MALANG POSCO MEDIA, MALANG- Sampah organik yang disulap menghasilkan gas metana alami menjadi penyelamat warga Desa Talangagung, Kecamatan Kepanjen dari kelangkaan LPG 3 kg atau melon. Berkat biogas tersebut, ratusan warga Desa Talagagung bisa menikmati gas metana untuk keperluan rumah tangga.
Staf Bidang Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Malang, Rudi Santoso menjelaskan, pemanfaatan gas metana dari sampah organik dari tempat pembuangan akhir (TPA) Talangagung, Kepanjen sudah dikembangkan sejak tahun 2009. Memanfaatkan reaktor tabung sederhana, gas metana bisa ditangkap dan disalurkan ke warga.
“Yang sudah memanfaatkan sedikitnya 300 rumah. Mereka dapat penyaluran gas metana atau biogas dari TPA Talangagung sebagai energi alternatif pengganti LPG. Yang tujuannya ke masalah lingkungan atau sampah, sekarang membantu ke aspek ekonomi,” terangnya kepada Malang Posco Media, kemarin.
Lebih lanjut, Rudi mengatakan penggunaannya bisa lebih hemat dan aman. Sebab, penerapan yang diberlakukan ke warga dibina oleh DLH dan tanpa biaya tambahan. Menurut dia, jika dibandingkan dengan rata-rata pemakaian LPG skala rumaH tangga, dapat menghabiskan empat sampai delapan tabung gas LPG 3 kg selama sebulan.
“Ini dialirkan secara gratis, tidak ada syarat khusus. Hanya warga sekitar TPA saja saat ini,” kata Rudi. Ia menuturkan pemanfaatan biogas dilakukan dengan proses pengumpulan sampah organik. Lalu dilakukan pemasangan instalasi penangkap gas. Gas yang ditangkap disalurkan ke pipa lalu dimurnikan lebih dahulu dengan reaktor berupa tabung.
“Setelah bisa diatur tekanan dan dialirkan ke kompor yang sedikit dimodifikasi, gas bisa dimanfaatkan seperti kompor gas pada umumnya. Yang menghasilkan gas hanya sampah organik. Tidak ada pemisahan sampah, hanya kadar prosentasenya banyak yang organik,” tambahnya.
Proses yang terjadi demi menangkap gas metana itu dikatakan Rudi tidak mengurangi sampah. Hanya saja proses yang terjadi mempercepat penguraian pada bahan organik yang terkandung. Sehingga, sampah organik di TPA Talangagung lebih banyak bisa ditampung karena sebagian cepat terurai.
“Dulu sebelum ada kompor sampah, masyarakat pakai kayu. Lalu ganti ke LPG atau minyak tanah. Dengan adanya gas metana ini, sedikit banyak warga bisa terbantu. Nyala api juga cukup lancar. Bahkan, pemasangan pipa dulu juga gratis,” tutupnya. (tyo/mar)