spot_img
Tuesday, July 29, 2025
spot_img

Festival Kali Brantas, Rawat Tradisi Pikat Wisatawan

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA-Kampung Warna Warni Jodipan tampak lebih ramai dari biasanya, Minggu (27/7) kemarin. Ratusan anak muda, budayawan serta masyarakat antusias mengikuti ritual tahunan di area DAS Brantas kampung tersebut.

Mereka menjalankan serangkaian ritual budaya  seperti Gugur Gunung bersih sungai, nyadran dan ruwatan berupa wayangan. Tidak hanya itu, juga ada penampilan memukau berupa musik dan nyanyian dari anak-anak muda. Rangkaian kegiatan yang cukup padat selama seharian ini pun menarik penasaran turis asing yang sedang berwisata di kampung tersebut.

“Saya baru tahu di sini masyarakat punya kegiatan yang menakjubkan di pinggir sungai. Saya tidak tahu acaranya apa, tapi ritual yang dilakukan ini sangat menarik. Saya belum pernah lihat yang seperti ini,” ujar Maelys Madeleine, salah satu turis asal Prancis yang tengah solo traveling ke Kampung Warna Warni Jodipan, kemarin.

Serangkaian acara yang dimulai sejak siang hingga malam kemarin itu merupakan kegiatan rutin tahunan bertajuk Festival Kali Brantas.  Kali ini memasuki tahun keempat. Festival Kali Brantas #4 ini diselenggarakan secara swadaya oleh Forkom Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kota Malang.

Ada tujuh kampung wisata tematik yang ikut berpartisipasi dalam festival tersebut karena wilayahnya teraliri Sungai Brantas. Yakni Kampung Keramik Dinoyo, Kampung Gerabah Penanggungan, Kampung Putih Klojen, Kampung Biru Arema, Kampung Tridi Kesatrian, Kampung Warna Warni Jodipan dan Kampung Lampion.

“Puncak perayaan Festival Kali Brantas selalu dirayakan di Kampung Warna Warni Jodipan. Tampilannya ada angklung dari Kampung Budaya Polwijen, lalu ada menyanyi dari grup Miben Voice, anak-anak dari Supit Urang. Kampung Gerabah dan Kampung Keramik ada demo (membuat gerabah dan keramik) sehingga banyak turis yang tertarik,” terang Isa Wahyudi, Ketua Forkom Pokdarwis Kota Malang.

Sungai Brantas sengaja menjadi isu utama karena memiliki sejarah berharga dan fungsinya yang sangat penting. Sejak dulu banyak memberi manfaat hingga sampai saat ini bagi masyarakat, terutama juga bagi kampung kampung tematik.

Selain sebagai urat nadi kehidupan, pria yang akrab disapa Ki Demang ini menyebut Sungai Brantas juga menjadi pusat kegiatan kemasyarakatan dan terbukti menjadi daya tarik wisata.

Namun poin pentingnya kata Ki Demang, Sungai Brantas juga belakangan ini terjadi bencana banjir yang menerjang masyarakat di bibir sungai. Menurut Ki Demang, bencana ini terjadi lantaran banyaknya penggundulan lahan atau longsor yang terjadi di hulu sungai.

Menurut dia,  menjaga sebuah sungai itu harus dilakukan dengan tepat. Selain menjaga kebersihan dan menjaga ekosistem lingkungan, juga perlu dengan disertai doa atau ritual.

Oleh karenanya Festival Kali Brantas ini diawali dengan ritual di titik nol Sungai Brantas, yakni melakukan Petik Tirta Amerta pada Jumat lalu.

“Air di titik nol Brantas kami ambil Jumat kemarin dan sekarang airnya akan kami serahkan ke warga,” katanya. Puncak Festival Kali Brantas  berupa ritual nyadran dan ruwatan berupa wayang topeng yang mengangkat tema Ronggeng Tangis Kali Brantas. Penampilan wayang dipandu oleh dalang cilik Claudio Akbar.  “Kenapa kok judulnya Ronggeng Tangis Kali Brantas? Karena ini bentuk keprihatinan kami kampung tematik menyelenggarakan Festival Kali Brantas ini tidak ada dukungan dari pemerintah. Murni semua swadaya. Kesenian kalau dibiarkan begini terus, ya lama-lama ‘wassalam’,” tutur dia. (ian/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img