Hari ke-7, 19 Jenazah Ditemukan, Total 45 Meninggal
MALANG POSCO MEDIA- Pencarian korban runtuhnya bangunan musala Ponpes Al Khoziny Buduran, Kabupaten Sidoarjo, memasuki hari ketujuh, Minggu (5/10) kemarin. Sebanyak 19 jenazah dievakuasi dari reruntuhan puing dan beton bangunan. Dalam dua hari terakhir, evakuasi korban meninggal melonjak, sehingga telah ditemukan Tim SAR Gabungan total mencapai 45 orang.
Dalam dua hari terakhir, tim SAR Gabungan memang bekerja nonstop. Hal ini terlihat sejak Sabtu (4/10) lalu ketika mengevakuasi 12 korban hingga tengah malam. Dilanjutkan Minggu kemarin, bahkan sudah menemukan sejak pukul 00.13 WIB dan tercatat sebagai korban ke-40.
Lantas, korban ke-41 dievakuasi pada pukul 00.29 WIB, korban ke-42 dievakuasi pada pukul 00.50 WIB, korban ke-43 dievakuasi pada pukul 00.52 WIB, korban ke-44 dievakuasi pada pukul 01.34 WIB, korban ke-45 dievakuasi pada pukul 01.41 WIB, korban ke-46 dievakuasi pada pukul 01.46 WIB, korban ke-47 dievakuasi pada pukul 01.53 WIB, korban ke-48 dievakuasi pada pukul 02.37 WIB, korban ke-49 dievakuasi pada pukul 03.00 WIB, korban ke-50 dievakuasi pada pukul 03.24 WIB.
Setelah sempat berhenti karena kembali membongkar reruntuhan, korban ke -51 dievakuasi pada pukul 10.52, korban ke -52 dievakuasi pada pukul 11.45, korban ke -53 dievakuasi pada pukul 14.25, korban ke -54 dievakuasi pada pukul 15.02, korban ke -55 dievakuasi pada pukul 15.15, korban ke -56 dievakuasi pada pukul 15.28, korban ke -57 dievakuasi pada pukul 15.40, dan korban ke -58 dievakuasi pada pukul 16.03.
Sebelumnya, pada hari Sabtu, jenazah pertama atau korban ke-28 berhasil ditemukan dan dievakuasi tim SAR gabungan pada pukul 14.35 WIB, korban ke-29 dievakuasi pada pukul 16.15 WIB, dan korban ke-30, yaitu satu body part dievakuasi pada pukul 17.35 WIB.
Pada pukul 21.10 WIB, tim SAR gabungan berhasil mengevakuasi korban ke-31 di sektor A1. Sementara itu 8 korban meninggal lainnya ditemukan di sektor A3.
Beruntun korban ke-32 dievakuasi pada pukul 21.56 WIB, korban ke-33 dievakuasi pada pukul 22.01 WIB, korban ke-34 dievakuasi pada pukul 22.46, korban ke-35 dievakuasi pada pukul 22.57 WIB, korban ke-36 dievakuasi pada pukul 22.59 WIB, korban ke-37 dievakuasi pada pukul 23.01 WIB, korban ke-38 dievakuasi pada pukul 23.26 WIB, dan korban ke-39 dievakuasi pada pukul 23.29 WIB.
Kepala Kantor SAR Kelas A Surabaya Nanang Sigit selaku On Scene Coordinator (OSC) menjelaskan, bahwa proses evakuasi kali ini tidak mudah. Tim harus bekerja hati-hati karena korban tertimbun material di bawah reruntuhan bangunan. “Tim SAR perlu mengangkat puing-puing reruntuhan dan memotong rangka-rangka. Baru kemudian bisa mengevakuasi korban dari timbunan material,” jelas Nanang.
Dalam prosesnya, tim SAR gabungan menggunakan alat berat dan peralatan ekstrikasi. Namun, penggunaan alat berat juga sempat dihentikan sementara untuk memberi ruang bagi petugas yang melakukan pemotongan besi, kemudian pengangkatan manual karena faktor keselamatan.
Begitu berhasil dievakuasi, seluruh jenazah langsung dibawa ke RS Bhayangkara Surabaya untuk menjalani proses identifikasi oleh tim DVI POLDA Jawa Timur. Kini, total sebanyak 104 selamat dan 45 orang meninggal dunia. Dua di antaranya ditemukan berupa body part atau potongan tubuh saja.
Direktur Operasi Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan Laksamana Pertama TNI Yudhi Bramantyo selaku SAR Mission Coordinator (SMC) mengatakan, belum dapat memastikan hingga saat ini masih ada berapa korban yang masih berada di balik reruntuhan bangunan. Namun pihaknya memastikan bahwa proses evakuasi akan terus dilakukan.
“Bahwa pelaksanaan operasi ini tetap akan kita lanjutkan semaksimal mungkin. Jadi dalam arti mungkin diperpanjang sampai dengan kita yakinkan bahwa seluruh korban dari reruntuhan di pondok pesantren ini dapat kita temukan semaksimal mungkin,” katanya.
Menurut perhitungan, dari total keseluruhan korban yang telah dievakuasi berjumlah 149 (orang). “Dengan keterangan meninggal dunia 45, di antara 45 itu terdapat dua body part. Jadi yang utuh 43, kemudian yang selamat adalah 104,” ungkap Bramantyo.
Saat ini, menurut dia, terkait puing-puing bangunan telah dibersihkan hingga 75 persen. Hal itu diyakini membuka akses bagi petugas untuk memaksimalkan pencarian. Proses pencarian korban pun telah memasuki area tengah dari lantai dasar bangunan yang ambruk. Di sana, diduga masih terdapat beberapa korban lainnya. “Jadi di tengah pintu keluar musala itu ya. Itu maksimal rata-rata yang kita temukan sejak kemarin (Sabtu) sampai dengan tadi sore (kemarin) itu semua berada di situ,” pungkas Bramantyo.
Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak kembali meninjau langsung lokasi runtuhan bangunan, kemarin. Kehadirannya untuk memantau langsung progres evakuasi korban. Selain itu, dia ingin memastikan proses identifikasi berjalan transparan dan akurat.
Dalam keterangannya kepada wartawan di lokasi, Emil menyampaikan bila pentingnya memberikan kepastian informasi kepada keluarga korban yang hingga kini masih menunggu di posko utama. Namun, dia tak memungkiri bila proses evakuasi dan identifikasi yang berlangsung tidaklah mudah karena kompleksitas reruntuhan di lokasi.
“Mereka belum mendapat kepastian hingga sekarang. Itu sebabnya saya datang ke sini untuk melihat langsung bagaimana progresnya. Karena penataan dan evakuasi di lokasi ini memang tidak mudah,” kata Emil.
Suami dari Arumi Bachsin ini menjelaskan, alam evakuasi saat ini tantangannya adalah keberadaan struktur beton besar yang posisinya melintang, menempel, dan dalam kondisi miring, lalu menutupi sebagian besar area reruntuhan. Sedangkan pembersihan material di sektor tersebut baru bisa dilakukan siang hari. “Ada beton yang posisinya miring dan hampir separo lantai, ini jadi penghalang utama. Pengangkatannya rumit, dan baru bisa dimulai siang ini setelah area sekitarnya dibersihkan,” tambah Emil. Namun dia berharap, dengan adanya sektor yang baru terbuka ini dapat memberikan kejelasan terkait kemungkinan masih adanya korban yang tertimbun. Di sisi lain, Emil menegaskan, pemerintah berkomitmen menyampaikan seluruh informasi secara jujur dan terbuka kepada keluarga korban. Termasuk mengenai proses identifikasi post mortem yang menurutnya sangat kompleks. Bahkan, baru lima korban yang teridentifikasi. “Kami ingin menyampaikan analisa yang terjujur dan terbaik kepada keluarga korban. Karena banyak informasi berseliweran yang bisa memengaruhi psikologis mereka,” pungkasnya. (ley/udi)