Malang Posco Media – Saat ini tantangan para orang tua dalam mendidik generasi milenial sedang diuji. Mengapa demikian? Karena generasi milenial saat ini sedang dalam fase krisis moral dan etika. Mereka terbiasa mendengarkan kata-kata yang sebenarnya tidak pantas untuk diucapkan.
Hal tersebut dapat terjadi jika kebiasaan yang dibangun dalam keluarga kurang diperhatikan. Kurangnya pendampingan orang tua juga menjadi salah satu penyebab adanya krisis moral dan etika pada anak.
Krisis moral dan etika tidak hanya menjangkiti anak pada usia remaja awal hingga akhir tetapi juga pada anak usia dini. Orang tua milenial akan lebih senang menggunakan gadget untuk membuat anaknya terdiam tanpa adanya pendampingan.
Anak merupakan peniru ulung dalam artian mereka akan menirukan apa yang mereka lihat dan mereka dengar tanpa bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Jika anak sudah menirukan hal yang buruk barulah orang tua mulai kalang kabut untuk mengubah gaya didikan ataupun kebiasaan.
Sebenarnya ada satu media yang dapat digunakan untuk menanamkan karakter yang baik pada anak, tentunya dengan tidak menghilangkan peran orang tua yaitu membaca dongeng. Dongeng merupakan sebuah teks narasi (cerita) yang dikemas sedemikian rupa yang disesuaikan dengan kelompok masyarakat, etnik, maupun adat dari daerah manapun. Bahkan dongeng pasti ada di seluruh negara di dunia ini.
Indonesia tak pernah kehabisan bahan untuk menanamkan karakter pada anak melalui dongeng-dongeng yang sebenarnya tidak asing bagi para orang tua.
Dongeng Sarana Penanaman Karakter
Pengertian dongeng secara harfiah menurut KBBI yaitu suatu kisah fiktif yang bisa juga diambil dari kisah asli atau sejarah kuno yang dibentuk dari unsur tertentu. Menurut Handajani (2008: 14) mengemukakan bahwa dongeng dikemas dengan perpaduan antara unsur hiburan dengan unsur pendidikan.
Dapat disimpulkan bahwa dongeng adalah cerita fiksi yang diambil dari kisah nyata atau bisa juga berupa imajinasi penulis yang dikemas dengan memadukan unsur hiburan dan unsur pendidikan di dalamnya.
Dongeng memiliki ciri khas yaitu adanya perpaduan antara unsur hiburan dan unsur pendidikan. Unsur hiburan dalam dongeng dapat ditemukan dalam unsur intrinsik dongeng maupun dalam penggunaan bahasanya. Unsur intrinsik dongeng yang bersifat menghibur.
Misalnya tokoh yang berwatak lucu atau tokoh yang memiliki pengalaman unik dan menarik. Sedangkan penggunaan bahasa pada dongeng yang bersifat menghibur yaitu penggunaan kosakata daerah yang lucu. Unsur Pendidikan dalam dongeng yang dapat diajarkan pada anak yaitu nilai-nilai moral yang sesuai dengan adat di daerah masing-masing atau cara-cara menyelesaikan sebuah permasalahan dengan baik.
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa dongeng merupakan cerita fiksi yang syarat akan nilai-nilai moral maka tidak salah lagi bahwa dongeng digunakan sebagai role model untuk menanamkan nilai-nilai moral kepada anak. Penanaman karakter melalui dongeng dapat diawali oleh orang tua sebagai pondasi sebelum anak berinteraksi dengan orang lain.
Nilai-nilai karakter pada dongeng akan mudah diserap oleh anak karena disampaikan dalam bentuk cerita. Selain itu, tokoh dan alur cerita pada dongeng biasanya diilustrasikan dengan tampilan yang lucu dan menarik untuk anak-anak.
Manfaat Membacakan Dongeng
Peran orang tua membacakan dongeng dalam menanamkan karakter pada anak sangat penting untuk diperhatikan oleh para orang tua. Dengan membacakan sebuah dongeng, dari isi cerita orang tua dapat memberikan pengarahan kepada anak tentang bagaimana bersikap kepada orang lain.
Orang tua harus bisa menyampaikan dongeng dengan baik dan menarik. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua ketika membacakan dongeng kepada anak. Pertama, orang tua harus memahami keseluruhan isi cerita.
Kedua, orang tua harus menyampaikan atau menceritakan dongeng tersebut secara ekspresif dengan memainkan mimik muka, intonasi suara, dan gesture. Ketiga, orang tua juga harus memiliki sifat humoris untuk menghibur anak-anak mereka.
Membacakan dongeng kepada anak sangat berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Dikutip dari laman Alodokter.com ada beberapa manfaat membacakan dongeng pada anak. Beberapa di antaranya adalah melatih perkembangan kognitif, meningkatkan kemampuan verbal, memperluas kosakata, dan anak mendapatkan pelajaran hidup dari dongeng yang dibacakan.
Selain itu, dengan membacakan dongeng kepada anak juga cara untuk membangun bonding antara anak dan orang tua.
Setiap negara memiliki ciri dongeng masing-masing, begitu juga di Indonesia. Beberapa dongeng yang mungkin bisa dibacakan kepada anak oleh orang tua bisa berupa dongeng fabel dan dongeng legenda. Dongeng fabel merupkan dongeng yang tokohnya adalah hewan dan sudah biasa dibacakan untuk anak-anak.
Di Indonesia ada tokoh Kancil yang terkenal dengan wataknya yang suka mencuri timun Pak Tani. Karakter inilah yang dapat digunakan oleh orang tua sebagai media untuk mengajarkan bahwa perbuatan tersebut tidak boleh dilakukan karena akan berdampak negatif nantinya pada kehidupan mereka.
Dongeng legenda merupakan dongeng yang berasal dari daerah tertentu. Melihat letak geografis negara Indonesia ini maka dapat dipastikan setiap daerah memiliki legenda tertentu yang dapat dibacakan kepada anak-anak dengan mengambil sisi positifnya.
Sebagai contoh dongeng yang sangat terkenal di Indonesia, salah satunya adalah dongeng tentang legenda Danau Toba yang terjadi karena murka seorang ibu kepada anaknya yaitu Malin Kundang. Dari legenda tersebut, orang tua dapat menanamkan karakter kepada anak untuk saling menyayangi sesama manusia terutama kepada orang tua.
Kemajuan teknologi saat ini masih belum bisa menggantikan posisi orang tua, begitu juga dongeng. Ketika dongeng diperankan dan dikemas dalam bentuk audio visual, anak hanya akan mendengar dan melihat dongeng dari balik layar gadget atau televisi. Akan berbeda suasana dan rasanya jika orang tua mau membacakan langsung dari sebuah buku mengingat manfaat membacakan dongeng sangatlah penting untuk tumbuh kembang anak.
Dongeng memiliki manfaat yang luar biasa dalam penanaman karakter pada anak. Jadi sebagai orang tua hendaknya kita memanfaatkan hal tersebut untuk tumbuh kembang anak. Jika hasil tumbuh kembang anak tidak sesuai harapan orang tua, maka orang tua peru menanyakan pada dirinya, sudahkah menghadirkan hatinya ketika sedang membangun bonding dengan anak mereka.(*)