Arjuna, Merpati Pos Peringkat Lima Jawa Timur
Malang Posco Media-Arjuna, begitulah nama yang disematkan pada burung merpati peliharaan Mashudi. Dirawatnya dengan baik, pun dilatih dengan tekun. Sepintas mirip merpati peliharaan pada umumnya. Namun milik Mashudi ini beda.
Arjuna pernah terbang dari Cilegon ke Malang, Sabtu (7/5) lalu. Jarak tempuh sejauh 757 Km ditempuh dalam kurun waktu dua hari. Merpati itu bukan merpati biasa, melainkan jenis merpati pos.
Merpati yang dulu difungsikan untuk pengantar pesan, kini menjelma menjadi hobi. Bahkan tak redup oleh perkembangan zaman dan teknologi.
Untuk diketahui, merpati pos mampu pulang ke kandang jika dilepas dari jarak yang jauh. Karena kemampuannya, burung peliharaan itu kini banyak dilombakan.
“Merpati pos memiliki insting homing atau keinginan ingin pulang yang sangat tinggi. Dia bisa pulang dari jarak puluhan hingga bahkan ribuan kilometer,” cerita Mashudi.
“ Oleh para pendahulu merpati balap modern adalah merpati yang dibiakkan untuk kemampuan homing mereka. Terutama untuk membawa pesan,” sambung Mashudi saat ditemui di kediamannya di Desa Dilem Kepanjen.
Hudi sapaan akrab Mashudi tak menyangka mempunyai merpati yang bisa memenangkan banyak perlombaan. Padahal dia bukan membeli dari ajang kontes dengan harga tinggi.
Pria yang bekerja serabutan ini mulai mengenal merpati sejak tahun 2016. Namun bukan merpati pos yang ia pelihara melainkan merpati getakan. Atau merpati yang dilombakan secara kawanan untuk terbang tinggi dan kembali.
Ia kemudian mulai mengenal merpati pos dari temannya di Facebook. Banyak bertemu dengan sesama penghobi merpati, dia mulai penasaran dengan merpati pos. Hingga suatu saat, akhirnya Hudi tertarik untuk memiliki.
Barulah ia mulai memahami tentang uniknya merpati pos. Tahun 2019 adalah awal mula Hudi mengikuti lomba merpati pos. Sewajarnya permulaan, merpati miliknya tak mampu kembali pulang saat jarak jauh.
“Awalnya, yang dulu saya beli merpati biasa hanya Rp 25 ribu, kaget harena merpati pos dewasa cukup mahal. Akhirnya saya memilih merawat anakan,” katanya.
Ia pun turut bergabung dalam komunitas merpati pos. Dari sanalah Hudi mulai banyak belajar kepada para penghobi lain. Wawasannya yang belum terlalu luas harus belajar dan berkorban untuk pengalaman. Perlombaan-perlombaan mulai diikutinya namun tak pernah juara. Salah satunya di Ponorogo hingga Yogyakarta. Sebelum final, pelepasan merpati (inkorf) di Ponorogo, harus memupuskan harapannya. Merpati yang digadang-gadang mampu bersaing itu gagal pulang.
“Akhirnya sering gandeng dan belajar terus dengan mas Andik, teman saya. Dia banyak dapat merpati dari penjual biasa. Kadang beli di luar kota seperti Blitar karena ada orang sudah berhenti memelihara merpati,” ujarnya.
Dia berhasil membibitkan anakan yang berkualitas dari sepasang merpati yang dibelinya. Merawat merpati dengan baik hingga bisa dilatih agar pulang dari jarak cukup jauh.
“Orang awam seperti saya dulu bingung bagaimana melatihnya. Ternyata bertahap dan dipelihara sejak anakan lebih bagus karena terbiasa pulang dan memahami mana rumahnya,” kata bapak dua anak itu.
Arjuna kini kerap memenangkan lomba. Beberapa kali memenangi jarak dekat antarkota di Jatim, sampai Madura. Salah satunya pelepasan dari Suramadu, berjarak sekitar 270 kilometer udara, Arjuna milik Hudi mampu pulang dalam waktu kurang dari sehari.
Merpati peliharaan pria 36 tahun ini juga baru saja memenangi trofi bergilir lomba merpati pos yang dilepas dari Sumenep Madura. Mendapat predikat S-Pigeon atau kelas merpati pos yang mampu pulang tiga kali berturut-turut dalam perlombaan bertahap. Padahal menurutnya, indukan dari merpati miliknya itu dibeli dengan harga tak sampai Rp 1 juta.
“Kalau kandidat juara atau sudah juara bisa sangat mahal bisa jutaan sampai puluhan juta rupiah,” tuturnya. Sekarang, Arjuna miliknya menjadi satu-satunya merpati pos asal Malang Raya yang mampu mencatat rekor 29 jam untuk jarak 757 kilometer. Peringkat lima se Jawa Timur untuk merpati pos.
“Sempat tidak menyangka, karena menurut saya dan banyak penghobi, merpati untuk pulang ke Malang sulit karena banyak medan pegunungan. Tetapi akhirnya berhasil,” ungkap Hudi senang.
Dalam perjalanan pulang biasanya merpati pos tetap membutuhkan waktu tidur sedari petang hingga pagi hari dan kemudian terbang lagi.
Hobi itu terus ditekuninya meski sempat mendapat penolakan dari pihak keluarga. Apalagi Hudi yang kerja serabutan sempat dikhawatirkan belum mencukupi kebutuhan hidup, Hudi membuktikan hal itu tidak benar. Dan hobi yang dijalaninya positif tanpa mengganggu penghasilannya.
Hudi dengan banyak memberikan penjelasan dan banyak memenangkan lomba akhirnya meluluhkan hati istri dan keluarganya. Dukungan penuh kini diberikan untuknya.
“Sekarang bisa pelihara banyak saya bersyukur. Artinya banyak yang bisa ikut dilombakan,” kata dia.
Hudi yang tergabung dalam Arjuna Racing Pigeon melihat fenomena merpati pos sudah banyak peminatnya. Meskipun masih belum terlalu luas. Di Malang Raya perkiraannya sampai 400-an ekor sekali latihan. Hal ini semakin memberinya semangat untuk menekuni merpati pos.
“Semakin banyak peminat bisa memperbanyak lomba yang lebih baik. Dukungan dari sponsor dan mungkin pemerintah perlu untuk semakin menghidupkan merpati pos di Malang. Akhirnya kita juga bisa bersaing di kanca lebih jauh,” pungkas Hudi. (m prasetyo lanang/van)