MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Dosen Fakultas Teknik (FT) Universitas Brawijaya (UB) Prof. Ir. Jenny Ernawati, MSP., Ph.D. berhasil menemukan model Rancang Kota dan Environment-Behavior Studies yang ia beri nama RATAP: Model Rancang Kota Ramah Pejalan Kaki.
Dalam paparannya, ia menjelaskan RATAP memiliki keunggulan karena mengusung pendekatan Environment-Behavior Studies. Menurutnya, pendekatan ini menempatkan manusia sebagai orientasi utama desain, dengan memadukan dimensi objektif berupa lingkungan fisik, serta dimensi subyektif seperti persepsi, preferensi, dan reaksi individu. “Tujuannya adalah menciptakan pengalaman positif bagi pejalan kaki,” ujarnya, Jumat, (22/8).
Ia menjelaskan, penelitian tersebut berangkat dari keprihatinan terhadap rendahnya aktivitas berjalan kaki di Indonesia. Padahal, minimnya aktivitas fisik menjadi salah satu pemicu penyakit kronis yang semakin meningkat.
“Fenomena ini memberi sinyal bagi pemerintah maupun peneliti untuk berupaya meningkatkan aktivitas fisik masyarakat melalui rancang kota yang tepat,” imbuhnya.
Selain itu, model RATAP menekankan atribut ruang fisik koridor jalan (street’s physical attributes) yang memiliki dampak signifikan terhadap perilaku berjalan kaki. Menurutnya, kualitas desain urban pun terbukti memberi pengaruh, baik secara langsung maupun tidak langsung, terhadap walking behavior.
“Desain kota tidak hanya menyenangkan secara estetika, tapi juga harus bermanfaat secara fungsional dan psikologis,” ujar Prof. Jenny.
Hasil penelitiannya tersebut menunjukkan, kebiasaan berjalan kaki di level lokal terbentuk melalui discursive walking, durasi berjalan, dan intensitas beraktivitas di ruang publik.
“Memahami hubungan antara lingkungan terbangun, kualitas desain urban, persepsi personal, serta perilaku berjalan kaki, menjadi kunci penting dalam merancang kota yang lebih ramah pejalan kaki,” imbuhnya.
Lebih lanjut, melalui RATAP, Prof. Jenny berharap konsep rancang kota di Indonesia ke depan tidak hanya berorientasi pada transportasi kendaraan, tetapi juga memberi ruang yang layak dan nyaman bagi pejalan kaki. Dengan demikian, kota bisa menjadi tempat yang lebih sehat, berkelanjutan, dan humanis.
“Jika masyarakat merasa nyaman berjalan kaki, maka aktivitas fisik akan meningkat. Hal ini berdampak pada kualitas kesehatan sekaligus kualitas hidup masyarakat,” pungkasnya.(hud/lim)