MALANG MBIEN
MALANG POSCO MEDIA- Masyarakat kerap mudah memberi nama suatu tempat, dengan hal-hal ikonik di kawasan tersebut. Salah satu contohnya Telon Daging. Letaknya di pertigaan Dinoyo, yakni Jalan MT Haryono – Jalan Gajayana Kota Malang.
Sebutan Telon Daging sudah ‘viral’ sejak tahun 1950-an. Sebelum akhirnya mulai jarang terdengar beberapa tahun lalu. Telon diketahui pengucapan dari kata pertelon yang berarti simpang tiga atau pertigaan. Sementara kata Daging, digunakan karena ada penjual daging di pojok Jalan MT Haryono.
Generasi kesembilan penjual daging di pertigaan itu bernama Siti membagi ceritanya. Keluarganya berjualan daging sejak tahun 1900-an, sebelum Kemerdekaan RI. Perempuan yang merupakan anak keempat dari enam bersaudara ini, juga sempat berjualan daging.
“Namun, karena kondisi dan alasan yang lain, saya mengakhiri berjualan daging sejak sembilan tahun lalu. Dan memilih untuk menyewakan bangunan itu, untuk ruko,” ceritanya.
Sebutan Telon Daging, diketahuinya karena keluarganya yang ada di kawasan itu menjual daging semua. Dan dulunya, kawasan itu masih banyak persawahan, serta belum banyak pemukiman. “Rumah saya yang di pojok menghadap utara ini, sudah terkena tiga kali pelebaran jalan. Di sisi timur, awalnya dilebarkan empat meter, lalu pelebaran lagi lima meter. Dan di depan rumah, ada pelebaran jalan dua meter,” ujarnya.
Saat itu, kawasan tersbeut menjadi sentra industri daging. Mulai dari penjualan daging segar, hingga daging olahan melalui selep. Inilah yang membuat masyarakat, menamai kawasan itu jadi Telon Daging.
Kawasan itu juga menjadi saksi perputaran ekonomi masyarakat, sejak era penjajahan Belanda. Dari lokasi itu, kemudian sentra ekonomi lain mulai terbentuk. Berdasarkan, kemajemukan masyarakat pendatang dan kebutuhan hidup masyarakat.
Pemerhati sejarah Kota Malang, Budi Fathony mengatakan penamaan lokasi dengan suatu hal yang ikonik memang sudah biasa di masyarakat. Namun, tentu saja penamaan itu juga menjadi tanda untuk titik kumpul bagi masyarakat.
“Jadi ini semacam tanda atau sebutan, bagi masyarakat yang ingin berkumpul. Dan memang, beberapa penyebutan juga berawal dari kalangan sempit, namun akhirnya dikenal luas dari mulut ke mulut,” terangnya.
Dalam perjalanan waktu, memang Telon Daging ini terkenal sebagai salah satu pusat industri bahan pangan kala itu. Masyarakat mulai mewarnai dengan beberapa sektor ekonomi lain.
“Kawasan itu menjadi akses jalan utama menghubungkan kawasan di daerah Malang. Namun, belum ada cerita sejarah khusus di kawasan itu,” tandasnya.
Saat ini, kawasan Telon Daging kian ramai. Bahkan kerap jadi salah satu titik kemacetan di Kota Malang. Pasalnya, di kawasan itu menjadi titik bertemu pengguna jalan, yang menuju ke Kota Batu, Kota Malang dan ke kampus-kampus di sekitarnya. (rex/van)