Friday, October 3, 2025
spot_img

Fakultas Ilmu Budaya UB Jembatani Budaya dan Inovasi Kreatif Berkelanjutan

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya (UB) memperkuat kiprah globalnya melalui penyelenggaraan International Seminar on Cultural Sciences (ISCS) IV. Sebuah ajang akademik yang menggugah refleksi atas relasi seni dan budaya, beberapa waktu lalu.

Kegiatan ini mengusung tema besar “Art, Culture and Sustainability: Envisioning Inclusive Futures Through Creative Innovation.” Seminar ini menghadirkan gagasan lintas disiplin dan lintas negara demi menciptakan masa depan yang lebih inklusif dan berkeadilan budaya.

-Advertisement- HUT

Pembukaan ISCS IV berlangsung khidmat di Aula FIB B, dibuka secara resmi oleh Wakil Dekan Bidang Akademik Dr. Yusri Fajar, S.S., M.A. Dalam sambutannya, Yusri menegaskan urgensi posisi budaya dalam menjawab tantangan global masa kini, seperti disrupsi teknologi, ketimpangan sosial, hingga krisis iklim. “Kebudayaan dan seni bukanlah ornamen. Ia adalah instrumen penting dalam membayangkan dunia yang lebih manusiawi dan berkelanjutan,” tegasnya.

Sebagai forum lintas budaya dan akademik, ISCS IV terselenggara atas kerja sama antara UB dan Universiti Malaysia Sarawak (UNIMAS), serta melibatkan mitra dari berbagai negara, termasuk Jerman dan Taiwan. Seminar ini diselenggarakan dalam format hybrid, memungkinkan partisipasi global yang lebih luas, baik secara daring maupun luring.

ISCS IV tak hanya menghadirkan materi utama, tetapi juga menyelenggarakan enam panel diskusi tematik, yang masing-masing mencerminkan keprihatinan dan inovasi di ranah budaya. Antara lain Art and Digital Innovation, Cultural Identity and Tradition, Cultural Industry and Creative Economy, Art, Activism, and Human Rights, Cultural Expression and Performance, serta Cultural Heritage and Sustainability.

Salah satu aspek paling menonjol dari ISCS IV adalah semangat lintas batas yang diusung. Kebudayaan tidak lagi bersifat lokal atau tertutup. Justru, dalam era digital dan global ini, kolaborasi lintas negara menjadi kunci dalam mempertahankan keberagaman sekaligus menciptakan inovasi.

Dalam sesi pemutaran Film Dokumenter Indonesia dan forum diskusi khusus, peserta diajak menelusuri arsip naratif dari komunitas akar rumput yang seringkali luput dari perhatian wacana dominan. Inilah wujud nyata dari pendekatan inklusif yang diperjuangkan ISCS IV.

Melalui penyelenggaraan ISCS IV, Yusri menegaskan komitmennya sebagai institusi yang tidak hanya menginterpretasikan kebudayaan, tetapi juga menjadikannya sebagai motor transformasi sosial. “Melalui forum ini, kami ingin menghubungkan ilmu dengan praktik, riset dengan masyarakat, dan pendidikan dengan kreativitas,” ujar Yusri dalam sambutannya.

ISCS IV telah berhasil menjadi ruang pertemuan yang hangat antara budaya, teknologi, dan keberlanjutan. Melalui seminar ini, FIB UB menunjukkan bahwa universitas bukanlah menara gading, melainkan simpul penting dalam jejaring budaya global yang berpihak pada inklusivitas, keberlanjutan, dan inovasi.(imm/lim)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img