.
Saturday, December 14, 2024

RUMAH KITA

Dibantu Wapres, Bisa Liputan Resepsi Satu Abad NU

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA – Resepsi Puncak Satu Abad Nahdlatul Ulama’ (NU) di GOR Deltras Sidoarjo, Selasa (7/2) lalu kemarin menjadi perhatian di seluruh Negeri, bahkan Dunia. Kegiatan yang diikuti lebih dari 4 juta jamaah Nahdliyin tersebut membawa kesan tersendiri, termasuk saya Miftakhul Huda, wartawan Malang Posco Media yang berhasil meliput momen bersejarah bagi warga NU tersebut.

Pada Senin (6/2) malam, tepat pukul 23.00 WIB, saya dihubungi oleh Direktur Malang Posco Media Hary Santoso untuk liputan Resepsi Puncak Satu Abad NU. Arahan tersebut juga mendapat dukungan dari Chairman Juniarno Djoko Purwanto dan Direktur Utama Sudarno Seman.

Tugas besar ini diamanahkan ke saya karena lebih simpel. Rumah saya paling dekat dengan lokasi acara. Jaraknya hanya 23 km dari Kejapanan, Pasuruan. “Hud, besok kamu liputan di GOR Sidoarjo ya, harus bisa masuk di dalam stadion” perintah Pak Hary lewat pesan WA.

Saat itu juga saya menyiapkan keperluan yang harus saya bawa, salah satunya adalah ID Card MPM. Id card ini selalu saya bawa setiap bekerja. Selain itu, ini tugas mendadak. Tidak ada undangan, apalagi kartu anggota NU, padahal sejak lahir saya sudah NU hehe.

Selasa, (7/2) selepas subuh, saya berangkat dengan naik motor. Perkiraan perjalanan satu jam sudah di lokasi. Kalau hari biasa ditempuh hanya 20 menit. Baru sampai di depan Pasar Larangan, kondisi jalan sudah agak macet. Banyak para jemaah jalan kaki menuju lokasi. Padahal jaraknya masih 3,4 km.

Melihat kondisi tersebut, setelah melewati Fly Over Pasar Larangan, saya berinisiatif melewati jalan kampung. Namun, ekspektasi saya tidak membuahkan hasil. Jalan kampung itu dipakai parkir oleh warga sekitar. Mau tidak mau harus balik arah, tetap lewat Jl. Taman Pinang Indah, apapun kondisinya.

Di Jl. Taman Pinang Indah juga sama, 1,5 km sebelum lokasi sudah penuh para jemaah. Ini disebabkan para jamaah lebih memilih mengikuti acara di depan layar lebar sambil menggelar alas tikar dari plastik kopi instan. Tanpa melihat layar lebar, saya sudah tahu itu Habib Syech dengan suaranya yang khas. Jika sesuai jadwal, setelah ini pembukaan. Saya harus segera ke lokasi.

Waktu sudah menunjukkan pukul 06.00 dan motor saya masih berjalan lambat, sambil menengok kanan kiri mencari celah di antara para pejalan kaki. Jika tidak segera ke lokasi, saya akan ketinggalan pembukaan yang dijadwalkan pukul 07.00 WIB. Sepeda motor tetap saya jalankan pelan-pelan dengan kecepatan yang sama dengan pejalan kaki. Merambat.

Semakin mendekati lokasi, semakin macet. Lagi-lagi tukang parkir menggoda untuk parkir. Saya tidak mau. Saya yakin, di depan pasti ada tempat parkir, karena banyak ruko-ruko yang hari itu pasti tutup. Sesuai instruksi dari Pemerintah Kabupaten Sidoarjo.

Kemudian saya beralih melawan arah. Di situ masih ada celah yang bisa dilalui motor. Banyak warga yang naik motor ikut melawan arah. Jika dilihat dari barang yang dibawa, mereka berjualan di sekitar lokasi.

Tepat pukul 06.30 WIB, saya sudah sampai di lokasi, tepatnya di Pos Polisi Bundaran Taman Pinang Indah. Sepeda motor saya parkir di belakang pos polisi tersebut, tepatnya di depan restoran cepat saji McDonald’s. Di situ sudah ada beberapa sepeda motor yang parkir. Meskipun tidak ada tukang parkir, tapi saya yakin di sini tempat paling aman, apalagi  parkirannya sudah ada kanopinya.

Perjuangan saya masih belum berakhir, saya harus melewati jemaah yang sudah memenuhi bundaran Taman Pinang Indah. Banyak Syekhermania (sebutan pecinta Sholawat Nabi) yang mengibarkan bendera NU dan Indonesia. Mereka bersama-sama bersholawat, menambah semakin sakralnya kegiatan ini dan semakin padatnya lokasi tersebut. Jika terjebak di sini, dipastikan tidak bisa ikut pembukaan.

Dengan berjalan pelan-pelan sambil ikut berdesakan, saya sampai dengan mudah di depan gerbang C, setelah memperoleh bantuan dari para Banser yang membuat jalan alternatif diantara para jemaah. Gerbang ini saya pilih karena lebih dekat, jika ke gerbang B akan lebih sulit lagi, karena trotoar dan jalan sudah penuh dengan jemaah yang duduk.

Gerbang C ini adalah pintu utama untuk semua tamu undangan, termasuk Presiden Jokowi. Tapi masih ditutup rapat dan penuh dengan para jemaah yang ingin masuk. Kondisi di Gerbang C sempat beberapa kali terjadi ketegangan. Para jemaah yang membawa undangan resmi tidak bisa masuk, begitu pula para jemaah tanpa undangan juga ingin masuk.

Kejadian tersebut terus berlangsung beberapa kali. Para petugas juga masih belum bisa menertibkan, karena saking banyaknya jemaah. Bahkan, para pejabat seperti Wali Kota Malang Sutiaji, Bupati Kabupaten Malang Sanusi, Gus Ali Tulangan, KH. Marzuki Mustamar dan Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdor Harus masuk secara berdesakan. Para jemaah masih belum bisa tertib.

Kejadian tersebut berhenti ketika rombongan Wakil Presiden KH. Ma’ruf Amin datang. Kesempatan inilah yang saya gunakan untuk bisa ikut di barisan paspampres. Dengan modal Id Card MPM yang saya kalungkan di leher, akhirnya bisa masuk tanpa hambatan di lingkungan stadion. Saya akui, cara ini tidak adil, tapi terbukti berhasil. Alhamdulillah.

Tidak sampai di situ, lagi-lagi keberuntungan saya kembali berpihak. Ketika masuk stadion di pintu sektor sepuluh, juga tanpa hambatan. Saya sempat diberhentikan oleh Banser yang berjaga, karena tidak membawa undangan resmi dan tiket gelang. Lagi-lagi Id Card MPM ini seolah bisa menjadi tiket masuk ke stadion. Tentu setelah saya sampaikan maksud dan izin untuk liputan.

Tepat pukul 06.50 saya sudah di dalam stadion di tribun kanan samping panggung utama. Terlihat semua tribun sudah penuh dengan jemaah. Untuk tribun timur, diisi oleh  Muslimat NU yang menghadap panggung. Para Fatayat NU duduk di tribun kanan-kiri serta samping panggung. Sedangkan di panggung adalah paru tamu undangan, termasuk 100 para alim ulama’

Di lapangan sudah ada 12.000 Banser dari berbagai daerah. Dan siap menampilkan atraksi yang dikoreografi oleh Denny Malik. Salah satunya adalah atraksi drum band dengan lagu We Will Rock You milik grup band Queen. Tepat pukul 10.00 acara pembukaan selesai, saat itu pula berita tentang Resepsi Puncak Satu Abad NU sudah bisa diakses di website www.malangposcomedia.id

Bagi saya sendiri, ini adalah momen luar biasa yang tidak bisa diulangi. Kesempatan yang diberikan oleh Manajemen Malang Posco Media tidak saya sia-siakan dan saya manfaatkan dengan baik. Alhamdulillah. Pengalaman adalah guru jurnalistik terbaik. (miftakhul huda/lim).

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img