MALANG POSCO MEDIA, MALANG- Meningkatkan kehidupan ekonomi anggota dan masyarakat di sekitarnya, meningkatkan kesejahteraan ekonomi anggota dan masyarakat di sekitarnya adalah tujuan penting keberadaan koperasi. Tak terkecuali di Kabupaten Malang, koperasi menjadi salah satu penggerak perekonomian.
Namun, diterpa pandemi hingga menghadapi wabah yang berdampak besar harus dilewati. Salah satunya dialami Koperasi Agro Niaga (KAN) Jabung, Kabupaten Malang. Naik turunnya pergerakan badan usaha berasaskan kekeluargaan itu menjadi tantangan tersendiri. Pangsa pasar yang berubah drastis hingga berkurangnya produksi menjadi masalah-masalah utama.
Presiden Direktur Koperasi Agro Niaga Jabung, Eva Marliyanti menerangkan, koperasi yang bergerak diproduksi dan pengolahan susu sapi itu cukup terpuruk menghadapi dua kondisi sulitni pandemi Covid – 19 dan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Pandemi mempengaruhi pasar dan menurunkan daya beli, sedangkan PMK mempengaruhi produksi sapi yang tertular.
“Lebih banyak bermasalah di pasarnya saat pandemi, kalau PMK lebih ke susu itu sendiri sehingga menurun,” kata Eva. Berbagai masalah pemasaran muncul seperti halnya pengaruh besar dari berhentinya aktivitas di sekolah. Sebagai produsen olahan susu konsumsi, sekolah menjadi sasaran utama yang harus ‘puasa’ sejak pandemi.
Hal ini berlangsung cukup lama hingga koperasi harus memutar otak. “Sekitar delapan bulan dari pandemi menyerang itu menjadi masa sulit untuk pemasaran. Karena semua stop tidak suplai,” jelasnya. Saat itu tahun 2020 sekitar bulan April, masa sulit dihadapi dan harus mencari pangsa pasar lain.
“Januari sampai April di tahun selanjutnya baru bisa merangkak dan membaik lagi. Menyesuaikan kondisi pasar sehingga ada pengalihan pasar yang lebih bisa menerima. Sebelumnya banyak aktivitas berbagai instansi konsumen. Produksi tetap, pasarnya menurun,” kata Eva.
Tahun 2020 sisa hasil usaha mencatatkan penurunan hingga di angka Rp 3,6 miliar. Sedangkan di tahun 2021 sebesar Rp 4,1 miliar. Bangkit dari pandemi Covid – 19, kini koperasi menghadapi wabah PMK yang juga turut menular pada ternak sapi anggota koperasi. Lain halnya dengan pandemi, produksi susu sebagai bahan baku kualitas dan kuantitasnya menurun.
Sapi perah yang terpapar tercatat sekitar 48 persen dari jumlah total 11.000 ekor. Dalam hal produksi, gambarannya capaian susu sekitar 50 ton per hari. Berkurang 50 persen saat PMK menyerang. Jalan untuk menyesuaikan harga juga diambil dengan kondisi pasar yang juga ikut naik. Susu yang semula Rp 1.400 per kemasan menjadi Rp 6.500.
“Kita kehilangan 48 persen produksi,” katanya. Langkah-langkah yang diambil KAN Jabung, kata Eva, mulai dari mendatangkan tim ahli dokter untuk memberikan arahan pencegahan hingga pengobatan. Mulai dari disinfeksi, sampai mitigasi, semua pihak terlibat dalam penanganannya. (tyo/mar)