MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Cuaca panas yang dirasakan warga Malang Raya dalam beberapa hari terakhir rupanya bukan tanpa sebab. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Karangploso mengungkap, fenomena kulminasi utama menjadi penyebab utama suhu udara terasa lebih terik dari biasanya.
Prakirawan Stasiun Klimatologi BMKG Jawa Timur (BMKG Karangploso), Linda Fitrotul, menjelaskan kulminasi utama terjadi ketika posisi matahari berada tepat di titik tertinggi di langit. Pada saat itu, bayangan benda akan tampak hilang karena jatuh tepat di bawahnya.
“Karena ada kulminasi, pembentukan awan menjadi sangat minim. Tidak adanya tutupan awan membuat cahaya matahari langsung mengenai permukaan bumi, sehingga terasa lebih terik dan kelembapan udara pun menjadi lebih kering,” jelas Linda kepada MALANG POSCO MEDIA, Senin (20/10) kemarin.
Dampaknya, suhu udara di wilayah Malang Raya mengalami peningkatan signifikan. Jika sebelumnya berkisar antara 27 hingga 28 derajat Celsius, kini suhu harian mencapai 30 hingga 31 derajat Celsius.
“Sebenarnya ini masih dalam kategori normal, tidak terlalu ekstrem. Sebagai perbandingan, suhu tertinggi saat kulminasi terjadi di Lamongan dan Surabaya yang mencapai antara 36 hingga 37 derajat Celsius,” ungkapnya.
Selain menyebabkan udara terasa lebih panas, fenomena kulminasi utama juga berpengaruh terhadap pergeseran awal musim hujan. BMKG sebelumnya memprediksi musim hujan di Malang Raya akan tiba pada akhir September. Namun akibat kulminasi, perkiraan itu bergeser ke pertengahan Oktober.
“Adanya kulminasi membuat pembentukan awan dan potensi hujan tertunda. Namun, fenomena ini bersifat sementara dan saat ini sudah mulai berangsur berakhir,” tambah Linda.
BMKG Karangploso mencatat tanda-tanda peralihan musim sudah mulai tampak. Awan mulai terbentuk lebih masif dan sejumlah wilayah di Malang Raya telah diguyur hujan ringan hingga sedang. Kondisi ini menandakan transisi menuju musim hujan mulai berjalan normal.
“Dari pantauan kami, hujan sudah mulai turun di beberapa titik meski belum merata. Ke depan, intensitasnya akan meningkat secara bertahap,” tandas Linda.
Sebagai informasi, fenomena kulminasi utama biasanya terjadi dua kali dalam setahun, ketika posisi matahari melintasi garis lintang wilayah tertentu. Di Malang Raya, peristiwa ini umumnya terjadi pada Maret dan Oktober, menjadi penanda peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. (rex/aim)