Rino Adi, Desainer Art Toys dari Malang
Lebih mengasyikkan jika punya figur mainan yang diciptakan, didesain dan diproduksi sendiri sesuai keinginan. Hal ini yang dilakukan Rino Adi, Arek Malang yang menggeluti Desainer Art Toys. Figur mainan karya Rino sudah banyak diminati pasar mancanegara.
MALANG POSCO MEDIA– Karakter mainan kini sangat beragam. Juga banyak yang populer. Apalagi tiap film kartun maupun fiksi, kini selalu ada versi mainannya. Akan tetapi, mempunyai figur mainan dengan karakter yang sama dan banyak yang memilikinya seperti itu, sudah biasa dan cenderung membosankan.
Lebih mengasyikkan jika figur mainan itu diciptakan, didesain dan diproduksi sendiri sesuai keinginan. Hal ini yang dilakukan oleh Rino Adi, Arek Malang yang kini menggeluti Desainer Art Toys. Figur mainan hasil produksi Rino, bahkan sudah banyak diminati pasar mancanegara.
“Di Indonesia masih agak kurang familiar dengan Art Toys. Jadi paling cepat ya ditawarkan ke luar negeri,” ungkap Rino kepada Malang Posco Media.
Rino menekuni Art Toys 2020 lalu. Sebelumnya, ia seorang ilustrator biasa, sekaligus kolektor atau penghobi mainan. Setelah bergabung dengan suatu komunitas Art Toys di Jakarta, ia makin serius menekuni Art Toys ini dengan membuat studio sendiri bernama Kunniklan pada 2021 lalu.
Sementara untuk di Malang, Art Toys ini masih diperkenalkan dan dipopulerkan. Beberapa waktu kemarin, ia membuat komunitas sendiri bernama The Lidos. Rino sangat semangat mempopulerkan Art Toys meski di awal-awal dulu sempat ada cibiran atau suara negatif tentang kesukaannya tersebut.
“Kadang juga ada, kenapa kok sudah besar masih saja mainan. Tapi ya saya cuek saja. Karena menurutku ini bukan sekadar mainan, tapi lebih ke karya seni. Makanya namanya pun Art Toys,” kata alumnus DKV Universitas Negeri Malang (UM) ini.
Sehingga Art Toys ini dikatakan Rino berbeda dengan mainan pada umumnya. Sebab pada prinsipnya, mainan Art Toys ini sesuai namanya mempunyai nilai seni tersendiri. Art Toys ini dirancang mulai dari nol sampai produksi. Yakni mulai menggambar dua dimensi, lalu dirancang modelingnya menjadi tiga dimensi.
Figurnya pun menyesuaikan dengan style masing-masing desainernya. Dalam hal ini, Rino selain membuat desain sendiri, juga melayani permintaan dari desainer lain maupun masyarakat lain yang ingin membuat mainan.
“Setelah modeling, kami mencetak file 3 dimensi itu melalui 3D Printing. Dari 3D Printing itu kemudian dicetak silikon, baru diperbanyak,” jelas Rino.
Membuat Art Toys ini, dikatakan Rino mempunyai banyak kelebihan. Selain lebih eksklusif, figur mainan yang dihasilkan bisa menjadi media untuk menyalurkan pesan atau bahkan kritikan dari pembuatnya.
Bahkan ia menyebut, membuat figur mainan Art Toys ini juga layaknya seperti melukis. Sehingga hanya berbeda medianya saja.
“Misalnya seperti yang pernah saya bikin karakter sendiri, itu saya ada pemikiran atau pesan tentang filosofi; ‘Tidak ada asap kalau tidak ada api’. Jadi waktu itu, saya bikinnya itu karakter monster, wujudnya seperti asap tapi berbentuk humanoid juga,” sebut Rino mencontohkan.
Untuk pembuatan Art Toys sendiri, dikatakan Rino membutuhkan waktu yang berbeda-beda. Tergantung kerumitan desainnya. Namun yang jelas untuk proses produksi mulai dari mastering untuk prototipe membutuhkan waktu sekitar seminggu. Kemudian untuk painting atau pewarnaan berkisar satu hari.
Per Minggu, Rino bisa membuat sekitar 10 hingga 20 mainan Art Toys. Ukurannya pun beragam, mulai dari yang kecil tingginya berkisar 10-15 sentimeter, lalu untuk yang besar hingga mencapai 30 sentimeter.
“Kadang untuk pembuatan ini kami kolaborasi dengan ilustrator atau dengan brand makanan atau usaha lain. Mereka biasanya meminta dijadikan merchandise. Misalnya yang sudah pernah itu seperti Official Tanimaju itu pernah kami buatkan karakternya,” beber pria kelahiran 13 April 1992 ini.
Art Toys yang ia produksi harganya bervariatif, mulai Rp 300 ribu hingga Rp 2 juta. Untuk fiturnya, karena diproduksi mandiri, maka fitur mainannya pun terbatas. Yang bisa digerakkan terbatas hanya di tangan, kaki dan kepala.
Walaupun produknya notabene bernama mainan, tapi pada kenyataannya, peminatnya kebanyakan adalah orang dewasa dan juga kolektor mainan.
“Art Toys ini mulai dikenal lebih banyak orang Indonesia semenjak fenomena Labubu. Itu juga salah satu jenis Art Toys. Itu sebenarnya sudah lama, cuma karena waktu itu diangkat oleh Blackpink, jadi mendunia dan semua kena dampaknya,” lanjutnya.
Rino mengaku, dirinya sangat berkeinginan untuk menyebarluaskan figur mainan yang bernilai seni ini ke masyarakat lebih luas. Tidak hanya untuk mengoleksi atau menikmati seni Art Toys, tapi juga ikut mendesain atau menjadi desainer Art Toys seperti dirinya.
Ia selalu berusaha untuk mengikuti pameran atau berkolaborasi dengan desainer Art Toys lainnya di Indonesia.
“Karena di Indonesia, apalagi Malang ini potensinya ada menjadi desainer. Apalagi sekarang banyak kolektornya. Kami pun juga sering pameran, sering workshop, kolaborasi, tujuannya agar semakin dikenal banyak orang,” tandasnya. (ian/van)