MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Memperingati Hari Lingkungan Hidup Internasional, SMA Charis Malang menggelar Nurture The Nature, dengan pameran produk karya siswa dari limbah lingkungan, Jumat (26/1) kemarin.
Bertempat di SMA Charis Malang, seluruh siswa Kelas 10-12 memamerkan karyanya sebagai pembelajaran terintegrasi dari beberapa mata pelajaran.
Kepala SMA CHARIS Malang, Dore Yulia M.Si., menjelaskan, kegiatan ini merupakan hasil dari proses para siswa, kemudian di pamerkan dan dinilai oleh para guru. Menurutnya, kegiatan ini sangat baik, apalagi sekarang merupakan kurikulum merdeka, yang mana para siswa dididik untuk pembelajaran berbasis proyek, karena ada penyelesaian masalah yaitu permasalah lingkungan.
“Setiap kelas berbeda. Untuk kelas IPA membuat kompos, Kelas IPS membuat produk dari limbah pangan yang dijadikan sebuah produk olahan makanan seperti, permen dari kulit jeruk, keripik kulit kentang, rengginang/nugget dari nasi sisa. Sedangkan, kelas Kimia memanfaatkan senyawa organik,” ucap Dore Yulia.
Dalam kegiatan ini ada beberapa mata pelajaran yang terintegrasi. Sebelum menggelar proyek, para siswa melakukan percobaan produknya seperti, kompos organik yang sudah melalui uji coba dengan beberapa tanaman, sehingga ketika dipamerkan ada nilai ekonomisnya.
“Ya rata-rata para siswa mempersiapkan produknya selama tiga Minggu. Dan Ini merupakan kegiatan pertama kali diadakan setelah pandemi. Kami juga mengundang orang tua siswa, masyarakat dan beberapa sekolah. Dengan tujuan promosi sekolah, sekaligus Open House,” lanjut Dore Yulia.
Sementara itu, Ketua Pelaksana Nurture The Nature, Rima Utami, B.Ed yang merupakan guru Geografi menyampaikan, sebelum membuat pameran karya, para siswa diberikan pemahaman dahulu mengenai permasalahan lingkungan hidup seperti, pemanasan global dan kasus – kasus lingkungan lainnya.
Ia menjelaskan, Integrasi sebuah mata pelajaran sangat penting, karena para siswa nantinya jika di dunia kerja tidak hanya berdiri di satu mata pelajaran. Sebagai contoh pelajaran geografi yang dari setiap alamnya bisa dikelola dan bisa memberikan nilai ekonomis.
“Jadi kami membuat pemahaman ketika para siswa mengerjakan hal-hal seperti ini. Sehingga memiliki pengalaman yang lebih holistik terhadap sebuah masalah. Ketika dipamerkan, para siswa memiliki keinginan yang lebih besar dibandingkan dengan penilaian oleh gurunya sendiri. Jadi, mereka tertantang lebih banyak dari apa yang kami targetkan,” ucap Rima Utami.
Dalam kegiatan tersebut, terdapat 45 kelompok, per kelas ada 5 kelompok dengan rincian, kelas 10 bertemakan mengolah limbah rumah tangga, Kelas 11 mengolah limbah kertas dan kain, Sedangkan kelas 12 mengelola limbah organik (kelas 12 Techno mengolah limbah kompos dan kelas 12 Bisnis mengelola limbah makanan).
Rima Utami juga berharap, kegiatan ini bukan hanya sebuah ajang mencari nilai, tetapi menjadi awal dari apa yang mereka bangun dan bagian pengembangan para siswa. Jadi tanggung jawab lingkunganya bisa dipupuk lebih baik.
“Jadi jika hanya mencari nilai, kami sebagai guru bisa memberikan nilai berapapun. Tapi mereka bisa belajar apa, dan para siswa melakukan apa terhadap alam. Karena di tahun 2025 banyak asumsi bumi akan seperti ini. Sehingga ini menumbuhkan awareness dari siswa untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat,” ucap Rima Utami. (hud/imm).