiarta memastika sejak tahun 1993 Desa Penglipuran diputuskan sebagai Desa Wisata.

Apa saja keunikan Desa Penglipuran? Pertama desa ini pernah dinobatkan sebagai desa terbersih di dunia.  Terbaru, destinasi ini masuk dalam Sustainable Destinations Top 100 versi Green Destinations Foundation. Saat memasuki desa ini, pengunjung disambut dengan deretan tanaman hijau. Semakin masuk ke area desa, udara dan pemandangan semakin terasa sejuk dan asri dengan pemandangan pagar tanaman  yang menghiasi seluruh area desa. Saat mengelilingi desa ini, dilarang menggunakan kendaraan bermotor. Hal ini dilakukan untuk menjaga lingkungan Desa Penglipuran agar bebas dari polusi.

 Keunikan kedua, sebagai desa adat yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai luhur nenek moyang, tata ruang Desa Penglipuran mengusung patokan adat yang sudah turun temurun.  Desa ini dibangun dengan Konsep Tri Mandala, di mana tata ruang desa dibagi menjadi tiga wilayah yakni Utama Mandala, Madya Mandala, dan Nista Mandala.

Pembagian wilayah tersebut diurutkan dari wilayah paling utara hingga paling selatan. Di wilayah utara, ada Utama Mandala. Wilayah ini merupakan tempat suci atau tempat para dewa. Di sini pula lah tempat beribadah didirikan. Di bagian tengah, ada zona yang disebut sebagai Madya Mandala. Zona tengah merupakan pemukiman penduduk, di mana rumah-rumah penduduk dibangun berbanjar di sepanjang jalan utama. Sedangkan,  wilayah paling selatan disebut dengan Nista Mandala. Tempat ini adalah zona khusus untuk pemakaman penduduk.

Selain itu, keseruan liburan di Desa Penglipuran akan semakin bertambah ketika menyusuri hutan bambu yang luasnya mencapai 45 hektare atau sekitar 40 persen dari luas keseluruhan Desa Penglipuran. Hutan bambu yang mengelilingi desa ini terus dijaga dan dilestarikan sampai saat ini sebagai bentuk pelestarian warisan dari para leluhur dan wujud nyata dalam  menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.

Masyarakat setempat juga percaya, bahwa hutan bambu ini adalah bagian dari awal sejarah keberadaan mereka. Selain itu, hutan bambu ini juga  bukan hanya berfungsi untuk memperindah saja, namun juga memiliki fungsi sebagai kawasan resapan air. Itulah mengapa, hutan bambu ini juga kerap disebut sebagai hutan pelindung desa.

Berikutnya, seperti desa adat lainnya di Bali, Desa Penglipuran juga memiliki ritual keagamaan yang terus dijalankan hingga saat ini. Salah satu ritual besarnya adalah Ngusaba yang biasa dilakukan untuk menyambut Hari Raya Nyepi. Selain itu, setiap 15 hari sekali, masyarakat di sana juga akan datang ke Pura Penataran untuk bersembahyang. Ritual ini terus dilakukan karena sudah diajarkan oleh para tetua adat dan merupakan ajaran yang diwariskan oleh para leluhur.

Pesona lain yang ditawarkan oleh Desa Penglipuran adalah sebuah festival budaya yang disebut Penglipuran Village Festival. Acara ini biasanya diselenggarakan di akhir tahun dengan rangkaian kegiatan yang beragam, mulai dari parade pakaian adat Bali, Barong Ngelawang, parade seni budaya, dan berbagai lomba lainnya. Setiap agenda ini diadakan, biasanya jumlah wisatawan akan membludak untuk menyaksikan berbagai kegiatan yang memamerkan seni dan budaya khas Bali. (Bua)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img