MALANG POSCO MEDIA – Memasuki paruh musim, kondisi Arema FC ternyata tak baik-baik saja. Performanya terus menurun. Meski sempat menang, tapi berulang kali kembali kalah. Harapan kemenangan yang ditargetkan lebih banyak meleset. Kekecewaan terus berulang-ulang terjadi dan membuat tim makin terpuruk. Kini posisi Arema FC juga masih menghuni zona degradasi.
Kondisi yang tak boleh dibiarkan dengan santai santai saja. Ini karena target yang sudah dicanangkan Arema FC sudah mbleset. Bukan target melejit ke papan atas, target lepas dari zona degradasi saja, tak mampu ditunjukkan pelatih Arema FC Fernando Valente. Padahal saat memulai putaran kedua, Fernando Valente menegaskan Arema FC harus lepas dari Zona Degradasi. Karena baginya itu merupakan cara bagus bagi Arema FC. Dan ia bertekad memberikan yang terbaik untuk Arema FC.
Tapi faktanya, hingga pekan ke 16, posisi Arema FC masih di zona degradasi. Bahkan bila di pekan 17, Arema FC mampu mengalahkan Madura United, poin Arema FC pun tertahan di 16 poin. Masih kalah sama Persita Tangerang. Buruknya performa dan hasil klasemen ini tentu saja menampar semua pihak. Arema FC yang sudah kehilangan dukungan dari pecinta bola di Malang, sebenarnya terus berusaha bangkit. Namun keberuntungan dan nasib baik masih belum menaungi Dedik Setiawan dkk ini.
Ya, Tragedy Kanjuruhan menjadi momen paling krusial bagi perjalanan Arema FC di musim ini. Belum tuntas kasus hukum yang melingkupi tragedi memilukan dan ketiga terbesar di dunia sepakbola dunia ini, Arema FC juga tampak ‘menghindari’ konflik dengan para Aremania dan para stakeholder terkait. Menyelesaikan persoalan sensitif dengan caranya sendiri, membuat kepercayaan Aremania dan para pecinta bola di Malang nyaris sirna. Momen ulang tahun ke 35 yang harus menjadi momen kebangkitan bersama, nyatanya masih belum mampu menyatukan AREMA.
Maka, tak ada pilihan bagi Fernando Valente untuk lebih bekerja keras lagi. Tak hanya keluar dari degradasi, target itu harus lebih dinaikkan lagi. Arema FC harus finish di papan atas. Sulit? Pasti sulit. Tapi taka da yang sulit ketika kondisi banyak tekanan, banyak masalah, dan hilangnya kepercayaan. Arema FC harus lebih percaya diri, main lepas tanpa beban. Bermain seasyik-asyiknya dan tak terpengaruh dengan lawan. Jadikan setiap pertandingan adalah laga yang menghibur seperti saat ditonton puluhan ribu Aremania.
Ya, tak berhomebase di Kanjuruhan dan tak adanya supporter fanatik yang selalu setia menonton pertandingan membuat separo nyawa Arema FC hilang. Performa Arema FC sangat tidak asyik ditonton. Permainan khas gaya malangan tak terlihat. Ngotot untuk menang juga jarang terlihat. Yang ada suasana was-was saat menonton pertandingan Arema. Psikologis penonton ini juga tentu dampak dari performa Arema FC saat bertanding di Stadion I Kapten Wayan Dipta Bali maupun saat away.
Ayo Singo Edan. Kembalikan karaktermu. Tampil Edan dalam setiap pertandingan. Menangi semua pertandingan tersisa. Dan jadilan sang ‘Raja’ dalam setiap laga. Kalau pun tak bisa juara, paling tidak, rengkuhlah papan atas sebagai kebanggaan untuk Arema dan Malang Raya. Singo Edan Pasti bisa. Lepaskan diri dari zona degradasi. Zona Merah? Pasti bahaya!.(*)