spot_img
Monday, January 20, 2025
spot_img

Dosen ITN Malang Raih Gelar Doktor, Kembangkan Model D-BIM, Dukung Konservasi Adat Bali

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG- Dosen ITN Malang, Dr. Ir. Ketut Tomy Suhari, ST., MT, IPP., IRSurv, mengembangkan Dynamic Building Information Modelling (D-BIM). Sistem ini terintegrasi dengan Boundary Representation (B-Rep), dan Decision Support System (DSS). Penelitiannya itu untuk mendukung konservasi dan pengelolaan ruang adat di Desa Adat Penglipuran, Bali.

Model tersebut diharapkan mampu mengakomodasi perubahan tata ruang adat yang diperlukan untuk menyeimbangkan kebutuhan pelestarian budaya dan perkembangan pariwisata, tanpa mengorbankan nilai-nilai adat yang dijunjung tinggi oleh masyarakat setempat.

“Pengembangan model Dynamic BIM ini tujuannya untuk konservasi ruang adat. Sebenarnya memanfaatkan BIM sangat luas bisa untuk konstruksi, pelestarian cagar budaya (heritage), untuk membuat model bangunan adat atau rekonstruksi bangunan, dan lain sebagainya,” ujar Tomy.

Menurut Tomy, data BIM bisa membantu mendokumentasikan data digital sesuai bangunan aslinya. Sehingga Dynamic BIM bisa merekonstruksi bangunan tersebut sesuai ukuran aslinya. Ini menjadi tantangan dalam upaya restorasi dan konservasi, karena metode yang digunakan memiliki tingkat akurasi rendah.

Hal ini bisa mengakibatkan risiko hilangnya bangunan adat sesuai ukuran asli. Untuk itu diperlukan alat ukur dengan teknologi modern seperti High Definition Survey (HDS), teknologi geospasial seperti Heritage BIM, LiDAR, fotogrametri, dan lain-lain. Namun sayangnya Heritage BIM pada dokumentasi bangunan bersejarah masih bersifat statis, belum bisa menyesuaikan dengan dinamisnya perubahan ruang adat.

“Disinilah diperlukan model Dynamic BIM untuk mengakomodir perubahan dinamis pada ruang adat dan ruang modernisasi yang berkelanjutan di Desa Adat Penglipuran,” lanjut Kepala Center for Digitalisation Construction and Smart Urban Management (DConS Center) ITN Malang ini.

Dijelaskan, tingginya arus wisatawan di Bali khususnya Desa Penglipuran lambat laun menimbulkan akulturasi budaya. Pengaruh budaya luar itu mengakibatkan perubahan gaya hidup maupun eksploitasi sumber daya alam. Desa Penglipuran pun sudah menerima modernisasi seperti adanya hotel, restoran, lapak penjual souvenir, serta adanya pertukaran budaya.

Namun, yang menjadi keprihatinan adalah adanya sebagian generasi muda sudah mengikuti budaya luar yang sedang trend. Serta terbangunnya bangunan-bangunan yang tidak lagi mencirikan bangunan adat Bali. Beruntungnya di Desa Penglipuran dan umumnya di Bali ada hukum adat awig-awig. Hukum adat ini mengatur kehidupan masyarakat adat baik tertulis maupun tidak tertulis, serta tingkah laku pergaulan hidup yang terhubung dengan falsafah Tri Hita Karana.

“Nah, di sana untuk rumah harus mempertahankan bangunan adat. Minimal harus ada paon, sekenem, sanggah (bangunan untuk ritual keagamaan), dan angkul-angkul (pintu gerbang),” imbuhnya.

Dengan penelitiannya itu, Ketut Tomy Suhari menambah jajaran doktor di ITN Malang. Dosen Prodi Teknik Geodesi S1 ini pada akhir 2024 lalu berhasil meraih gelar doktor dari Teknik Geodesi dan Geomatika, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung (ITB). Judul disertasinya “Pembangunan Dynamic Building Information Modelling untuk Konservasi Ruang Adat, Studi Kasus Desa Adat Penglipuran, Bali. (imm/udi)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img