spot_img
Sunday, June 1, 2025
spot_img

Dunia Kreativitas dan Ekspresi Diri

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA – Jika dulu skatepark identik dengan suara papan kayu bergesekan dengan besi dan beton, kini ada versi miniaturnya. Dimainkan hanya dengan dua jari. Namanya fingerboard.

Bagi sebagian orang, ini mungkin sekadar mainan.

Tapi bagi Irfan Aditiya dan para pecinta mainan tersebut, fingerboard adalah gaya hidup yang menggabungkan kreativitas, komunitas, dan ekspresi diri. Tak hanya sekadar permainan, tetapi juga ada kebahagiaan tersendiri saat memainkan terlebih bersama teman.

“Fingerboard itu replika skateboard mini, dimainkannya pakai telunjuk dan jari tengah. Bukan sekadar mainan, tapi ada teknik dan kombinasi triknya juga,” jelas Irfan, yang juga bagian dari komunitas Malang Fingerboard.

Tren fingerboard mulai merambah Indonesia diperkirakan sejak tahun  2006. Berawal dari brand terkenal bernama Tech Deck.

Meski sempat dianggap tren sesaat, komunitasnya justru tumbuh dan bertahan hingga sekarang. Ini  termasuk di Malang.

Fingerboard kini bukan cuma dimainkan sebagai hobi, tapi jadi bagian dari gaya hidup urban yang dekat dengan dunia kreatif.

“Ada banyak brand fingerboard lokal sekarang, dan event juga mulai sering diadakan. Komunitasnya makin berkembang,” kata Irfan.

Di sela kesibukannya, Irfan kerap mendokumentasikan permainannya lewat video yang ia unggah di Instagram komunitas. “Kami biasa upload di @malangfingerboard. Di situ juga sering berbagi trik baru atau ngobrol soal gear dari fingerboard ini,” ceritanya.

Bagi Irfan, fingerboard bukan cuma soal bisa melakukan trik rumit. Tetapi juga bisa saling mengembangkan teknik semakin modern, dan semakin menarik dan inovatif.

“Yang paling menyenangkan itu pas bisa gabungin beberapa trik jadi satu kombinasi. Rasanya puas banget. Apalagi kalau sambil nongkrong bareng komunitas,” tambah pemuda 27 tahun, ini.

Meski dominan digemari laki-laki, fingerboard bukan dunia yang tertutup bagi perempuan. “Dulu sempat ada cewek yang main juga di Malang, tapi sekarang pindah kota. Tapi peluangnya selalu terbuka kok,” ujarnya yang juga aktif di komunitas Malang Fingerboard.

Dengan semangat komunitas yang kuat dan kreativitas yang terus tumbuh, Irfan optimis fingerboard akan terus naik kelas. “Nggak cuma buat anak-anak. Ini bisa jadi gaya hidup baru, yang punya tempat sendiri di dunia kreatif,” pungkasnya. (rex/van)

-Advertisement-.

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img