MALANG POSCO MEDIA – Dua anak muda sedang menjadi sorotan dengan alasan yang berbeda. Emeril Mumtadz Khan, putra gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, merebut simpati publik nasional selama setengah bulan terakhir karena saga yang meliputi kematiannya yang tragis tetapi indah. Kaesang Pangarep, putra presiden Joko Widodo, menjadi perhatian sekalangan warganet beberapa hari terakhir ini karena ganti pacar.
Tidak pernah ada dua kehidupan yang sama. Masing-masing manusia punya nasib sendiri-sendiri yang harus dijalani. Eril dan Kaesang sama-sama anak muda dengan berbagai romantika kehidupannya. Dan pada akhirnya mereka semua akan menulis sejarahnya masing-masing dan membiarkan publik membaca dan mengambil pelajaran darinya.
Kematian Eril meng-capture imajinasi nasional. Betapa rindu publik terhadap keteladanan. Puluhan ribu orang, ana-anak, laki-laki, dan perempuan, tua dan muda berbaris di sepanjang jalan dari rumah duka di Bandung menuju area pemakaman keluarga di Cimaung. Ada poster, ada bendera yang dikibarkan, ada banyak warga yang menangis haru ketika iring-iringan jenazah lewat.
Belum pernah ada dalam sejarah republik ini pemakaman seorang anak pejabat mendapatkan perhatian sebesar ini. Pemberitaan media konvensional dan media sosial selama setengah bulan terakhir begitu intensif, dan puncaknya terjadi pada upacara pemakaman, Selasa (14/6). Publik digerakkan oleh kesadaran hati dan simpati terhadap perjalanan hidup seorang Eril.
Kematiannya menjadi saga dan drama internasional. Sungai Aare di Bern, Swiss yang biru, jernih, dan indah, selalu menarik minat siapa saja untuk mencoba merenanginya. Begitulah karakter sungai-sungai di Eropa, selalu terlihat indah dan menggoda, tetapi selalu menyimpan bahaya.
Setelah itu, 14 hari yang panjang dan sunyi. Ridwan Kamil beberapa hari ikut bersama tim SAR menyusuri sungai dengan harapan untuk bisa menemukan Eril dalam keadaan selamat. Tetapi, hari berganti dengan lambat, dan pada hari kedelapan Ridwan Kamil memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Ia menyusuri pinggiran sungai untuk kali terakhir dengan harapan bisa menemukan jasad putranya.
Ridwan Kamil dan istri menyadari Eril harus diikhlaskan. Emil melakukan shalat ghaib untuk melepas sang putra. Di bantaran sungai ia melantunkan azan dan memimpin shalat. Selarik puisi ia tulis dan ia gantungkan di sebuah pohon di tepi sungai. Ia menitipkan jasad anaknya kepada Sungai Aare yang indah dan mengharap sang anak bisa tenang di kedalamannya.
Rabu pagi (8/6), Geraldine Beldi, seorang perempuan guru SD yang sedang berjalan menuju tempatnya mengajar melongok ke sebuah benda yang mencurigakan bendungan Engehalde yang tiap hari dilewatinya. Ia curiga melihat sepotong tangan yang menyembul pada sebuah sudut dam. Ia menelepon polisi yang segera mengirim tim ke lokasi dan menemukan jasad yang membeku dalam keadaan utuh.
Eril ditemukan membeku dalam pakaian yang dikenakannya ketika berenang. Drama pencarian yang menegangkan berakhir. Ridwan Kamil terbang ke Swiss dan menyalami sang guru. Ucapan terima kasih tidak cukup untuk membalas jasa sang guru. Ridwan Kamil menitip pesan kepada sang guru setiap saat berkunjung ke Indonesia ia akan menjadi tamu kehormatan keluarga Ridwan Kamil.
Proses pemakaman Eril menjadi episode yang mengharu biru emosi publik. Segala hal baik mengenai sikap Eril diceritakan oleh orang-orang yang mengenalnya. Eril anak muda yang rendah hati dan suka membantu siapa saja tanpa membeda-bedakan kasta.
Hidupnya yang baik membawa resonansi yang baik bagi sangat banyak orang. Puluhan ribu orang yang mengular di sepanjang jalan menuju kompleks pemakaman keluarga menjadi saksi hidup Eril yang pendek tetapi berarti. Masjid Al-Mumtadz yang didesain sendiri oleh Ridwan Kamil akan menjadi monument untuk mengenang hidup Eril.
Dunia internasional terenyuh oleh kepergian Eril. Kerajaan Arab Saudi secara khusus mengundang keluarga Ridwan Kamil untuk melaksanakan ibadah haji tahun ini dan menjadi tamu istimewa Raja Arab Saudi. Atalia Praratya, ibunda Eril tidak bisa menahan isak meskipun sudah berjanji tidak akan menangis lagi. Eril memberikan tiket berangkat haji terbaik yang bisa diimpikan oleh orang tua muslim di manapun di dunia.
Sepenggal kisah Eril berbeda dengan episode kisah Kaesang Pangarep. Eril sudah menutup episode hidupnya, sedangkan Kaesang masih punya cerita yang panjang untuk ditulis. Petualangan bisnis Kaesang menjadi berita yang menghebohkan. Kisah percintaan Kaesang juga menjadi berita nasional yang diikuti dengan antusias oleh banyak orang.
Beberapa hari belakangan berita Kaesang menjadi viral karena putus cinta dengan pacar lama dan mempunyai pacar baru. Banyak komentar bermunculan di media sosial dengan narasi yang bermacam-macam. Ada yang menghujat ada yang mendukung. Kaesang menikmati hidupnya dengan caranya sendiri.
Setiap orang punya cara untuk menulis sejarahnya masing-masing. Kaesang Pangarep sang putra mahkota, atau Emeril Mumtadz Khan sang martir. Mereka puny acara untuk menorehkan namanya dalam sejarah. Seperti kata penyair Chairil Anwar, ‘’Sekali berarti, sudah itu mati…’’(*)