Malang Posco Media, JAKARTA- Selama lebih dari tiga tahun ke belakang, kiprah pendaki Indonesia di kancah pendakian gunung-gunung di dunia tidak terdengar. Ditambah dengan pandemi Covid-19 yang melanda dunia seakan menyurutkan banyak ekspedisi pendakian di luar negeri. Namun situasi tersebut justru dimanfaatkan oleh Putri Handayani, inisiator Jelajah Putri, untuk melakukan persiapan pendakian.
Target yang direncanakan adalah pendakian Gunung Denali (ketinggian 6.190 mdpl) yang terletak di negara bagian Alaska, Amerika Serikat. Pendakian berlangsung hingga pertengahan Juni 2022. Pada ekspedisi kali ini, Putri memilih Fandhi Achmad sebagai partner pendakiannya. Keduanya telah berangkat dari Jakarta pada 23 Mei 2022 silam. Pendakian Denali dimulai dari base camp Kahiltna Glacier (2.200 mdpl), yang merupakan padang salju, pada 28 Mei 2022.
Setelah berhari-hari melewati jalur West Buttress, saat ini keduanya telah berada di Camp 4 (4.430 mdpl). Artinya tinggal menuju Camp 5 (5.334 mdpl) sebelum kemudian mencapai puncak Denali. Kedua pendaki Indonesia ini ditargetkan akan mencapai puncak pada 11 Juni 2022. Sejumlah pendaki internasional mengatakan bahwa elevasi Denali dari base camp menuju puncak sedikit lebih tinggi dibandingkan Mount Everest.
Pendakian gunung Denali juga kerap disebut sebagai pelatihan sebelum mendaki Everest. Putri Handayani, sebelumnya telah dua kali (2017 dan 2021) melakukan pendakian Denali yang dikenal sangat tidak bersahabat, karena faktor cuaca dan suhu yang sangat dingin bahkan di musim pendakian pada Mei-Juni.
Lulusan Universitas Indonesia ini tercatat telah beberapa kali melakukan pendakian gunung salju dan es. Ia juga tengah berupaya meraih gelar petualang grand slam yaitu selain mendaki tujuh puncak gunung yang dikenal seven summits juga menyelesaikan dua perjalanan di kutub utara dan selatan. Program pendakian tujuh puncak dunia yang ia lakukan telah diawali pada tahun 2016.
Putri melakukan pendakian gunung Kilimanjaro, dengan ketinggian 5.895 mdpl, di Tanzania, Afrika. Ia berhasil mengibarkan bendera Merah Putih di puncak Kilimanjaro. Kemudian di tahun yang sama, ia menapakkan kaki di puncak gunung kebanggaan Indonesia, Cartensz Pyramid (ketinggian 4.884 mdpl) di Papua, Indonesia.
Pada Juli 2017, giliran Elbrus di Rusia dengan ketinggian 5.642 mdpl berhasil dicapai Putri. Selanjutnya pada Februari 2018, Putri menggapai puncak gunung Aconcagua di Argentina yang memiliki ketinggian 6.962 mdpl. Selain memiliki hobi bertualang, perempuan peraih gelar MBA dari Universitas Pittsburgh, Pennsylvania, Amerika Serikat ini juga bekerja sebagai Engineer pada sebuah perusahaan minyak dan gas di Qatar.
Sementara Fandhi Achmad, atau akrab disapa Agi adalah pendaki, pemandu gunung, pemanjat tebing, dan pelari gunung Indonesia. Pemandu petualangan profesional ini serba bisa. Dalam kurun waktu 17 tahun terakhir, ia mencapai puncak Cartensz Pyramid di Papua lebih dari 20 kali. Dalam pendakian seven summits, ia telah menyelesaikan tiga gunung.
Bahkan Gunung Elbrus tidak hanya dijajakinya dengan cara mendaki seperti biasa, tapi juga dengan mengikuti dan memenangkan lomba lari ultra (juara 3), Elbrus Race, di gunung tertinggi di Rusia itu. Agi menyelesaikan Ultra Trail du Mont Blanc (UTMB) di Prancis dua kali, yang merupakan salah satu ajang lari gunung paling prestisius di dunia.
Di Indonesia sendiri, Agi adalah peraih rekor dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai Insan Indonesia yang paling banyak Juara 1 Ultra Trail Run di Indonesia pada 2021. Perpaduan keduanya ibarat melengkapi satu-sama lain. Putri punya pengalaman mendaki Denali sebanyak dua kali, hingga ia paham benar situasi dan medan di Alaska.
Sementara Agi piawai dalam hal teknik maupun pengalaman mendaki dan memandu. Keduanya pada 2019 pernah berlatih bersama di Mount Cook (Selandia Baru), dan Gunung Raung, Jawa Timur. Ekspedisi kedua pendaki ini membawa nama Indonesia di dunia pendakian internasional. Keberhasilan mereka akan ditunjukkan dengan pengibaran sang saka merah putih di puncak Denali. (mar/adv)