spot_img
Sunday, December 22, 2024
spot_img

Ditegur Allah di Puncak Karier, Kini Jadi Desiner Muslim dan Pengajar Sukarela

Berita Lainnya

Berita Terbaru

INSPIRING RAMADAN

Rollercoaster kehidupan membawa Aprilianto R. B. atau yang akrab disapa Mas Boi menempuh jalan hikmah. Ia kini menjalankan hidup sesuai sunah dan sukses menjadi desainer

freelance serta pengajar sukarela di rumah belajar.

Mas Boi merasakan puncak karier di tahun 2006 hingga 2009 lalu. Saat itu bisnis dan usahanya di bidang musik melesat ke puncak. Semua impiannya terwujud, bisa membeli mobil, memiliki penghasilan fantastis, dan apapun yang ia inginkan.

Waktu itu, ia mengaku mengalami istidraj. “Punya event organizer sekali event dapat puluhan juta, band juga sudah besar. Tapi semua buat foya-foya. Bikin tato, yang gak penting-penting itu,” kisahnya.

Meski sempat memiliki seabrek keuntungan dan penghasilan yang melimpah, dulu Mas Boi merasa tidak menemukan ketenangan. Ia bahkan tidak bisa salat dan beribadah. Hingga ia ditegur Allah  melalui rentetan kegagalan yang bertubi-tubi. Event yang ia adakan mengalami kerugian besar, laptop beserta file skripsi raib digondol orang, motor dicuri, usaha clothing pun rugi. “Malah bersyukur aku, justru bagiku bukan musibah. Karena dari situ ada banyak pembelajaran hidup yang luar biasa,” tutur alumnus UM.

Mas Boi pun menceritakan pengalaman pertama mengenal dunia musik saat masih duduk di bangku SMP. Ia mulai menggeluti musik hingga masuk ke dunia underground. Ketika itu ia sempat menulis impiannya. “Waktu itu mulai bisa vokal, menulis cita-cita dan impian. Misal, umur segini ingin punya band, umur segini ingin  punya ini, ingin bisa ini. Pas umur 22 tahun, semua impian itu terwujud,” terang Mas Boi.

Setelah mencapai semuanya, ia mulai kehilangan tujuan dan tidak punya arah. Impian sudah terwujud, lalu setelah ini apa? Mas Boi tidak terpikir untuk menulis impian lagi. “Akhirnya kehampaan impian itu mulai. Apalagi saat itu band saya sedang tour keliling Indonesia,” tuturnya.

Di puncak karier itu, karyanya dirilis oleh perusahaan dari   Jerman dan Guatemala di tahun 2007. Tak berselang lama masalah pun muncul. “Tahun 2010 salah seorang teman saya

masuk penjara karena berurusan dengan hukum. Imbasnya ke teman-teman.  Untungnya saya dan beberapa teman aman,” tuturnya.

Setelah mulai reda, di tahun 2012 ajakan untuk nge-band kembali hadir. Selain nge-band, Mas Boi juga menjadi promotor, event organizer (EO), membuka brand clothing, dan studio tato. Di tahun itulah Allah  menegurnya lewat berbagai kerugian yang ia alami. “Waktu itu aku ada event band Itali, Amerika, dan Australia, tapi gagal. Udah boncos tiketnya, clothing dan tato rugi, laptop dan motor dicuri, diputus pacar lagi,” kenang Mas Boi.

Ia masih punya harapan dengan mengadakan satu event lagi. Ternyata event tersebut rugi total hingga terpaksa hutang puluhan juta rupiah.

Di masa itulah, salah seorang  temannya membawakan barang terlarang. Biar rileks, katanya. Di sisi lain, Mas Boi memutuskan belajar salat subuh.   

“Daripada aku bunuh diri, 2014 aku belajar memasrahkan diri kepada Allah. Setahun itu nggak kerja, hanya belajar ibadah. Tapi masih setengah-setengah,” tuturnya.

Sekitar Desember 2014 ia pulang ke rumah, dalam kondisi mabuk. Di saat itulah ia menyaksikan sendiri kecelakaan maut. “Dua kali saya lihat depan mata. Kecelakaan kepalanya sampai hancur dan pecah, dan saat bantu evakuasi, darahnya tercium bau alkohol,” tuturnya mengenang peristiwa tersebut.

Di situ Mas Boi mulai memikirkan kehidupannya. Ia memantapkan diri untuk berubah. Menurutnya perubahan tidak terjadi kecuali dari diri sendiri.

“Masak aku mau nanti akhir hidupku seperti ini? Masak aku mau mati seperti ini? Akhirnya kulampiaskan di manggung terakhir. Banting mic, turun, tak hajar semua,” ujarnya.

Mas Boi kemudian mulai menyepi dan mengunci diri. Ia mencari guru yang benar-benar fokus menjalankan sunah dan tidak memikirkan duniawi. Setelah bertemu, ia pun mulai fokus belajar sunah selama dua tahun sejak  2015-2017. Belajar Al-Quran dan salat mulai dari nol. Kehidupannya berangsur lebih tenang. Hingga di tahun 2018 ia memutuskan untuk menikah dengan seorang perempuan salehah.

“Awal nikah saya nggak punya kerja. Alhamdulillah pelan-pelan rezeki mulai lancar. Tahun 2018 diterima sebagai praktisi di bagian Disruptive Learning Innovation (DLI) LP3 UM,” terangnya.

Ia semakin memperdalam pengetahuan agamanya dengan mengikuti berbagai kajian. Salah satunya ikut mengaji di Ustad Usamah Faishol, lulusan Madinah. Di tahun 2017  mulai mengajar sukarela di Rumah Belajar Al-Istiqomah untuk anak-anak tidak mampu. “Sudah ngajar sejak 2017 secara sukarela. Dulu tiap hari, tapi sejak 2018 dapat kerja jadi Sabtu saja,” tuturnya.

Kini setelah Mas Boi tidak lagi menjadi praktisi di LP3 UM, ia tetap mengajar sukarela di rumah belajar tersebut. Mas Boi  aktif menjadi dessainer karya-karya 3D. “Rencana nantinya mau bikin bisnis web, sama fokus ngelukis lagi tapi yang halal aja. Selalu berpikir positif dan bersyukur terhadap apapun, yakin Allah sudah menjamin hidup kita,” pungkasnya. (mg1/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img