MALANG POSCO MEDIA, MALANG- Banjir bandang di Desa Ngantru, Kecamatan Ngantang membawa material keras kayu dan batu. Pembersihan material diperkirakan memakan waktu hingga berhari-hari. Camat Ngantang, Eno Imam Safari mengatakan pembersihan masih membutuhkan kerja ekstra tim gabungan.
Sebab, material kayu yang terbawa berskala besar dan memerlukan evakuasi dengan dilakukan pemotongan. Ia mengatakan, sempat terjadi timbunan lumpur dan kayu di wilayah lahan pertanian warga namun saat ini sudah teratasi. “Saat hari kedua, mungkin baru 8-15 persen dilakukan pembersihan,” ujarnya.
“Material yang menimbun masih banyak. Sudah ada tiga alat berat yang dikerahkan salah satunya dari Bina Marga Provinsi Jatim. Tetapi diperkirakan masih butuh beberapa hari (pembersihan),” ujar Eno, sapaan akrabnya kepada Malang Posco Media, kemarin. Eno memperkirakan jika tidak ada kendala, paling cepat akan terselesaikan dalam lima hari.
Sementara kendala lain, titik evakuasi atau pemindahan material yang terbawa banjir bandang cukup jauh jaraknya. Sehingga memakan waktu armada truk untuk memindahkannya. Banjir bandang berdampak tergenangnya satu buah bangunan musala terendam lumpur. Selain itu saluran pipa air bersih putus dan hilang sepanjang 200 meter terbawa banjir.
Kini fokus penanganan yang dilakukan, lanjutnya adalah agar aliran sungai kembali normal tanpa terhambat material. “Terkait dengan kondisi lahan di hulu juga perlu diperhatikan. Nantinya kita kaji, dan dianalisa bersama BPBD dan Perhutani karena akibatnya seperti ini. Kita akan koordinasi,” tambahnya.
Seperti diketahui, dalam peristiwa tersebut, air membawa sejumlah material, baik berupa lumpur, rumpun bambu hingga gelondongan batang pohon. Eno menduga jika gelondongan kayu yang terseret banjir itu merupakan sisa material dari kejadian meletusnya Gunung Kelud, sehingga menjadi bendung alam.
Pradipta Indra, Manajer Advokasi dan Hukum WALHI Jatim menuturkan bahwa perlu ada kajian teknis lebih lanjut untuk mengungkap penyebab banjir bandang tersebut. Dikatakan, ketika terjadi bencana hidrometeorologi perlu dikaji secara keseluruhan, termasuk soal perencanaan tata ruang di kawasan hutan. (tyo/mar)