.
Friday, November 8, 2024

Drone dalam Liputan Lebaran

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Malang Posco Media – Ada yang menarik dari liputan berita televisi saat menyiarkan arus mudik dan balik lebaran. Penggunaan pesawat tanpa awak (drone) menjadikan situasi kemacetan panjang mampu ditampilkan lebih menarik. Deretan mobil berbagai merk dan warna yang antri di pintu-pintu masuk dan keluar tol mampu diambil gambarnya dari ketinggian oleh lensa kamera drone.

Sudut pengambilan gambar mata burung (bird’s eye view) yang dihasilkan drone mampu menampilkan visual lebih tinggi dan luas. Peristiwa arus mudik dan balik lebaran tersaji lebih hidup bahkan lebih dramatis.

- Advertisement -

Munculnya pesawat nirawak juga lazim digunakan oleh awak media. Tak hanya untuk merekan video, tetapi juga untuk pengambilan gambar foto. Drone yang digunakan para pekerja media dilengkapi sebuah kamera yang ditempatkan pada pesawat terbang kecil tanpa awak itu.

Pesawat dikendalikan melalui remote control dan smartphone. Ada yang menyebut drone sebagai quadcopter atau helikopter berbaling-baling empat. Karena bentuknya yang mini, kamera yang mampu diusungnya juga berukuran kecil sejenis kamera CCTV.

Ignatius Haryanto dalam tulisannya di Kompas (14/8/2014) menyebut bahwa liputan berita dengan menggunakan pesawat drone ini dikenal dengan istilah “drone journalism.” John V Pavlik (2001) seperti dikutip Ignatius, mengatakan bahwa kamera drone bisa dipakai untuk membuat liputan tentang protes-protes publik, kampanye partai politik, liputan olahraga, hingga liputan atas kemacetan lalu lintas di kota-kota besar, acara budaya, seni, dan kebakaran hutan.

Drone dan Jurnalisme

Pada awalnya drone merupakan pesawat tanpa awak yang digunakan untuk kepentingan perang. Tentara Amerika Serikat misalnya, telah menggunakan drone untuk menembaki musuhnya di Timur Tengah. Drone juga telah lama menjadi andalan Israel dalam menghancurkan musuh-musuhnya. Pesawat mini yang bisa dikendalikan dari jarak jauh ini bisa dipersenjatai dan cukup efektif masuk ke wilayah musuh yang sulit terjangkau.

         Seiring dengan berjalannya waktu, fungsi drone telah mengalami perkembangan. Kini drone tak hanya digunakan untuk kepentingan perang namun bisa digunakan untuk tujuan yang lebih mulia. Bahkan Presiden Indonesia, Joko Widodo pernah menyampaikan gagasan untuk penjagaan wilayah perbatasan Indonesia dengan beberapa negara tetangga dengan menggunakan drone.

         Dalam dunia jurnalisme di Indonesia juga mulai diperkenalkan drone. Walaupun masih tergolong baru, kehadiran kerja jurnalisme dengan alat bantu drone ini cukup fenomenal. Kalau sebelumnya pewarta foto atau Video Journalist (VJ) televisi hanya mampu menyajikan gambar dan video dari perspektif pandang yang sempit, kini dengan drone hasil gambar tampak lebih luas dan dramatis.

Drone hadir menjadi solusi guna mengatasi medan yang sulit dalam peliputan peristiwa. Gambar atau lanskap yang dihasilkan dari pemakaian drone adalah seperti pandangan mata burung. Liputan peristiwa berupa berita foto atau video menjadi lebih hidup dan menarik. Gambar atau video yang dihasilkan seperti layaknya dibuat dengan pesawat terbang atau helikopter besar lengkap dengan pilot dan kopilot beserta semua kru penerbangan.

Berkaitan dengan penggunaan drone untuk keperluan jurnalisme sebenarnya bermula dari eksperimen dua universitas besar di Amerika Serikat. Sejak tahun 2011 Universitas Nebraska dan Universitas Missouri telah mengenalkan drone journalisme. Sejak itu beberapa lembaga media termasuk CNN mulai mengkaji dan menerapkan penggunaan drone untuk kepentingan peliputan berita.

Sementara praktik penggunaan drone untuk kepentingan jurnalisme di Indonesia dipelopori oleh Kompas dot com. Pada bulan Mei lalu misalnya, Kompas dot com menyajikan foto aerial situs megalitikum Gunung Padang yang merupakan hasil jepretan kamera yang ditempelkan pada drone.

Dalam Konser Kampanye Salam Dua Jari yang digelar guna memberi dukungan Capres Jokowi-JK di Gelora Bung Karno waktu itu, Kompas juga menyajikan foto-foto dan video konser dari kamera yang dipasang pada drone.

Dalam liputan arus mudik dan balik lebaran 2022 lalu juga banyak digunakan drone. Hampir semua stasiun televisi menggunakan drone. Jalur-jalur kemacetan seperti di pintu-pintu tol dan titik rawan macet di sejumlah jalan arteri mampu divisualisasikan drone dengan lebih menarik. Kemacetan bisa dilihat dari ketinggian sehingga kemacetan yang mengular bisa tercover secara sempurna.

Kehadiran drone dalam kegiatan jurnalisme sangat membantu para jurnalis dalam mencari berita yang dirasa sulit dijangkau. Faktor keamanan seorang jurnalis juga bisa lebih terjaga karena dalam meliput peristiwa-peristiwa yang rawan konflik fisik bisa dilakukan dari jarak yang agak jauh.        Liputan demo misalnya, pewarta foto atau video bisa menjaga jarak dengan demonstran. Walaupun sang jurnalis agak jauh dari lokasi demo, tetapi kamera yang ditempelkan pada drone bisa menyajikan peristiwa secara lebih dekat.

Bukan Sekadar Gimmick

Drone journalism memang menjadi fenomena menarik. Kehadirannya memang membawa pembaharuan yang cukup berarti, namun bukan berarti tanpa cela. Ada kekhawatiran praktik drone journalism hanya digunakan untuk gimmick (trik) semata. Karena hasil gambar maupun video memiliki efek visual yang lebih dramatis.

Gimmick biasanya berupa sebuah adegan spesial yang menarik dengan tujuan untuk membangun emosi penonton. Bisa emosi sedih, gembira, tertawa, terharu, dan bahagia. Gimmick sengaja dibuat dengan maksud agar pemirsa tetap stay tune dan tak pindah saluran. Terdapat beragam gimmick, ada yang berbentuk dramatisasi, visual, kuis, short game, sound effect, musik, lipsing, storytelling, testimonial, dan beberapa bentuk gimmick lain.

Apapun alat bantunya, bahwa nilai-nilai esensi jurnalisme tetap sama yakni bagaimana informasi disajikan merujuk pada realita dengan tanpa rekayasa. Memang tak mudah, karena praktik jurnalisme selalu bersinggungan dengan beragam kepentingan oleh pihak-pihak yang terkait dengan pembuat berita.

Kalau pada media penyiaran, alasan memburu rating dan share selalu dikedepankan. Sementara media cetak juga terus memburu angka tiras atau oplah, media online dengan jumlah click dan viewer agar bisa terus berjaya.

         Ihwal keberadaan drone journalism sepertinya akan terus berkembang. Drone membantu bagaimana para jurnalis bekerja dan menghasilkan berita yang benar-benar mencerahkan. Drone dan jurnalisme merupakan keniscayaan perkawinan kerja manusia dengan teknologi yang sekarang sudah sangat menggejala. Semoga perkembangan baru ini menambah cerah wajah pers Indonesia.(*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img