spot_img
Friday, April 19, 2024
spot_img

Andalkan SPAM dan Rekayasa Jaringan

Dewan Desak Ganti Sendiri Pipa Pecah

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA – Perumda Tugu Tirta Kota Malang tak bisa berbuat banyak terkait pipa air yang berulang kali pecah di kawasan Kidal maupun Pulungdowo Kecamatan Tumpang. Pasalnya pipa yang panjangnya 15 kilometer ini merupakan aset hibah dari Kementerian PUPR. Maka sementara ini SPAM dan rekayasa jaringan air saja yang bisa diandalkan jika kejadian pecah pipa terjadi.

Sementara Komisi B DPRD Malang meminta Perumda Tugu Tirta untuk berani bersikap tegas dengan mengganti sendiri pipa yang pecah. Solusi itu dimaksudkan agar persoalan penggantian pipa pecah tidak hanya menunggu pusat karena membutuhkan waktu lama. Karena dampaknya masyarakat, khususnya pelanggan air yang terus merasa dirugikan.

Dirut Perumda Tugu Tirta Kota Malang M Nor Muhlas menjelaskan seperti kejadian pipa pecah di Desa Kidal beberapa hari lalu, ada beberapa hal yang dilakukan pihaknya. Pertama adalah melakukan rekayasan jaringan aliran air dan mengandalkan SPAM.

“Kita lakukan rekayasa jaringan itu. Jadi mengambil pasokan aliran air bersih dari jaringan lain. Ketika ada pipa pecah seperti di Pulungdowo dan Kidal, kita interkoneksikan lagi dengan jaringan lain. Memang tidak bisa maksimal setidaknya bisa mengurangi wilayah yang terdampak pipa pecah,” tegas Muhlas kepada Malang Posco Media kemarin.

Diakuinya dengan melakukan rekayasa jaringan ini, misal dari 1.000 rumah yang terdampak aliran air macet, bisa berkurang setidaknya 300 rumah terdampak. Muhlas menjelaskan kembali jika SPAM Sawojajar yang baru dibangun Perumda Tugu Tirta juga akan menjadi solusi jangka pendek jika terjadi. Saat ini proses filterisasi air dalam SPAM masih dilakukan dan diyakini dalam waktu dekat proses filterisasi selesai dilakukan.

“Kalau SPAM ini sudah selesai filterisasinya, jika ada pipa pecah air bisa dialiri dari sini ke kawasan-kawasan seperti kawasan Kedungkandang dan sekitarnya. Bisa dibackup, tapi kita harus pastikan airnya layak dulu,” ungkap Muhlas.

Terkait jangka panjangnya, Muhlas menegaskan pihaknya masih membangun kembali komunikasi dengan pemerintah pusat maupun Pemprov Jatim untuk turut mencarikan solusi penggantian pipa tersebut. Sebelumnya, kata Muhlas, sudah ada pihak BBWS (Balai Besar Wilayah Sungai) Brantas datang melakukan pengecekan lapangan aliran air hingga ke Kawasan Pulungdowo dan Kidal.

“Kita belum lama ini kan sudah didatangi dan dicek lapangan oleh BBWS. Ada rencana realisasi penggantian pipa ini. Kita masih tunggu kelanjutannya, mudah-mudahan segera kalau ndak tahun ini, tahun depan,” tegasnya.

Sementara itu menurut pantauan Malang Posco Media kemarin, ada beberapa wilayah pemukiman yang masih belum teraliri air pasca perbaikan pipa di Desa Kidal selesai dilakukan. Salah satunya berada di kawasan Kelurahan Buring.

Mengenai hal ini Muhlas menjelaskan proses normalisasi sehingga air bisa mengalir langsung ke rumah dengan lancar memang membutuhkan waktu. Jika lokasi perumahan/ pemukiman berada di dataran tinggi, diperkirakan membutuhkan waktu lebih lama dari yang lain.

“Nah ketika air ini sudah mengalir, pasti akan mengalir ke dataran lebih rendah dulu. Biasanya orang akan buka keran pol-polan. Sehingga yang di atas (pemukiman yang lebih tinggi) harus menunggu. Yang jelas air sudah mulai mengalir sejak kemarin,” pungkas Muhlas.

Terkait kejadian pipa pecah ini, Perumda Tugu Tirta dianggap masih bisa melakukan upaya lebih konkret selain hanya mengandalkan rekayasa jaringan air dan SPAM. Yakni dengan mengambil tindakan tegas mengganti sendiri pipa hibah tersebut.

Ini ditegaskan Sekretaris Komisi B DPRD Kota Malang Arief Wahyudi. Ia mengatakan Pemkot Malang melalui Perumda Tugu Tirta dikatakannya jangan hanya menunggu dari pusat saja. “Kalau kita hanya menunggu dari pusat ya antrenya panjang yang tentunya akan merugikan masyarakat Kota Malang sebagai konsumen. Kenapa kok tidak berani mengganti dengan memakai anggaran sendiri? Saya yakin tidak ada aturan yang dilanggar, karena sifat pipa tersebut dulunya hibah,” tegasnya.

Politisi PKB ini menambahkan jika alasannya karena pipa adalah aset hibah, artinya menjadi keputusan tunggal penerima hibah untuk menindaklanjuti. Dan, pemberi hibah sudah tidak mempunyai tanggungjawab apapun atas barang yang dihibahkan.

Ia melanjutkan jika hasil kajian menunjukkan pipa sudah tidak layak lagi baik karena faktor usia maupun faktor volume air yang bertambah seiring bertambahnya pelanggan, maka bisa segera dilakukan peremajaan daripada terus menjadi keluhan msyarakat.

“Jika anggaran besar, ya memang sudah tugas Perumda Tugu Tirta. Kan, tidak hanya mencari profit semata, namun sebagai pelayanan publik, sebesar apapun anggaran yang dibutuhkan demi pelayanan publik yang prima harus dilakukan,” pungkas Arief.(ica/lim)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img