MALANG POSCO MEDIA, KOTA BATU – Dinas Pertanian dan Ketahan Pangan (DPKP) Kota Batu memastikan wabah PMK (Penyakit Mulut dan Kaki) tidak menular ke manusia. Begitu juga dengan daging dan susu sapi perah masih bisa dikonsumsi dengan pengolahan yang baik dan benar.
Hal itu ditegaskan oleh Kepala DPKP Kota Batu, Ir. Sugeng Pramono.
“Kami sampaikan bahwa untuk wabah PMK tidak menular ke manusia. Begitu juga dengan daging dan juga susu sapi masih bisa dikonsumsi selama proses memasak dilakukan dengan benar,” ujar Sugeng kepada Malang Posco Media Rabu (11/5) siang.
Ia menjelaskan bahwa saat ini di Kota Batu ada dugaan 33 sapi yang suspek PMK. Tepatnya sapi tersebut milik 5 peternak di Desa Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji. Namun itu masih dugaan melihat dari ciri-ciri sapi yang sakit.
“Untuk hasilnya masih menunggu dari hasil sampel yang diambil Balai Besar Veteriner (BBVET) Wates saat turun ke Kota Batu tanggal 9 Mei lalu. Totalnya sekitar 3-6 sapi dari 33 sapi yang diduga PMK diambil sampel untuk diteliti apakah sapi-sapi tersebut positif PMK. Hasilnya kemungkinan keluar Kamis (12/5) besok,” bebernya.
Berbagai langkah telah dilakukan DPKP Kota untuk mengantisipasi dugaan wabah PMK menular. Langkah yang dilakukan meliputi penyemprotan disinfektan, memberi vitamin, suntik antibiotik dan melakukan sosialisasi ke Pemdes dan peternak agar tidak mengeluarkan atau melakukan jual beli sapi dari luar. Begitu juga sebaliknya.
Selain itu, DPKP juga telah membentuk satgas yang terdiri dari DPKP, Diskumdag, BBPP Songgoriti, Polres, TNI dan juga KUD Kota Batu. Namun untuk juklak dan juknis masih menunggu dari Pemerintah Pusat. Pihaknya juga telah membuat Posko di Sumbergondo.
“Saat ini kami terus melakukan penanganan komprehensif dengan berbagai stake holder. Penganan meliputi membentuk satgas hingga melakukan sosialisasi ke seluruh Kepala Desa/Lurah dan peternak di Kota Batu,” paparnya.
“Kami sampaikan jika ada peternak yang menemukan tanda-tanda PMK pada sapi seperti demam tinggi sampai 41 derajat, serta pembengkakan kelenjar pertahanan terutama di daerah mandibula atau rahang bawah. Sekitar mulut, moncong, gusi, kuku, atau payudara hewan juga tampak lepuh atau luka segera melapor ke Dinas,” imbuhnya.
Perlu diketahui juga bahwa wabah ini pernah muncul sekitar 30 tahun terakhir, yakni sekitar 1990. Namun wabah tersebut telah dikendalikan dan tiba-tiba muncul kembali tahun ini dengan menyerang beberapa daerah di Jawa Timur dan Aceh. (eri)