MALANG POSCO MEDIA, MALANG- Dugaan Nanik Suyati, 85, menjadi korban pembunuhan di rumahnya, Jalan Manyar Kota Malang, makin menguat. Meski polisi belum mendapatkan bukti kuat, namun sinyal penyebab kematian korban dianggap tidak wajar. Kasatreskrim Polresta Malang Kota, AKP Bayu Febrianto Prayoga enggan berkomentar banyak.
Dia hanya mengatakan, anggota reskrim masih menggali banyak keterangan dan mencari alat bukti. Dia juga meminta dilakukan otopsi terhadap jenazah Nanik Suyati, yang ditemukan tewas berlumuran darah, Kamis (24/11) sore di kamar mandi rumahnya. Seperti diberitakan, Isa, kerabat korban datang ke rumah itu untuk mengunjungi Nanik.
Namun alangkah kagetnya dia, saat menemukan lansia tersebut sudah terkapar di kamar mandi rumahnya, dengan kondisi meninggal dunia. Sementara di kepalanya, terlihat luka robek seperti usai terkena benda tumpul. Dia pun melaporkan peristiwa itu ke Ketua RT16 RW08 Sukun, Jumari. “Untuk saat ini, memang ada tanda – tanda mengarah ke sana (pembunuhan). Hasil otopsi akan menjawabnya,” ujar Bayu.
Penyidik Satreskrim Polresta Malang Kota, lanjutnya sudah memeriksa tiga orang. Satu diantaranya yakni Rahmat Irwanto alias Iwan, 40, anak angkat korban. Dugaan pelaku pembunuhan ini, mengarah kepada Iwan sebagai orang yang tinggal satu rumah bersama Nanik. Dia juga diketahui memiliki gangguan psikologi yang membuat emosinya tidak stabil.
“Apabila ada yang tidak cocok dengan hatinya, ia bisa marah – marah tak terkendali,” ujar salah satu warga sekitar. Ketua RT16, Jumari menerangkan, semenjak Iwan pisah dengan istrinya, pria tersebut mulai terlihat terkena tekanan mental. “Itu sekitar tahun 2020 awal. Sampai saat kejadian di bulan Agustus 2022 lalu, yang membuat warga geram,” ujarnya.
Ia mengatakan, di Agustus 2022 itu, tetangga melihat Nanik keluar rumah, dengan wajah dan tubuh penuh luka lebam. Saat ditanya, ia mengaku terjatuh di kamar mandi. “Pasti selalu mengaku begitu. Warga tidak percaya saat itu. Tapi ketika Bu Nanik yang mengatakan begitu, ya kami bisa apa,” lanjutnya. Pria 48 tahun itu mengatakan, Iwan ini sempat mencoba untuk ikut bekerja di sebuah usaha percetakan.
Namun hanya bertahan sekitar satu bulan. Hal itu diduga karena kondisi psikologis korban yang terganggu. “Meski begitu, Mas Iwan ini aslinya cerdas. Bahkan sampai sekarang ia masih aktif untuk membuka bengkel mesin elektronik. Namun hal itu khusus untuk yang sudah kenal. Baik servis di rumah, atau di lokasi pemilik. Jadi kadang bekerja, kadang tidak,” urai Jumari. (rex/mar)