Malang Posco Media (MPM) me-launching koran versi elektronik tepat pada perayaan ulang tahunnya yang kedua pada 1 Agustus lalu. Koran MPM versi elektronik melengkapi beragam produk jurnalistiknya berupa koran cetak, website, YouTube, TikTok, Instagram, Twitter, dan beragam platform media sosial (medsos) lain. Koran versi elektronik (e-koran) merupakan keniscayaan di saat teknologi digital semakin canggih saat ini.
Seorang Pakar Komunikasi, Marshall McLuhan pernah menyatakan bahwa semenjak lahirnya media baru (new media) berwujud internet telah mengubah cara orang berkomunikasi. Ternyata dalam perkembangannya, internet tak hanya mengubah cara orang berkomunikasi saja tetapi juga telah mengganti cara orang memenuhi kebutuhan hidupnya. Kini banyak wilayah pekerjaan manusia yang difasilitasi oleh teknologi internet.
Kalau dulu orang hanya mengenal buku dalam versi cetakan, kini muncul buku elektronik (e-book). Perdagangan yang semula hanya dilakukan dengan aktivitas jual beli tatap muka langsung, kini bisa melalui dagang online (e-dagang) atau (e-commerce). Sekolah, kuliah, rapat, diskusi, seminar, dan sejumlah acara edukatif lainnya sekarang bisa dilakukan di ruang-ruang maya dengan bantuan internet.
Internet juga telah mengubah lanskap media massa saat ini. Beragam diversifikasi produk jurnalistik bermunculan karena teknologi telah memungkinkan hadirnya aneka inovasi. Era perubahan (disruption) saat ini mengharuskan media massa juga berubah guna merespon perkembangan dan kebutuhan masyarakat yang juga telah berubah. Konsep e-koran adalah salah satu contoh perubahan kemasan produk jurnalistik merespon perkembangan teknologi terkini.
No Border
Dengan teknologi internet, saat ini memang tak ada lagi batas. Tak ada lagi batas geografis yang tak bisa ditembus. Secara teknologi interaksi manusia sudah terhubung secara global tanpa batas (border) wilayah. Demikian pula dengan konsep pemilahan media massa. Saat ini sejatinya tak ada lagi media lokal dan nasional. Faktanya, walaupun media itu berdomisili di sebuah daerah tertentu tetapi produk jurnalistiknya bisa diakses secara global dengan bantuan internet.
Marshall McLuhan telah lama menyebut munculnya desa global (global village). Dengan teknologi dunia dianalogikan menjadi sebuah desa yang sangat besar. McLuhan mengenalkan konsep ini awal tahun 60-an dalam bukunya yang bertajuk “Understanding Media: Extension of A Man.” Konsep ini berangkat dari pemikiran bahwa informasi akan sangat terbuka dan dapat diakses oleh semua orang. Tak ada lagi batas waktu dan tempat yang jelas.
Munculnya e-koran akan meleburkan batasan wilayah. Asal ada perangkat pendukung dan jaringat internet, semua produk jurnalistik berbasis digital online akan bisa diakses dari manapun. E-koran akan menjadikan produk news sebuah penerbitan media dapat diakses secara global. Hal ini tentu berbeda dengan koran versi cetak hanya akan sangat tergantung pada oplah dan distribusi fisik koran tersebut ke tangan pembaca satu per satu.
E-koran merupakan produk koran elektronik dengan sensasi layaknya membaca koran secara fisik. Inovasi e-koran ini semakin memberikan kemudahan kepada pembaca dalam memenuhi kebutuhan informasi sesuai dengan keinginan dan perangkat teknologi yang dimilikinya. Lewat aneka gadget seperti smartphone atau laptop, e-koran bisa diakses dengan mudah.
Munculnya e-koran memang bukan sebagai pengganti koran dalam wujud cetak. E-koran walaupun serupa koran cetak yang didigitalkan, namun cara aksesnya berbeda. Semua tergantung kenyamanan masing-masing pembaca. Bisa mungkin orang cepat capek saat harus membaca di smartphone dengan ukuran yang kecil. Ataupun bisa mungkin rasa lelah akan muncul saat membacanya di laptop atau tablet.
Semua ada plus dan minusnya. Munculnya e-koran akan memutus distribusi layaknya koran tercetak. Peran para loper dan agen koran bisa jadi akan tergusur karena koran tak perlu lagi diantar ke rumah-rumah pelanggan tetapi secara otomatis e-koran akan masuk lewat beragam alat komunikasi canggih yang dimiliki pembaca. E-koran akan lebih praktis dan ekonomis, bagi perusahaan media maupun bagi pembaca.
Perubahan Gaya
Sebuah survei yang pernah dilakukan Nielsen Consumer & Media View telah terjadi perubahan pada kebiasaan membaca masyarakat Indonesia. Dari beberapa bentuk media cetak seperti majalah, tabloid, dan koran, masyarakat lebih memilih koran di urutan pertama.
Perubahan gaya membaca juga berubah dari bacaan yang sifatnya tercetak beralih ke digital. Fenomena ini terjadi salah satunya karena dipicu semakin tingginya akses masyarakat pada smartphone, dimana melalui perangkat telepon pintar itu banyak orang dapat memenuhi kebutuhannya, termasuk untuk urusan akses informasi.
Perubahan gaya membaca ini dipicu oleh digitalisasi. Karena saat ini banyak urusan kebutuhan manusia yang bisa diselesaikan dengan teknologi. Beralihnya pola konsumen media dari cetak ke digital ini turut dibarengi dengan tren pemasangan iklan di media berbasis internet yang naik pula. Hal inilah yang selanjutnya direspon oleh pengelola media massa dengan membuat produk jurnalistiknya berwujud elektronik.
Merujuk data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pengguna internet saat ini lebih dari 77 persen penduduk Indonesia. Sebelum pandemi, jumlah pengguna internet masih kisaran 175 juta, sedangkan menurut data APJII terbaru, tahun 2022 ini pengguna internet naik mencapai 210 juta. Ada penambahan sekitar 35 juta pengguna internet di Indonesia. Tingginya aksesibilitas masyarakat pada internet ini mendukung segala produk dan layanan yang berbasis digital.
Teknologi memang terus berubah. Disrupsi yang dipicu oleh kemajuan teknologi memang perlu direspon dengan inovasi baru. Termasuk munculnya e-koran merupakan inovasi koran karena faktor teknologi. Sebuah inovasi baru ini tak boleh mandek karena ke depan akan berkembang Artificial Intelligence (AI) dan Metaverse yang memungkinkan munculnya Virtual Reality (VR) yang tak menutup kemungkinkan akan mengubah cara orang mencari dan mendapatkan informasi.
Bisa jadi, tak lama lagi e-koran juga akan menjadi barang jadul karena tuntutan masyarakat dalam membaca koran sudah berubah dan tak puas lagi dalam wujud cetak atau elektronik sekalipun. Namun apapun perubahan yang bakal muncul karena teknologi, esensi sejati dari media massa adalah menyajikan produk jurnalistik yang profesional tak akan berubah. Masyarakat butuh pers dan produk media massa dalam kemasan yang selaras dengan tuntutan zamannya.
Ketika sebuah media membuat e-koran sebagai bagian dari penyajian produk jurnalistiknya, maka sejatinya media tersebut ingin memanjakan para pembacanya. Harapannya, kemudahan dan keberagaman kemasan konten media bisa menjadi pilihan pembaca dalam memenuhi kebutuhannya. Ending-nya, semoga tingkat literasi masyarakat tak terpuruk lagi namun mampu merangkak naik. Semoga. (*)