MALANG POSCO MEDIA – Penanganan banjir dengan memperbarui saluran drainase memang sebuah solusi. Namun kalau proses perbaikan drainasenya dikerjakan pada jam padatnya arus lalu lintas, tentu sangat meresahkan masyarakat. Satu sisi alasan perbaikan, tapi sisi lainnya menimbulkan kemacetan.
Ideal penggalian drainase untuk pemasangan beton drainase berukuran besar memang dilakukan malam hari. Selain menghindari polusi debu, juga relatif tidak mengganggu arus lalu lintas. Karena pada malam hari, jumlah kendaraan lebih sedikit dibanding pada saat siang hari, dan sibuk-sibuknya orang berangkat dan pulang kerja.
Tak bisa dipungkiri memang bila ada proses penggalian drainase, aktivitas lalu lintas pasti terganggu. Tapi setidaknya pemkot dan pemenang tender bisa mempertimbangkan efektivitas pekerjaan tanpa mengganggu lalu lintas. Polusi debu juga bisa diminimalisir.
Yang menjengkelkan setiap ada proyek galian, selalu tanah bekas galian diarahkan ke jalan raya. Tidak langsung proses diambil atau dialihkan sementara ke tempat lain dengan menggunakan truk. Otomatis tumpukan tanah galian campur batu menumpuk di jalan. Akibatnya jalan raya bukan hanya dipenuhi bekas galian, tapi aksesnya menjadi menyempit.
Pengendara pun harus bergantian akibat jalan raya tak bisa dilalui secara bersamaan. Karena satu sisi ada proses galian drainase dengan tanah-tanah galian yang menumpuk. Kondisi ini rawan menimbulkan kecelakaan bagi pengendara yang tidak hati-hati dan awas bila ada tumpukan material di pinggir jalan.
Bukan itu saja, proses finishing pasca pemasangan drainase juga kadang terkesan asal-asalan. Yang penting sudah tertutup. Fokus drainase saja. Sementara dampak yang ditimbulkan akibat penggalian drainase kadang diabaikan. Taman di depan rumah kadang terkena galian. Jalan depan rumah yang sudah rapi dan sejenisnya juga terdampak galian.
Ini yang menimbulkan kesan negatif bagi masyarakat. Proses pengerjaannya sudah mengganggu. Pasca pengerjaan perbaikan drainase juga tidak rapi. Artinya masih sering terjadi sisa galian tercecer, bongkahan tembok yang tetap berantakan akibat galian. Ini yang kadang membuat masyarakat marah.
Jangan karena kepentingan umum dan anggaran terbatas, kemudian setelah membongkar drainase, dampaknya tidak diperhitungkan. Kalau tidak mau memperbaiki kembali, maka idealnya ketika membongkar saluran juga diperhitungkan dengan rapi. Kalau tidak, maka sudah otomatis perbaikan pasca pembongkaran drainase menjadi tanggung jawab pelaksana proyek.
Kalau mau dipercaya masyarakat harusnya memberikan gambaran yang baik kepada masyarakat. Penggarapan proyek pun dilakukan secara profesional. Peralatan pun canggih dan standar pengerjaan perbaikan drainase. Itu agar efektif waktu dan dampak yang ditimbulkannya juga bisa diperhitungkan dengan matang.
Memperbaiki drainase memang harus dilakukan karena itu solusi mengatasi banjir. Tapi jangan berdalih ini kepentingan umum, terus kemudian bisa membongkar apa saja. Ada batas drainase yang bisa dibongkar. Tapi ada juga wilayah milik warga yang secara otomatis ikut terdampak. Jadi kembalikan seperti semula dengan rapi kembali. Pasti di mata rakyat proyek yang dikerjakan akan istimewa.(*)