Fenomena flexing akhir-akhir ini menjadi topik hangat di tanah air. Gegara kasus pejabat dan anggota keluarganya yang pamer harta dan kemewahan di media sosial. Mereka memamerkan semua kegiatan yang dilakukan dengan menunjukkan barang-barang mewah yang dimiliki.
Flexing atau pamer menurut KBBI adalah menunjukkan sesuatu yang dimiliki kepada orang lain dengan maksud memperlihatkan kelebihan atau keunggulan untuk menyombongkan diri. Kebiasaan flexing membuat manusia ingin terlihat memiliki kekayaan, menarik secara fisik, dan juga populer.
Dengan flexing mereka ingin membuktikan bahwa mereka berhasil mencapai pencapaiannya. Mereka ingin menunjukkan prestasi dan kemampuan, ada juga yang pamer untuk membangkitkan kecemburuan, iri hati, serta emosi negatif lainnya pada orang lain.
Asal Mula Flexing
Asal-usul istilah flexing bermula dari bahasa gaul masyarakat kulit hitam untuk “menunjukkan keberanian” atau “pamer.” Istilah tersebut secara khusus juga digunakan oleh rapper Ice Cube melalui lagunya yang berjudul “It Was a Good Day” pada tahun 1992. Lirik lagunya yang di dalamnya terdapat kata flexingadalah “Saw the police and they rolled right past me / No flexin’, didn’t even look in a n*gga’s direction as I ran the intersection.”
Pada tahun 2014, kata flex kembali populer berkat lagu “No Flex Zone” karya Rae Sremmurd. Lagu ini menceritakan area untuk orang bersantai dan dapat menjadi diri sendiri tanpa perlu pamer atau berpura-pura menjadi pribadi yang berbeda.
Mesti demikian, flexing disimpulkan untuk mengartikan seseorang yang suka memamerkan kekayaan yang sebenarnya tidak mereka miliki. Pandangan lain juga menyatakan bahwa flexing berarti orang yang palsu, memalsukan, atau memaksakan gaya agar diterima dalam pergaulan.
Penyebab Orang Melakukan Flexing
Ada banyak faktor yang menyebabkan orang melakukan flexing. Menurut penulis sedikitnya ada lima faktor yang mendorong dilakukannya flexing. Pertama, Mencari perhatian. Salah satu penyebab seseorang melakukan flexing yaitu ingin mencari perhatian orang-orang di sekitarnya atau orang tertentu yang dituju.
Mereka akan melakukan berbagai cara agar orang yang ditujunya menyadari keberadaannya. Seperti berpenampilan mencolok atau bersikap yang sekiranya akan mendapatkan perhatian dari orang lain. Ini banyak terjadi di lingkungan kita sehari hari.
Kedua, Menutupi rasa insecure. Berdasarkan ilmu psikologi klinis, perilaku flexing ternyata sangat berkaitan erat dengan perasaan tidak aman dan rendah diri atau yang juga dikenal dengan istilah insecurity. Orang tersebut mungkin saja tidak memiliki suatu hal maka akan menutupinya dengan hal lain yang dia miliki, banggakan, agar kekurangannya tertutupi.
Namun ada beberapa kasus juga bahwa flexing yang dia lakukan sebenarnya bukan karena dia memilikinya, tapi justru karena dia tidak memiliki. Misalnya seseorang tidak memiliki mobil, suatu hari dia melihat mobil mewah diparkir, lalu dia foto-foto dan mengunggahnya ke sosial media. Berharap orang lain yang melihatnya beranggapan dia memiliki mobil mewah.
Ketiga, Pencitraan diri. Citra yang baik pasti diperlukan semua orang. Demi meningkatkan citra diri, banyak orang melakukan flexing. Berdasarkan teori psikologi sosial, memamerkan sesuatu yang dimiliki mampu menunjukkan status sosial seseorang dengan harapan menjadi lebih baik di mata orang lain, sehingga memperluas pergaulan. Semua hal tersebut dilakukan agar bisa dinilai luar biasa dan berkelas.
Keempat, Kebutuhan eksistensi diri. Salah satu faktor pendorong seseorang melakukan flexing di media sosial adalah karena ingin eksis. Kebutuhan yang besar terhadap eksistensi diri justru mendorong seseorang gemar pamer sesuatu. Media sosial adalah media efektif untuk membuatnya diketahui banyak orang.
Menurut pelaku, jika kemewahan dan keunggulan yang dipublikasikan, maka banyak orang yang bersimpati dan kagum pada pencapaiannya. Dengan demikian, dirinya tetap eksis, bahkan semakin eksis, setelah menjadi perbincangan banyak orang, terlebih jika kontennya viral.
Kelima, Ingin diterima di lingkungan pertemanan. Flexing sebenarnya bentuknya beragam, tidak melulu soal pamer harta di media sosial. Terkadang ada juga orang yang hanya pamer pada lingkup pertemanan atau lingkungan yang sempit. Hal ini dilakukan agar ia bisa diterima dalam pergaulan tersebut. Dengan menunjukkan kehebatannya, maka ia berharap dapat menjadi bagian dalam pertemanan tersebut.
Dampak Flexing
Menurut beberapa literasi yang penulis baca, flexing mempunya dampak buruk bagi pelakunya. Pertama, Berpotensi memaksakan keadaan. Dampak dari flexing yaitu berpotensi memaksakan keadaan. Hal ini dikarenakan terbiasa tampil dengan barang mewah bisa membuat seseorang semakin ingin menunjukkan eksistensinya.
Hal ini berbahaya, jika dikemudian hari yang bersangkutan tidak bisa memenuhi keinginan tersebut. Maka, kondisi tersebut dapat mengarah ke pemaksaan keadaan. Orang yang terbiasa flexing umumnya akan berupaya untuk melakukan flexing walaupun dalam kondisi yang tidak memungkinkan.
Kedua, Dapat mengganggu kepribadian. Seseorang yang berperilaku flexing biasanya memiliki tingkat empati yang rendah serta rasa kompetitif yang tinggi. Hal itu dapat membuat kepribadian seseorang terganggu atau tidak sehat.
Ketiga, Bisa kehilangan jati diri. Tujuan flexing untuk mendapat pengakuan dari orang lain justru akan membuat seseorang kehilangan jati diri yang sebenarnya. Pasalnya, publik pasti melihat kita dari hal-hal yang biasa kita pamerkan bukan dari diri kita sendiri.
Lalu, bagaimana agar hidup kita tidak terjebak pada perilaku flexing yang tidak ada manfaatnya bahkan justru bisa merusak hidup kita. Pertama, Kelola Ekspektasi. Orang yang suka flexing pada umumnya punya ekspektasi yang sama, berharap orang lain terkesima dan punya lingkaran pergaulan orang kaya. Pastikan bahwa ekspektasi yang dimiliki tidak melebihi realita dan kemampuan yang dimiliki sehingga tidak memaksakan diri.
Kedua, Kontrol Diri. Pelaku flexing memaksakan diri dan akhirnya kalap menghabiskan uang membeli barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan tapi diperlukan untuk bisa flexing harta. Ketiga, Naikkan Level Empati. Empati kurang dimiliki oleh orang yang suka flexing karena mereka terlalu sibuk berpusat pada diri sendiri.
Padahal, akan lebih baik kalau bisa memposisikan diri untuk tidak pamer harta saat kebanyakan orang berjuang untuk mencukupi hidup mereka. Akan lebih bijak kalau sebelum flexing, dipikirkan dulu apa benar semua orang yang melihat tindakan kita akan terkesan, atau justru ternyata orang lain terganggu melihat kita pamer harta.(*)