spot_img
Saturday, September 14, 2024
spot_img

Gabung PETA Usia 14 Tahun, Cairkan Ketegangan Etnis

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Aries Munandar, Patriot Bangsa dan Kemanusiaan (1)

Rasa cinta Tanah Air Aries Munandar  tak pernah diragukan. Usia masih remaja, 14 tahun, dia  gabung bersama  Pasukan (PETA).  Melewati berbagai peristiwa penting mulai dari pra kemerdekaan, saat kemerdekaan hingga pasca kemerdekaan.

========

MALANG POSCO MEDIA – Kala itu usianya baru menginjak 14 tahun. Ia memberanikan diri  bergabung bersama  Pasukan Pembela Tanah Air (PETA). Itulah Aries Munandar yang hidup sebagai yatim piatu bersama neneknya di Rembang. Ia termasuk angkatan pertama (seangkatan dengan Jenderal Ahmad Yani) saat perekrutan PETA.

Bagi masyarakat Dinoyo, nama Aries Munandar bukanlah sosok yang asing. Ia menjadi saksi dari berbagai peristiwa selama perjuangan Kemerdekaan RI. Mulai dari penjajahan Belanda sampai runtuhnya orde baru.

Melalui perjalanan panjang dari suatu desa kecil di Rembang hingga akhirnya menetap di Malang sampai akhir hayatnya. Semua kisah heroiknya itu ia ceritakan kepada anaknya. Salah satunya Fajar Trang Bawono, putra ketiga.

“Bapak  masuk PETA karena keinginan pribadi. Bahkan waktu itu tanpa ada paksaan langsung menunjuk diri untuk gabung ke pasukan. Detik itu juga tanpa izin ke keluarga langsung dibawa untuk pendidikan, makanya sempat dikatakan menghilang,” cerita Fajar tentang kisah perjuangan ayahnya.

Dilanjutnya, Aries Munandar menjadi salah satu saksi  dahsyatnya pertempuran 10 November 1945 yang terjadi di Surabaya. Kurang lebih 2 juta orang berkumpul untuk menaklukan sekutu yang kala  di  Surabaya.

Tak sampai di sana perjalanan perjuangan panjang Aries Munandar. Ia  pernah ditawari oleh Muso masuk ke barisan  PKI saat  sedang bertugas di Madiun. Namun Aries menolak ajakan tersebut.  Aries memang sangat mencintai RI.

Apalagi dia  memang suka membaca buku. Wawasannya luas, termasuk menerapkan strategi yang pernah dilakukan oleh Teuku Umar di Aceh.

“Kala itu bapak bersama teman-temannya menyadari bahwa apa yang dilakukan Muso  untuk mengkhianati negara adalah salah. Akhirnya bapak meminta teman-temannya untuk menggunakan strategi Teuku Umar,” terangnya.

Strateginya  ketika di tengah perjalanan, ia memilih  merapat ke barisan pasukan Indonesia. 

“Kejadian 1948 nyatanya lebih mengerikan dibandingkan dengan 1965. Dimana kala itu  terjadi perang antarsaudara. Karena ini yang berperang adalah pasukan yang sudah berpengalaman, jadi adu tembak itu terjadi. Hingga datangnya sekutu di agresi militer II yang mengakhiri perang saudara tersebut,” ungkapnya.

Hingga tahun 1960-an mengantarkan Aries Munandar datang ke Kota Malang. Ia  mengontrak di salah satu rumah di daerah Dinoyo (saat ini menjadi deretan ruko). Setelah pensiun itu ia menemukan pasangan, Rustati yang merupakan warga Junrejo  Kota Batu.

“Dari sana bapak pergerakannya tidak lagi ke militer, namun lebih ke aktivis masyarakat. Jiwa sosialnya dan rasa cinta Tanah Air melandasi sikapnya. Begitu juga saat tahun 1965. Dimana isu etnis ini sangat sensitif, sementara di daerah Dinoyo dihuni beragam etnis, ” tuturnya.

Sempat terjadi ketegangan antar etnis, membuat Aries memiliki ide untuk mendirikan regu Pramuka yang beranggotakan generasi muda. 

Diceritakan Fajar, bapaknya  beranggapan bahwa Pramuka sarat dengan nilai bela negara yang tinggi. Gudep 4243 itu sempat melahirkan putra putri yang mewakili Indonesia pada Jambore Internasional di Tokyo.

“Dulu tahun 1965-an itu masyarakat terbagi-bagi, ada front front tertentu. Etnis juga beragam. Ada kesenjangan di sana. Namun bapak tidak ingin terjadi itu, oleh karenanya bapak membentuk satuan Pramuka yang menyatukan para pemuda dari berbagai etnis,” tandasnya. (adam malik/van/bersambung)

- Advertisement -spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img