Belajar dari Ketekunan Aprill Soeharto Juragan Sepatu
Kerja keras, telaten, disiplin dan tidak menyerah dengan keadaan jadi kunci bagi Aprill Soeharto, warga Dau Kabupaten Malang yang kini sukses menjadi pengusaha muda sepatu. Ia meniti karir sejak kuliah dengan penuh lika liku dan jatuh bangun yang tidak mudah.
MALANG POSCO MEDIA – Sehari-harinya ia disapa April. Dia punya memori tentang sepatu. Itu berupa kenangan yang kurang menyenangkan. Yakni sewaktu masih remaja.
“Waktu SMP saya sering di-bully oleh teman teman. Gara-garanya pas sekolah, saya pakai sepatu jebol. Momen di-bully teman-teman itu tidak bisa saya lupakan, karena membekas di hati,” kenang April.
Kisah itu menjadi motivasi bagi April untuk menekuni usaha sepatu. Semasa kuliah ia sempat bekerja di suatu butik untuk mengisi waktu liburan panjang.
Tidak lama, April pun mengakhiri kerjanya dan kembali fokus kuliah. Di suatu waktu, teman-teman kuliahnya bercerita kepadanya karena kesulitan mencari sepatu yang pas. April pun akhirnya memberanikan diri untuk meladeni keinginan temannya itu dengan membuat sepatu custom (desain sesuai keinginan).
Berbekal sedikit pengetahuan selama bekerja sebelumnya, April mulai mencari tukang sepatu sendiri. Tentu bukan hal yang mudah, ia sampai harus berkali kali ganti tukang untuk mendapatkan yang sesuai dengan keinginannya.
“Ada enam kali ganti tukang. Karena menemukan tukang yang pas sesuai kriteria, itu susah. Maksudnya pas itu yang punya value kerja, sesuai ritme kerja. Misalnya sudah disepakati selesai bikin sepatu di hari H, ya hari H itu harus sudah selesai,” beber perempuan cantik berusia 31 tahun ini.
Akhirnya ketemulah dengan tukang sepatu yang pas di sekitar wilayah Gadang Kota Malang. Permintaan dari teman-teman kuliahnya pun sukses ia layani.
April pun mantap membuka jasa pembuatan sepatu custom sesuai keinginan pembeli. Seiring berjalannya waktu, April makin tahu bagaimana bahan yang bagus dan jenis sepatu yang banyak diinginkan oleh pasar. Ia pun mempelajari beragam jenis kulit sebagai bahan utama sepatu. Ada kulit domba, kulit sapi, kulit babi, kulit buaya hingga kulit macan.
Namun ia sengaja tidak menggunakan kulit babi karena tak sesuai dengan prinsip dan keyakinannya. “Karena saya muslim, maka saya memilih untuk tidak menggunakan bahan kulit babi, walaupun secara kualitas itu memang bagus. Tapi balik lagi, misalnya produk saya dipakai oleh konsumen, ternyata dia muslim dan mungkin dipakai ke masjid, masa ke masjid pakai bahan babi,” tuturnya.
Lambat laun, usaha yang mulai dirintisnya sejak 2013 itu makin berkembang. Ia mengusung merk atau brand sendiri yakni Arta Louwee. Namun demikian, semakin tinggi usaha, semakin besar pula tantangannya. Sama seperti saat merintis usaha, selama mengembangkan usahanya ini April beberapa kali mengalami kerugian.
Bahkan yang tidak bisa dilupakan, ia sampai pernah ditipu oleh relasinya yang sempat dia percaya. Merugi puluhan juta lantaran bahan kulit yang dikirimkan oleh supplier ternyata adalah kulit babi. Meski sudah meyakinkan bahwa kiriman kulitnya tidak sesuai, suplier enggan mengganti rugi.
“Saya minta ganti bahan aja, bukan kembali uang. Setengah pun tidak apa-apa, sampai segitunya saya. Terus kulitnya banyak ini mau diapain, ya tidak sampai 100 lembar ukuran 25 sentimeter x 25 sentimeter. Waktu itu juga pas Ramadan, mau lebaran, jadi stok banyak,” ingat April.
Tidak hanya itu, April juga pernah ditipu oleh supplier lain. Hampir sama, barang yang dikirim, ada yang berbeda bahannya dan kualitasnya. Akibatnya ia merugi setidaknya sekitar Rp 10 juta.
“Itu luar biasa hilang duit segitu, karena momennya pas pandemi. Usaha ini ternyata penipuannya justru malah di supplier. Kalau ribet di customer, mungkin hanya satu dua customer,” sebut alumnus SMAN 8 Malang ini.
Jatuh bangun mengembangkan usahanya itu, ia lakoni dengan tegar. Berkat ketekunan, April bangkit lagi dan terus meningkatkan usahanya. Dari sebelumnya hanya beberapa jenis sepatu yang ia produksi, kini bisa memproduksi berbagai jenis sepatu. Mulai dari sepatu boot, Oxford, angkle boots, calf boot, long boot, hingga gladiator.
Pemasarannya pun kini sudah mencapi mancanegara. Seperti Malaysia, Singapura, Vietnam, Hongkong, Turki, Arab hingga Amerika. Dari sebelumnya hanya mempekerjakan satu orang pegawai, kini setidaknya ada tujuh pegawai yang ia gandeng untuk mengembangkan usahanya.
Usaha sepatunya pun pernah mendapat predikat Terbaik di Indonesia Spicing The World Kategori Fashion & Art, lalu Juara 3 Nasional Investment Challenge, Finalis AKI 2024 dan pernah menjadi Finalis Pengusaha Muda Brilian 2020
Menariknya, selama menjadi ‘juragan sepatu’ ternyata April secara konsisten juga menyedekahkan sepatunya bagi anak-anak di pelosok dan juga anak-anak sekolah yang membutuhkan. Misalnya seperti di pelosok Malang Selatan, hingga Timor Leste.
April sengaja melakukan sedekah sepatu ini, salah satunya juga gara-gara teringat masa sekolahnya yang pernah menggunakan sepatu jebol. Ia tidak ingin kondisi itu dialami oleh anak-anak sekolah saat ini. “Dulu kalau mau kasih sepatu, itu pas touring, sepatunya aku bawa. Sekarang sudah ada kolaborasi dengan Gama Dharma itu programnya sharing ke daerah, kesehatan, pendidikan, alat tulis dan sebagainya. Tidak tentu berapanya, misal dalam tiga bulan terkumpul 20 -30 sepatu ya sudah kita kirim. Rutin sampai sekarang,” pungkas perempuan yang gemar touring ini. (ian/van)