Detailnya Masih Didata, Khawatir Tanaman Endemik Rusak
MALANG POSCO MEDIA- Gunung Bromo dan Gunung Arjuno terbakar, ekosistem rusak. Padahal salah satu pesona dua gunung itu yakni kekayaan ekosistemnya.
Sekitar sepekan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) membawa dampak serius. Kawasan wisata tutup total hingga ekosistem yang rusak butuh waktu lama untuk pemulihan.
Untuk diketahui, penanganan kebakaran juga masih dilakukan hingga Selasa (12/9) kemarin. Sejumlah titik panas yang sempat beberapa kali kembali memunculkan kobaran api.
Daerah savana yang telah habis terbakar terlihat dari kawasan TNBTS dari titik Jemplang, Ngadas Poncokusumo. Menyisakan perbukitan yang telah padam dari kebakaran pada sebagian besar lokasi. Baik pepohonan, alang-alang dan rumput.
Kepala Balai Besar TNBTS Hendro Wijanarko menerangkan, kebakaran mempengaruhi kondisi berbagai ekosistem tanaman. Bahkan beberapa tanaman endemik juga terdampak akibat sebaran api. Hendro menyebutkan beberapa tumbuhan yang terdampak akibat kebakaran itu di antaranya alang-alang, pinus hutan, rumput malela, dan Anggrek Tosari.
“Anggrek Tosari ini endemik di pegunungan Jawa,” ungkapnya saat ditemui, Selasa (12/9) kemarin.
Untuk memulihkan tanaman itu, Hendro menyebut waktu yang tak sebentar. Itu pun mekanisme yang berbeda-beda. Pemulihan hingga hijau kembali juga tergantung dari seberapa besar kekuatan ketahanan tanaman pada saat kebakaran.
“Untuk ekosistem alang-alang kemungkinan akan pulih secara alami. Paling tidak satu bulan setelah hujan akan bersemi kembali,” jelas Hendro.
Sementara untuk ekosistem khas TNBTS, seperti Cemara Gunung, Kesek, Tutup Beling, dan Mentigi, Hendro menyebut akan melakukan penanaman ulang. Dikatakan, perlu upaya-upaya pemulihan ekosistem. Pihaknya juga terbuka untuk relawan yang nantinya ikut berkontribusi.
TNBTS, kata Hendro, telah menjadi rumah bagi beragam flora dan fauna. Seperti halnya burung dan mamalia. Ia tak memungkiri akan terjadi perpindahan habitat sementara ke wilayah yang tak terdampak kebakaran untuk beberapa waktu kedepan.
Ditanya mengenai berapa lama pekerjaan rumah recovery ekosistem, pihaknya belum bisa memastikan. Mengingat, tak semua tanaman mati akibat kebakaran, ada juga yang mampu bertahan dan dimungkinkan bisa kembali normal.
“Kalau ini kita lihat Cemara Gunung bisa bertahan, beberapa jenis masih bertahan. Untuk pemulihan kita akan tanami jenis asli,” katanya.
Sementara itu proses penanganan masih berlangsung. Diketahui sejak hari pertama kebakaran, total ada 2.910 tim gabungan yang berjibaku melakukan pemadaman api di kawasan TNBTS dalam setiap harinya.
“Mulai kemarin sore (Senin, red) kondisi kebakaran bisa kita kendalikan, hanya saja saat ini memang masih ada hotspot atau titik panas, sesuai aplikasi Sipongi, di blok Keciri. Tim sudah mengirimkan drone untuk mengecek hotspot dan melakukan antisipasi,” kata Hendro.
Dikhawatirkan kebakaran meluas jika tidak segera ditanggulangi hingga lebih banyak merusak lingkungan. Pemadaman melibatkan masyarakat peduli api dan relawan. Angin kencang tak memungkinkan water bombing dilakukan. Alhasil, pemadaman manual di darat menjadi pilihan. Tim juga melakukan penyisiran di sepanjang jalur dan batas titik panas.
“Hotspot setelah kita cek tinggal satu, totalnya kemarin banyak, ada sekitar empat lokasi. Dilanjutkan pendinginan atau pembasahan agar tidak timbul lagi bara api. Kalau sudah aman kita buka kembali wisata ke bromo,” paparnya.
Ditempat yang sama, Kalaksa BPBD Jatim Gatot Soebroto mengungkapkan sempat terjadi titik api baru. Muncul setidaknya tiga kali dalam sehari. Helikopter yang semula untuk penanganan water bombing di TNBTS kini dialihkan untuk pemadaman di Gunung Arjuno.
“Kami cek ada titik api baru akibat ada gambut sehingga tadi sempat muncul api lagi. Helikopter sudah coba ke sini sekitar pukul 09.00 WIB. Dicoba lagi dua kali terbang anginnya masih kencang dan itu berisiko melakukan water bombing karena pengaruhnya ke helikopter. Sehingga sementara ini kita perkuat dengan pemadaman darat,” jelas Gatot.
Ia berharap water bombing segera bisa dilakukan. Sebab hal tersebut dinilai mempercepat penanganan. Sementara titik panas yang mengawatirkan masih terjadi di Jemplang saja. Titik lain seperti Probolinggo sudah padam. “Kendala selain angin kencang. Pastinya bukit curam, lalu peralatan belum maksimal,” ucapnya.
Ia menyebut, karakteristik kebakaran hutan di Bromo dan Arjuno cukup berbeda. Kondisi perbukitan di Arjuno dinilai lebih curam dan menyulitkan. Beberapa masalah lain seperti kekurangan air terjadi di Gunung Arjuno dan dikeluhkan warga. Pihak BPBD akan berkoordinasi dengan kepala desa untuk mengidentifikasi masalah serupa di sekitar TNBTS.
Sementara itu dampak dari kebakaran lahan dan hutan di Gunung Arjuno juga sangat besar. Selain dampak polusi udara akibat asap karhutla, tapi juga berdampak terhadap keberadaan flora dan fauna yang dilindungi di Gunung Arjuno. Hal itu disampaikan oleh Kepala UPT Tahura R Soerjo, Ahmad Wahyudi.
“Dampak karhutla di Arjuno sangat berpengaruh terhadap kehidupan di Gunung Arjuno. Pasalnya yang terbakar adalah flora yang di dalamnya pasti ada fauna. Namun kami belum bisa memastikan sepenuhnya karena belum dilakukan evaluasi terkait flora dan fauna yang terbakar,” jelas Ahmad Wahyudi saat dikonfirmasi Malang Posco Media, Selasa (12/9) kemarin.
Diungkapnya bahwa sementara ini untuk jenis flora yang kemungkinan ikut terbakar dalam bencana seperti alang-alang, semak belukar dan cemara. Selain itu juga pohon manisrejo yang berada di atas Gunung Arjuno kemungkinan juga ikut terbakar.
“Kemudian tanaman akasia juga berpotensi terbakar. Sedangkan untuk fauna saat ini belum ada informasi yang masuk. Tahura R Soerjo juga masih belum mengetahui ada atau tidaknya satwa yang mati akibat kebakaran karena kami belum melakukan pendataan dan masih fokus sejauh ini masih pemadaman,” katanya.
Tapi yang pasti, diungkap Wahyudi bahwa di wilayah Tahura R Soerjo banyak memiliki satwa yang dilindungi. Seperti rusa, kancil dan macan tutul. Serta ada berbagai jenis burung, monyet, dan lutung.
Perlu diketahui bahwa area karhutla di Arjuna tersebar di wilayah Kota Batu, Kabup aten Mojokerto, Kabupaten Malang, dan Kabupaten Pasuruan. (tyo/eri/van)