MALANG POSCO MEDIA, KOTA BATU – Tokoh masyarakat Kota Batu menyayangkan adanya aset milik Pemkot Batu yang tidak terawat dan mangkrak. Salah satunya diungkap oleh mantan Ketua Presidium Pokja Peningkatan Status Kotif Batu, Andrek Prana.
Andrek mengatakan, bahwa masih banyak aset milik Pemkot Batu yang mangkrak dan tidak dimanfaatkan maksimal oleh Pemkot Batu. Salah satunya adalah Gedung Kesenian Mbatuaji Kota Batu yang bertahun-tahun sejak dibangun tidak pernah mendapat perhatian.
“Tentunya ini sangat miris. Pasalnya Gedung Kesenian Mbatuaji Kota Batu yang merupakan tempat para kelompok seni berlatih tidak menjadi perhatian.
Padahal pelaku seni yang merupakan pelestari seni budaya sebagai pondasi bangsa Indonesia, khususnya Kota Batu malah tidak diperhatikan,” ujar Andrek kepada Malang Posco Media, Rabu (26/4) kemarin.
Melihat kondisi tersebut, pihaknya meminta kepada Pemerintah Daerah dalam hal ini adalah Dinas Pariwisata Kota Batu untuk melakukan tindak lanjut. Mengingat Gedung Kesenian merupakan aset Pemkot Batu yang harus dijaga dan dirawat.
“Jangan bangun saja. Setelah jadi tidak ada perawat sama sekali hingga saat ini. Perlu ada tindakan konkrit dan tegas. Kalau sudah mau roboh atau sifatnya darurat wajib diperbaiki. Jangan sampai terjadi kecelakaan baru ribut renovasi. Apapun status bangunan itu, kata Presiden Jokowi dulukan keselamatan orang,” ungkapnya.
Bahkan sebelumnya komunitas musisi muda yang tergabung dalam Batu Total Indiependent (BTI) bersama Komite Musik Dewan Kesenian Kota Batu (DKKB) juga pernah menyuarakan minimnya perhatian terhadap Gedung Kesenian Mbatuaji. Hal itu disampaikan bersamaan dengan Hari Kesaktian Pancasila tahun lalu.
Perwakilan BTI, Ilham Adilia mengatakan bahwa tema besar yang diangkat dalam kegiatan Hari Kesaktian Pancasila saat itu adalah “Titik Balik Perjuangan”. Tema tersebut diangkat sebagai penanda bahwa keberadaan Gedung Kesenian Mbatuaji sejak 2010 menjadi titik penanda bangkitnya seni musik, seni pertunjukan dan disiplin seni lainnya di Kota Batu.
Meski diketahui bahwa sejak berdirinya Gedung Kesenian tersebut dilingkupi berbagai persoalan. Mulai dari persoalan administratif sampai kondisi fisik bangunan yang memprihatinkan. Disisi lain, kawasan seluas 2 hektar ini telah menjadi ruang publik penting untuk berlatih, berproses, sampai menggelar karya dan pertunjukan.
“BTI sebagai representasi komunitas musik menanyakan kepada DKKB terkait perannya mengadvokasi Gedung Kesenian agar kembali layak dan berfungsi optimal. Kemudian apakah ada titik terang dari Pemerintah terkait upaya mendorong Revitalisasi Gedung Kesenian Mbatuaji,” papar Uyak sapaan akrab Ilham.
Pada intinya, lanjut Uyak bahwa dalam kegiatan tersebut para seniman Kota Batu ingin Gedung Kesenian Mbatuaji bisa difungsikan kembali sebagai pusat laboratorium kesenian.
Lebih dari itu juga sebagai tempat berproses berkesenian seperti tempat-tempat yang lain layaknya Sendratari atau pun nanti ketika Art Center ketika di bangun bisa di fungsikan sebagai pertunjukan. (eri/udi)