MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Peringatan Dies Natalis ke-4 STIKES Panti Waluya Malang penuh warna. Civitas akademika kampus di Jalan Yulius Usman ini memeriahkan dengan penuh keakraban. Ada lomba hias tumpeng yang menarik perhatian.
Kegiatan lomba ini digelar Kamis (21/7) lalu. Diikuti perwakilan setiap program studi. Yakni Prodi S1 Farmasi, Prodi S1 Keperawatan & Ners, Prodi D4 MIK (Rekam Medik) dan Prodi D3 Keperawatan.
Ketua STIKES Panti Waluya Malang Wibowo, S.Kep., Ns., M. Biomed menilai lomba tersebut bukan tumpeng biasa. Tumpeng yang bukan sekedar nasi dibentuk kerucut. Tapi tumpeng yang mengandung makna.
Karena itu kriteria penilaian tidak sekedar warna atau variasi isi tumpeng itu sendiri. Tetapi peserta harus mampu menjelaskan makna dari setiap isinya.
Mulai dari nasi, lauk, sayuran dan bahan lain yang menjadi hiasan. “Rasa bukan jadi penilaian utama, karena itu relatif. Yang kami utamakan peserta mampu menjelaskan makna setiap unsur yang ada di nasi tumpeng itu sendiri,” katanya.
Menurut Wibowo, nasi tumpeng merupakan makanan tradisional Jawa yang sarat akan makna. Mengajarkan manusia arti kebersamaan, kesederhanaan, dan nilai-nilai luhur lainnya. Yang tidak kalah penting mengajar hubungan sosial yang dengan sesama makhluk dan juga sang pencipta.
“Ini baru pertama kita gelar lomba tumpeng dalam rangka dies natalis. Nasi tumpeng mengandung banyak harapan, sesuai dengan cita-cita dan harapan besar STIKES Panti Waluya,” katanya saat ditemui Malang Posco Media, siang kemarin.
Lomba Nasi Tumpeng diikuti oleh mahasiswa dari setiap prodi. Usai dilombakan nasi tumpeng dinikmati bersama sebagai bentuk Kebersamaan.
Ada banyak acara sebagai rangkaian Dies natalis ke-4 STIKES Panti Waluya. Di hari yang sama juga ada kegiatan donor darah dan cek kesehatan. Dan keesokan harinya ada senam bersama. Kegiatan ini juga dimeriahkan bazar dan live musik.
Wibowo menjalankan live musik merupakan agenda yang menjadi implementasi dari program kemahasiswaan. Kampus ini memiliki sarana untuk pengembangan bakat mahasiswa di bidang musik.
Sementara itu, kata dia, bazaar juga merupakan implementasi dari mata kuliah entrepreneur atau kewirausahaan. Maka di momentum dies natalis mahasiswa diberikan ruang untuk mempraktikkan mata kuliah tersebut.
“Semua rangkaian itu tidak lain sebagai wadah mahasiswa kami untuk berekspresi, membangun kebersamaan dan solidaritas yang tinggi. Dan juga sebagai wadah untuk mahasiswa mempraktikkan apa yang mereka pelajari selama ini,” terangnya.
Pria ramah ini menambahkan, dies natalis merupakan momentum untuk refleksi perjalanan kampus ke depan. STIKES Panti Waluya Malang tidak boleh stagnan. Harus terus maju dan berkembang.
Dengan berganti nama menjadi STIKES (sebelumnya Akademi), menjadi satu bukti bahwa kampus ini mampu bersaing. Berbagai kemajuan telah dicapai untuk menjawab tantangan zaman.
Wibowo mengungkapkan sebagai upaya strategis STIKES Panti Waluya akan fokus pada peningkatan mutu Tri Dharma Perguruan Tinggi. Mulai dari peningkatan kualitas SDM dosen dan karyawan. “Kegiatan riset dan pengabdian pada masyarakat juga akan kita tingkatkan. Agar keberadaan kampus ini semakin memberikan manfaat kepada masyarakat,” ujarnya.
Humas dan CDC STIKES Panti Waluya Malang, Ns. Achmad Syukkur, M.Kep berharap memasuki usia lima tahun, STIKES Panti Waluya Malang semakin mendapat kepercayaan dari masyarakat luas. Tim humas sendiri berupaya memperkuat jejaring dan kerjasama dengan berbagai pihak. “Dengan begitu maka harapan kami jumlah mahasiswa kami juga semakin banyak,” katanya.
Selasa (26/7) lalu, juga telah dilaksanakan Misa Syukur. Kegiatan ini sebagai bentuk syukur civitas akademika terhadap kemajuan yang sudah dicapai STIKES Panti Waluya. (adv/imm)