MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Meski bukan yang terluas, Kabupaten Malang menjadi daerah penting bagi dukungan sektor pertanian di Jawa Timur. Banyak wilayah penghasil komoditas nunggul dan asli produk lokal di Kabupaten Malang. Pelestarian hingga beragam inovasi terus diupayakan untuk keberlangsungan pangan.
Hal tersebut disorot dalam silaturahmi Malang Posco Media di Kantor Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP), Senin (6/11). Menurut Kepala DTPHP Avicenna Medisica Saniputera mengatakan, bahwa isu pangan dan pertanian harus jadi prioritas yang sama.
“Potensi di Malang semuanya ada, kopi yang di kenal Kopi Dampit, orang bicara bawang merah tahunya dari Pujon, Kentang di Ngadas, Poncokusumo itu 350 Hektare fokus kentang,” ujar Avi.
Saat ini, setelah pertanian berjalan sekian lama banyak komoditas asli dari sekitar Malang ditemukan kembali. Seperti halnya Padi Sukanandi, warisan kerajaan ada di Karangploso. “Ini yang butuh pelestarian agar tidak punah dan menjadi jaya lagi dengan nilai ekonomis yang tinggi,” katanya.
Dikatakan, Kabupaten Malang sendiri memiliki 45 ribu Hektare lahan sawah. Dimana kualitas padi yang dihasilkan, kata Avi, adalah padi berkualitas tinggi. Ini yang menurut dia harus dijaga sebagai potensi besar di Kabupaten Malang. Hal ini didukung dengan berbagai program. Sapah satunya gerakan tanam di awal musim yang diharapkan menuai hasil positif pada masa panen terdekat.
“Petani sudah lakukan gerakan tanam 1.450 Hektare Agustus kemarin. Kemudian September di Pakisaji, Dari segi iklim dampak di Malang tidak terlalu signifikan. Saat ini memasuki masa tanam Oktober-Maret. Dan sudah turun hujan, artinya jadi pertanda baik,” katanya.
Kendati demikian, Avi mengakui bahwa ada masanya petani terkendala debit air yang berkurang. Selama ini masalah tersebut berupaya terus disiasati dengan berbaga cara.
Avi juga membeberkan bahwa sejumlah komoditas lain ada yang masih kalah dengan kualitas impor. Seperti halnya kedelai di Kabupaten Malang. Menurut penjelasannya petani kedelai sudah mulai perhitungan untung rugi jika di pasaran nantinya kalah bersaing. Maka dari itu dibutuhkan inovasi yang baru untuk membantu petani mendapatkan hasil maksimal. Salah satunya subtitusi kedelai.
“Untuk subtitusi masih dilakukan penelitian ada sejenis kacang dengan karakteristik yang bisa menggantikan kedelai sedang diuji. Melibatkan perguruan tinggi,” katanya.
Inovasi baginya harus terus didukung agar pelestarian dapat dilakukan. Serta dari sektor pertanian tetap bisa menjadi penggerak ekonomi yang membawa pada kesejahteraan petaninya. Ia juga menyampaikan perlunya regenerasi di bidang pertanian khususnya tanaman pangan. Baik dari hulu hingga ke hilir pengolahan dan produk jadi ke konsumen.
“Mekanisasi pertanian saat ini masih hanya mendukung lahan dengan hamparan luas dan datar. Sedangkan Malang punya kontur beragam. Ini yang menjadi tantangan modernisasi kedepannya,” tambahnya. (tyo/bua)