MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Politeknik Negeri Malang (Polinema) menambah jumlah Guru Besar. Direktur Polinema, Supriatna Adhisuwignjo, ST., MT mengukuhkan dua profesor baru, Selasa (6/6) kemarin. Pengukuhan dilaksanakan di Gedung Pertamina Polinema dan dihadiri oleh jajaran Senat Polinema.
Kedua guru besar tersebut adalah Prof. Dr. Ir. Bagus Wahyudi, MT, dari Jurusan Teknik Mesin dan Prof. Ratih Indri Hapsari, ST., Ph.D dari Jurusan Teknik Sipil.
“Seiring dengan SK Kepmendikbudristek yang menganugerahkan gelar
Profesor ke 4 dan ke 5, kami menyampaikan apresiasi dan ucapan selamat. Semoga memberikan banyak kontribusi bagi kami, khususnya jurusan
Teknik Mesin dan Teknik Sipil,” ucap Direktur Polinema Supriatna.
Dia menyambut gembira atas
diraihnya jabatan fungsional tertinggi sebagai tenaga pendidik di dunia
kampus tersebut. Terlebih jabatan ini diberikan dalam momentum Dies Natalis ke-41 Polinema. Artinya sekaligus menjadi kado bagi Polinema.
Ini menjadi salah satu peristiwa penting bidang akademik setelah semua melalui proses pengusulan dan penilaian jabatan yang ketat. Juga banyaknya peraturan dan persyaratan yang terus berubah dan
bertambah. “Semua mutlak harus dipenuhi,” imbuhnya.
Direktur mengajak semua komponen Politeknik Negeri Malang untuk
memotivasi dan mengarahkan para tenaga pendidik ke jenjang karier
paling tinggi. Karena keberadaan Guru Besar disamping bermanfaat
bagi institusi juga bermanfaat bagi jurusan, program studi dan mahasiswa.
“Saya berharap bagi yang sudah memperoleh gelar doktor agar segera
berusaha meraih guru besar, dengan bertambahnya guru besar
meningkatkan daya saing Politeknik Negeri Malang terhadap perguruan
tinggi yang ada di Indonesia bahkan perguruan tinggi dunia,” ungkapnya.
Selain itu, kata dia, keberadaan Guru Besar berimplementasi sebagai sarana untuk membuka program studi yang
memperkuat kapasitas internal dengan membuka program pendidikan ke
jenjang Doktor Terapan.
Sementara itu, Prof. Dr. Ir. Bagus Wahyudi, MT dalam orasi ilmiahnya memaparkan tentang Peranan Konversi Energi. Menurutnya, konversi energi memiliki motivasi untuk mengurangi ketergantungan BBM fosil. Dengan begitu maka kekhawatiran akan kehabisan energi fosil tidak akan terjadi.
Selain itu, kata Prof Bagus, dengan konversi dapat meningkatkan efisiensi energi, mengaktifkan penyimpanan energi dan stabilitas jaringan, memajukan transportasi dan mobilitas serta mengaktifkan kemajuan teknologi. “Kalau ini bisa dicapai, dapat meningkatkan penggunaan kendaraan listrik di tahun 2030. Bisa saja teknologi engine akan tergantikan,” ucapnya.
Dari segi efisiensi, energi konversi listrik lebih murah dari fosil. Motor dapat digerakkan oleh listrik dari batre. “Hanya minusnya, banyak kasus terbakar. Maka yang perlu kita lakukan adalah sosialisasi dan edukasi pada masyarakat,” terangnya. (imm)