Ponpes Dzinnuha Kota Malang
Dengan keyakinan kuat, Ning Raudloh Quds Mustofa merintis pembangunan Ponpes Dzinnuha di Jalan Danau Diatas Sawojajar Kota Malang. Cucu KH Bisri Mustofa Rembang ini konsen membimbing anak-anak perempuan.
====
MALANG POSCO MEDIA- Pondok pesantren (ponpes) khusus perempuan belum banyak ditemukan di Kota Malang. Sebagai kaum hawa yang tumbuh dan berkembang di lingkungan ponpes sejak kecil, Ning Raudloh Quds Mustofa berkeyakinan jika ponpes khusus perempuan juga harus berkembang.
Ponpes ini diperuntukan khusus untuk perempuan atau ponpes putri. Mengapa khusus perempuan? Ning Raudloh memang konsen membimbing anak-anak perempuan yang dianggapnya bak putri sendiri.
“Memiliki anak perempuan atau membimbing anak perempuan tanggungjawabnya besar. Ada pandangan bahwa perempuan harus lebih bisa menjaga diri dan sebagainya,” katanya.
“Kami memang ingin bimbing selain di sisi agama juga berperilaku dan wawasannya. Ini akan membuat mereka menghadapi dunia nyata dengan lebih siap,” sambung Ning Raudloh.
Selain karena ponpes putra sudah sangat banyak jumlahnya, ia berpikir ponpes khusus putri lebih menarik minat muda-mudi untuk mondok.
Juga akan lebih aman dan bermanfaat jika perempuan-perempuan muda khususnya di Kota Malang, yang menimba ilmu atau kuliah memilih mondok daripada mengeluarkan biaya besar untuk kos.
Ning Raudloh ingin lebih banyak muda-mudi terbimbing secara agama dan akhlaknya, di rumah ponpes. Tidak itu saja, alasan didirikannya Ponpes Dzinnuha juga menarik untuk diketahui. Ning Raudloh menganggapnya sebagai amanah besar dari seorang warga dermawan.
“Suami saya bertemu seorang dermawan. Beliau mendapat wasiat dari almarhumah istrinya yang wafat. Diminta mewakafkan tanah, tidak boleh dijual. Wasiatnya minta dibikinkan pondok pesantren. Jadi suami dipercayakan itu dan mulailah kami bahas,” katanya.
Ia melanjutkan, karena sang suami juga mengelola ponpes, yakni Ponpes Nurul Huda Mergosono dan cukup memegang peran, didiskusikanlah pengelolaan ponpes amanah dari sang dermawan itu.
Sebelumnya Ning Raudloh pun ikut membantu pengelolaan PP Nurul Huda bersama sang suami untuk mengajar. Diberi kepercayaan tersebut ia meyakinkan diri dan bertekad bulat mengelola Ponpes Putri Dzinnuha.
“Tahun ini kami baru buka pendaftarannya. Saya dibantu dua santriwati juga untuk kelola, saya tarik dari PP Nurul Huda. Dan beberapa kegiatan sudah kami lakukan, jadi ini puasa pertama PP Dzinnuha,” jelas perempuan kelahiran 1975 ini.
Beberapa kegiatan ia lakukan mengundang ibu-ibu di kawasan sekitar lokasi ponpes. Kegiatan rutin Ponpes Dzinnuha yang dilakukan sejak awal 2023 ini di antaranya Tahsin Qur’an, Kajian Tafsir Al-Munir, Kajian Ilmu Fiqih dan Hadits hingga Kajian Hadits.
Ponpes Dzinnuha dikatakannya baru bisa menampung kurang lebih 20 sampai 30 santriwati. Berharap bisa diterima di lingkungan masyarakat dan bisa berkontribusi baik pada masyarakat dan lingkungan sekitar. (ica/van/bersambung)