Saat ini digitalisasi sudah membumi. Digitalisasi bermakna sebuah upaya untuk meningkatkan pemanfaatan teknologi secara digital pada semua aspek kehidupan. Menurut KBBI, digitalisasi diartikan sebagai proses pemberian atau pemakaian sistem digital. Pertanyaannya seberapa efektif peran digitalisasi untuk kemajuan pendidikan saat ini?
Digitalisasi di dunia pendidikan bisa dikatakan efektif jika semua siswa dan juga guru dapat memanfaatkan dengan baik dan bijak teknologi digital. Sayangnya, kenyataan saat ini belum semua siswa dan guru siap melakukan hal tersebut. Berbagai kendala menjadi hambatan yang masih menghantui kalangan dunia pendidikan hingga saat ini.
Pertama, siswa yang tidak memiliki perangkat lengkap atau berada di daerah pedalaman alias rawan sinyal. Hal ini membuat mereka kesulitan untuk mengakses internet. Kedua, ada siswa yang memiliki tipe belajar tertentu, seperti butuh kehadiran guru untuk bisa memahami pelajaran atau materi dengan baik. Ketiga, secara psikologis, mental seorang siswa yang masih di jenjang TK-SMP yang masih membutuhkan pengawasan secara intens saat pembelajaran jarak jauh.
Semua kendala itu tentunya membuat kegiatan pembelajaran menjadi kurang maksimal dan membutuhkan usaha keras untuk bisa memahamkan siswa dengan materi yang sedang diajarkan. Misalnya saja, guru harus rela mendatangi siswa dari rumah ke rumah untuk tipe siswa yang mengalami kendala tersebut.
Teknologi saat ini memang berkembang cukup pesat. Dengan kemudahan mengakses internet dan segala kemajuan teknologi yang ada, siswa diharapkan dapat meningkatkan skill-nya, baik dalam kegiatan akademik maupun non akademik. Akan tetapi harapan itu tak semulus yang dibayangkan. Kecanggihan teknologi bisa membuat siswa justru menjadi semakin malas atau pun semakin rajin hingga lupa waktu.
Digitalisasi dalam pembelajaran adalah suatu keharusan untuk memfasilitasi siswa guna memperluas pengetahuannya. Namun sebelum hal itu dilaksanakan tentunya perlu aturan yang harus disampaikan dan ditanamkan kepada siswa tentang pemanfaatan digitalisasi dengan tepat.
Kegiatan pembelajaran di SMP Islam Sabilillah Malang telah bertransformasi dari tradisional menjadi digital. Setiap pembelajaran, jika memang ada tugas yang berkaitan dengan digitalisasi, maka siswa bebas mengakses bahan belajar yang mereka butuhkan. Namun, mengingat tidak semua tipe mata pelajaran bisa memanfaatkan perangkat laptop dan alasan kesehatan, maka beberapa mata pelajaran tidak harus selalu memakai laptop. Misalnya, saat pembelajaran olahraga dan Al-Quran.
Apakah ada kendala dalam penerapan sekolah digital ini? Tentunya ada, tetapi kendala itu segera dicarikan solusi terbaik agar siswa dapat menikmati kegiatan pembelajaran dengan nyaman. Dengan adanya sekolah digital ini memudahkan siswa untuk mengakses tugas dari jarak jauh, seandainya ada dari mereka yang terpaksa tidak bisa masuk karena izin.
Mereka yang tidak masuk dapat berkomunikasi dengan guru untuk menanyakan materi apa yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa dapat mengakses pada akun masing-masing tanpa harus datang ke sekolah. Akan tetapi, hal itu tidak berarti siswa dapat tidak masuk sekolah semaunya. Karena adanya sekolah digital tentu harus diimbangi dengan phygital.
Phygital
Apa itu phygital? Phygital adalah sebuah aktivitas yang memadukan kehadiran digital dan fisik. Hal itu dirasakan ideal karena secanggih apapun teknologi yang ada tentunya masih memerlukan sentuhan fisik untuk menjadi penyeimbang.
Teknologi yang canggih tersebut tidak dapat menyentuh hati namun kehadiran fisik dapat menyentuh hati sehingga mampu terjalin sebuah ikatan batin yang dapat dirasakan kehangatannya. Sentuhan hati tersebut yang tidak dapat digantikan dengan teknologi apapun.
Benar, kehadiran guru di hadapan siswa menjadi bagian dari phygital ini. Hadirnya guru dalam transformasi sekolah digital tentunya masih sangat diperlukan. Mengapa? Karena belum semua siswa mampu belajar secara mandiri. Masih ada beberapa siswa yang perlu diarahkan dan dibimbing agar pelan-pelan mereka juga mampu mengikuti pembelajaran secara mandiri.
Peran guru di sini hanya sebagai pendamping untuk mengarahkan siswa jika memang terlihat kesulitan. Namun guru tidak sepatutnya mendikte siswa untuk menyelesaikan tugas belajarnya. Guru dapat mendampingi dengan memberikan scaffolding kepada siswa agar mereka juga tetap mengalami proses belajar bukan hanya mendengarkan.
Scaffolding merupakan strategi pengajaran dimana guru memberikan dukungan atau bantuan kepada siswa, kemudian secara bertahap mengurangi dukungan tersebut seiring dengan peningkatan kemampuan siswa. Apakah scaffolding itu diperlukan? Tentu, karena memang pemahaman setiap siswa berbeda-beda sehingga perlu kiranya guru memberikan arahan dan bantuan agar tidak terjadi kesalahan konsep dalam belajar siswa.
Dengan scaffolding, guru dapat membantu siswa membangun pengetahuan dan keterampilan mereka secara bertahap, sehingga siswa dapat menjadi lebih mandiri dan percaya diri dalam belajar. Selain itu, scaffolding juga dapat membantu guru dalam mengidentifikasi kebutuhan siswa, mengembangkan keterampilan siswa, dan meningkatkan motivasi siswa.
Adanya scaffolding ini diharapkan dapat membuat siswa yang mengalami kesulitan tidak merasa frustrasi atau bahkan sampai enggan melanjutkan pembelajaran setelah mendapatkan bantuan. Jadi, siswa masih bisa mengikuti pembelajaran dengan baik, menyelesaikan tugas belajarnya, dan tetap mendapatkan pengalaman belajar yang berarti.(*)
-Advertisement-.