Asa Ketua HIPMI Kabupaten Malang, Qintharra Ulya Yassifa
Muda, cantik, cerdas, visioner, leadership, entrepreneur dan berprestasi. Itulah Qintharra Ulya Yassifa. Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kabupaten Malang periode 2024-2027 ini dihadapkan dengan sejumlah tantangan memberdayakan pebisnis.
=====
MALANG POSCO MEDIA – Pebisnis berlatar belakang arsitek ini orangnya humble kepada siapapun. Ketika bertemu Malang Posco Media, ia mudah akrab, seperti teman lama yang lama tak berjumpa.
Qintharra merupakan sosok inspiratif. Dengan visi yang jelas dan semangat yang tinggi, ia berkomitmen membesarkan HIPMI Kabupaten Malang serta memberikan dukungan penuh kepada para pebisnis di Kabupaten Malang.
Lulusan Birmingham City University, Inggris dan Nanyang Academy Of Fine Art, Singapore ini juga Chief Executive Officer (CEO) Fraiche Atelier. Perusahaan yang bergerak dibidang konsultan arsitek.
Fokusnya saat ini menghidupkan kembali HIPMI Kabupaten Malang yang sempat vakum sejak pandemi. Ia sangat yakin perkembangan bisnis di Kabupaten Malang masih banyak potensi yang bisa dibesarkan dengan kapasitas sumber daya alamnya yang masih sangat potensial.
Qintharra memahami pentingnya peran HIPMI Kabupaten Malang dalam memajukan ekonomi lokal. Salah satu langkah strategis yang diambil adalah memperkuat jaringan dan kolaborasi dengan berbagai pihak. Termasuk pemerintah daerah, institusi pendidikan, serta komunitas bisnis lainnya. Tujuannya menciptakan ekosistem bisnis yang kondusif dan berkelanjutan. Menurutnya, pebisnis di Kabupaten Malang masih belum banyak yang terjamah karena disebabkan informasi dan exposure tidak sebanyak dan sebesar di Kota Malang.
“Jadi ini merupakan tugas dan tantangan kami sebagai pebisnis muda yang memiliki inovasi baru untuk mengenalkan exposure kepada para pebisnis di Kabupaten Malang,” ucapnya
Ia menyampaikan, HIPMI Kabupaten Malang saat ini memiliki program kerja jangka pendek dengan menyortir dan membuat database pelaku usaha yang bisa dikembangkan seperti kopi yang ada di Desa Dampit serta desa lainnya yang potensial.
Disamping itu ia bertekad memberikan dukungan yang konkret bagi para pebisnis di Kabupaten Malang. Melalui berbagai program pelatihan, workshop, dan seminar, HIPMI Kabupaten Malang berusaha meningkatkan kapasitas dan keterampilan para anggotanya. Qintharra percaya dengan pengetahuan dan keterampilan yang tepat, para pebisnis lokal dapat bersaing di pasar yang lebih luas.
“Nanti kami akan berkunjung setiap Kecamatan di Kabupaten Malang untuk profiling para pebisnis. Kami bantu mereka membuat database bisnis yang potensial. Jika ada yang belum berkembang kami bantu untuk dikembangkan dengan perizinan, packaging dan membikin analisa bisnis. Jadi mereka tahu arah bisnisnya,” imbuhnya.
Untuk mencapai target tersebut, HIPMI Kabupaten Malang bekerjasama dengan Badan Usaha Desa (BUMDES) di desa-desa wisata. Harapannya, dana yang besar bisa dimaksimalkan dan terolah dengan baik.
Selain itu, dalam waktu dekat, mereka akan melakukan audiensi ke kepala desa. Tujuannya mengedukasi para pebisnis di desa yang potensial seperti membantu dalam merancang proposal bisnis, analisis bisnis dan target market mereka.
Qintharra tidak merasa khawatir jika potensi pariwisata di Kabupaten Malang akan mengganggu wisata di Kota Batu. Karena HIPMI Malang Raya saat ini sudah solid menjalin kolaborasi dan memiliki program unggulan masing-masing.
“Di Kabupaten Malang tidak hanya industri. Pariwisata juga sangat mumpuni. Bentuk wisatanya berbeda dengan wisata yang ada di Kota Batu. Jadi ini merupakan sesuatu yang potensial di Kabupaten Malang dan tidak akan mengganggu wisata yang ada di Kota Batu,” ujarnya
Qintharra juga memiliki program jangka panjang untuk HIPMI Kabupaten Malang. Berbekal database yang lengkap, ia akan membantu produk – produk pelaku usaha untuk diekspor. Saat ini, ia sedang membangun jaringan dengan HIPMI Jatim, Kamar Dagang Industri Indonesia (KADIN) dan beberapa pihak yang bisa membantu programnya.
Ia melihat di Kabupaten Malang masih banyak produk yang bisa diekspor. Tidak hanya kopi. Kayu mahoni, pisang, hasil laut itu merupakan sumber daya alam yang potensial di Kabupaten Malang.
Berbekal database, nantinya produk yang sesuai dengan kebutuhan dan permintaan negara lain akan diusahakan bisa di ekspor ke berbagai negara.
“Kami berusaha untuk menjembatani mereka. Memberdayakan mereka. Kemarin ada pebisnis yang minta untuk mengekspor hasil lautnya ke Cina. Dengan database, kami mengetahui kebutuhan negara lain seperti apa,” ucap Qintharra yang juga pernah menjadi Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Inggris.
Saat ini Qintharra merasa bisnis merupakan cita-citanya dan panggilan hati. Ia merasa belum bisa bekerja ikut orang dan lebih cocok membuka bisnis. Dengan kapasitasnya yang mumpuni selama ini, beberapa proyeknya sudah tersebar di kota besar seperti Jakarta, Badung dan kota-kota besar lainnya.
“Pada dasarnya saya suka ngajar. Suka dunia akademisi. Tapi masih belum untuk menjadi dosen. Dengan menjadi pebisnis banyak hal yang bisa saya lakukan, bisa mengedukasi temen-temen di Kantor dan bisa memberikan ilmu bisnis kepada yang lainnya,” ucap Qintharra. (hud/van)