MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Kolaborasi hexahelik yang dilakukan Pemkot Malang membuat Kota Malang lebih cepat bangkit dari keterpurukan pasca pandemi Covid-19. Semuanya bergandengan tangan dengan semangat salam satu jiwa. Hasilnya, diakhir kepemimpinan Wali Kota Malang Sutiaji dan Wawali Sofyan Edi Jarwoko pertumbuhan ekonomi Kota Malang mencapai level tertinggi dalam 12 tahun terakhir.
Hal ini menjadi bukti ketangguhan, kemandirian dan program berkelanjutan di Kota Malang. Meskipun sempat terpuruk selama pandemi Covid-19 selama dua tahun, perekonomian Kota Malang pada saat ini mencapai 6,32 persen. Angka ini bahkan melebihi pertumbuhan sebelum pandemi dan menjadi rekor tertinggi dalam kurun waktu satu dasawarsa terakhir. Menjadi sebuah hal yang membanggakan pula, kala realisasi pertumbuhan ekonomi tersebut telah melampaui target pembangunan 2023 sebesar 5,80 persen dalam tempo setahun lebih cepat.
Wali Kota Malang Drs H Sutiaji menjelaskan pertumbuhan ekonomi Kota Malang yang tahun lalu sebesar 6,32 persen terakhir dicapai pada 2013 silam. Ia menjelaskan hal-hal yang dilakukan Pemkot Malang dilakukan untuk tangguh dan mandiri adalah dengan kolaborasi yang kuat lintas sektor dan instansi. Yakni implementasi kolaborasi hexahelix antara pemerintah daerah, akademisi, kalangan pengusaha, komunitas, perbankan dan media.
“Saat pandemi Covid-19 kita termasuk salah satu yang stabil, bahkan angkanya naik dibandingkan dengan daerah lain,” jelas Sutiaji.
Penguatan sektor ekonomi kreatif (Ekraf) dan konsentrasi pada pengembangan UMKM menjadi srategi khusus. Berbagai program dilakukan untuk menstimulus dan mendongkarak pertumbuhan UMKM lokal Kota Malang.
Salah satunya dengan mengalokasikan anggaran-anggaran di setiap perangkat daerah yang diperuntukan bagi UMKM. Yang baru dilakukan adalah belanja UMKM lokal, ini dimulai dari kalangan ASN Pemkot Malang melalui aplikasi Malpro yang dilaunching beberapa waktu lalu.
“Kita terus dorong UMKM ini bisa terlibat dan dia tumbuh. Seperti ASN belanja produk UMKM itu kan kita dorong. Dari ASN yang ribuan saja kami yakin bisa mendorong UMKM tumbuh pesat. Penggerak utama perekomian saat ini memang UMKM,” tegas orang nomor satu di Pemkot Malang ini.
Tidak hanya pertumbuhan ekonomi naik tinggi, Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang juga merilis data terbaru tingkat kemiskinan Kota Malang selama setahun terakhir. Hasilnya, tingkat kemiskinan di Kota Malang mengalami penurunan dibanding pada tahun sebelumnya.
Dalam setahun terakhir tingkat kemiskinan di Kota Malang mengalami penurunan sebesar 0,25 persen poin menjadi 4,37 persen pada tahun 2022. Jadi menurut jumlahnya, penduduk miskin di Kota Malang ini sebanyak 10,38 ribu orang dan mengalami penurunan sebanyak 1,02 ribu dibandingkan tahun sebelumnya.
Masalah pengentasan kemiskinan, hal ini menjadi komitmen prioritas bagi Wali Kota Malang Drs. H. Sutiaji. Ia mendorong pengentasan kemiskinan di Kota Malang ini secara inklusif kolaboratif. Keseriusan ini dibuktikan dengan hadirnya Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Kota Malang yang diketuai oleh Ir. H. Sofyan Edi Jarwoko.
“Yang harus kita kuatkan bersama adalah kolaborasi dalam penanganan dan pengentasan kemiskinan. Kami butuh komitmen semua untuk melakukan treatment dalam menanggulani kemiskinan,” ujar Sutiaji.
Meski angka kemiskinan mengalami penurunan menjadi 4,37 persen, namun angka tersebut diupayakan terus ditekan agar mencapai target RPJMD. Yakni setidaknya sebesar 3,77 persen. Disamping itu ia juga menekankan pentingnya akurasi data agar benar-benar menggambarkan kondisi ekonomi masyarakat.
Selain angka kemiskinan, indeks pembangunan manusia (IPM) Kota Malang juga mengalami kemajuan selama periode 2016-2022. Dari 80,46 persen pada tahun 2016, meningkat menjadi 82,71 persen pada tahun 2022, atau selama periode tersebut tumbuh sebesar 2,80 persen poin. Dengan kata lain rata-rata pertumbuhan sebesar 0,46 persen per tahun. (aim)