MALANG POSCO MEDIA- Dua orang terdekat tersangka kasus robot trading Auto Trade Gold (ATG) Wahyu Kenzo diperiksa Polresta Malang Kota, Selasa (14/3) kemarin. Yakni Anggie Maulida alias AM istri Wahyu Kenzo.
Satunya lagi yang diperiksa, Desy Dwiasti. Ia merupakan pemilik rekening penampung dana member ATG. Dua wanita itu menjalami pemeriksaan sekitar 3,5 jam.
Untuk Dessy ini merupakan panggilan kedua, pasalnya ia tak hadir saat panggilan pertama. Sementara panggilan pemeriksaan Anggie Maulida kemarin merupakan panggilan pertama.
Kapolresta Malang Kota Kombes Pol Budi Hermanto mengatakan, Dessy berperan sebagai pengumpul dana dari member robot trading ATG. Ia pemilik rekening dengan atas nama pribadinya.
Pria yang akrab disapa Buher itu mengungkapkan, rekening atas nama Dessy telah ditutup sejak awal tahun 2022. “Kami sudah meminta keterangan kepada pihak bank terkait, alasan penutupan rekening tersebut,” ujar Buher.
Kasi Humas Polresta Malang Kota Iptu Eko Novianto mengatakan, Dessy sebelumnya sudah mangkir saat panggilan pertama yang dijadwalkan Sabtu (11/3) lalu.
Pemeriksaan keduanya ini menyusul tersangka baru berinisial RE alias Raymond Ennovan, warga Jalan Danau Jonge Kecamatan Kedungkandang Kota Malang. Ia merupakan satu dari tiga founder ATG Malang.
Sebelumnya Raymond Ennovan juga berstatus sebagai saksi saat diperiksa Satreskrim Polresta Malang Kota bersama saudaranya berinisial RR. Berdasarkan hasil temuan yang diselidiki penyidik
dan dari pengakuan tersangka sebelumnya, RE secara resmi ditetapkan tersangka Senin (13/3) lalu.
“Sementara, untuk detailnya kami akan merilis tersangka baru kasus robot trading ATG, secara resmi. Sekaligus dalam kesempatan tersebut kami akan menyampaikan, peran dan posisi serta bagaimana proses penentapan tersangka baru tersebut,” tandasnya.
Sementara itu, apresiasi terhadap Polresta Malang Kota mengusut kasus robot trading ATG masih bermunculan. Salah satunya datang dari LIRA Malang Raya. Mereka sekaligus mendorong Polresta Malang Kota kembali tetapkan tersangka baru usai audiensi dengan Kapolresta Malang Kota Kombes Pol Budi Hermanto, Selasa (14/3) kemarin. Saat ini sudah ada setidaknya dua tersangka dalam penanganan kasus tersebut, dan tersangka baru bernama Raymond Ennovan alias RE.
Ketua LIRA Malang Raya M. Zuhdy Achmadi mengatakan melalui tim investigasi LIRA Malang Raya, berbagai bukti tambahan, keterangan saksi korban, serta beberapa informasi aset milik Wahyu Kenzo sudah diserahkan ke pihak Polresta Malang Kota.
“Kami di sini sudah berkoordinasi dengan LPSK. Agar para korban ini berani bersuara. Kami di sini menegaskan tidak peduli dengan karangan bunga dukungan kepada Wahyu Kenzo dan ATG. Karena hak-hak korban ini yang harus diperhatikan,” jelasnya kepada Malang Posco Media, kemarin.
Ia menyebut bahwa pengusutan kejahatan transnasional ini harus dikawal hingga tuntas. Karena banyak korban yang terjebak, karena tidak semua memahami perkembangan teknologi. Apalagi dengan iming-iming atau tawaran keuntungan yang cepat dan besar.
“Polri ini sudah punya tim siber, dan ini harus digencarkan. Kami berharap apa yang kami berikan ini, bisa membantu penyidik. Kami mengawal agar ada penambahan tersangka lain. Ini bisa menambah jaminan, agar uang yang sudah kompleks tersebar bisa besar kemungkinan kembali ke para korbannya,” lanjut pria yang akrab disapa Didik itu.
Sementara itu, ketua tim investigasi LIRA Malang Raya Moh. Ula di dampingi amggota timnya Wiwid Tuhu Prasetyanto mengatakan masih ada dua founder ATG Malang yang layak menjadi tersangka. Keduanya berinisial A dan HP. Posisi A dan HP dianggap setingkat dengan RE alias Raymond Ennovan yang sudah ditetapkan tersangka terlebih dahulu.
“Mereka ini sama-sama founder tingkatnya, dan mereka berasal dari Malang. Para founder ini mendapatkan keuntungan, bagi mereka yang trading secara bersamaan yakni dua dollar. Kemudian juga dari selisih kurs. Member saat deposit kursnya di kisaran Rp 15 ribu dan withdraw di kisaran Rp 14 ribu. Para founder ini juga difasilitasi mobil mewah oleh Wahyu Kenzo,” beber Ula.
Saat ini sudah ada lebih kurang 25 member yang dinaungi LIRA Malang Raya. Mereka merupakan member, ada juga yang berstatus
Introduce Broker (IB).
Ula menjelaskanan bahwa sistem struktur ATG ini ada tiga tingkatan. Terdiri dari owner yakni Wahyu Kenzo, tepat di bawahnya ada founder, dilanjutkan Master Introduce Broker (MIB) dan Introduce Broker (IB). Kemudian baru para member yang berada di bawahnya.
Dari tingkatan founder hingga IB ini yang bertugas mengajak member bergabung. Mereka yang kemudian memberikan janji manis, hingga tawaran lain yang membuat calon membernya tergiur, dan akhirnya mau untuk bergabung dengan ATG.
“Kami di sini turut mengingatkan, agar masyarakat tidak mudah tergiur. Sebelumnya mereka menjual robot trading ini secara langsung. Kemudian di Oktober 2021 itu, mereka mengemas penjualan robot trading ini dengan produk susu bernutrisi,” jelasnya.
Ia juga mengimbau agar para korban tidak bergerak sendirian. Sebisa mungkin berbagi dengan korban lain, dan bisa membentuk sebuah paguyuban. Karena apabila bergerak sendiri, rawan bias dan bisa dibelokkan dengan pihak yang berkepentingan. Serta pihak yang sudah mendapatkan keuntungan dari robot trading tersebut.
“Masyarakat ini harus punya wawasan. Untuk kaya harus bekerja keras. Jangan tergiur dengan hal yang mudah, tetapi punya keuntungan besar. Jangan pernah berharap bisa kaya secara instan, karena rawan terjadinya tindak penipuan,” tandas Ula. (rex/van)