Sugeng Riyadi Pelopor Pilot Drone Malang Raya
MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Berawal dari hobi mengutak-atik alat elektronik, Sugeng Riyadi menggagas pembentukan federasi drone pertama di Malang Raya. Federasi yang dibentuknya ini atas dasar saran dari sesama pilot drone yang resah karena minimnya pengetahuan terkait aturan dan rambu-rambu bagi seorang pilot drone di Malang Raya.
Niatnya adalah membangkitkan kembali gairah pilot drone di Kota Malang dengan memperhatikan aturan yang berlaku. Saat ini pengetahuan sebagai pilot drone masih sangat rendah, sehingga rawan terjadi hal yang tidak diinginkan. Sugeng mengatakan minatnya itu sejak 1994 lalu. Saat itu dimulai dari saat dirinya menginjakkan kaki di sekolah menengah pertama (SMP).
“Awalnya tertarik mengutak-atik kendaraan dengan remot dan kemudian bisa membuat hiasan lampu di sepeda. Saat dipuji sama teman itu saya semakin bersemangat,” ceritanya.
Minatnya itu terus dikembangkan hingga di bangku perguruan tinggi. Dirinya sempat memperdalam minat terhadap elektronik tersebut di Sekolah Tinggi Informatika dan Komunikasi Indonesia (STIKI) Malang.
“Saya pernah sama kakak, membuka toko servis elektronik karena memang kecintaan sama elektronik ini sangat besar,” ujar alumnus Sekolah Menengah Pekerjaan Sosial (SMPS) sekarang SMKN 2 Malang pada tahun 2000.
Usai lulus dari STIKI pada 2004, dirinya masuk di dunia kepolisian sebagai tenaga sipil. Usai bekerja hampir enam tahun, dirinya mulai merambah ke dunia drone sebagai orang awam. Tepat pada 2010 lalu, dirinya mulai mengenal teknologi drone. Meskipun belum menjadi seorang pilot, keingintahuannya akan drone sangat tinggi. Sehingga dirinya mulai mengulik sistem pengendalian drone.
“Dengan berbagai pengetahuan seadanya saya mulai mencari tahu tentang drone. Sekitar tahun 2019, saya untuk kali pertama menjadi pilot drone setelah kantor tempat saya bekerja pengadaan drone untuk kebutuhan dokumentasi,” tuturnya.
Sugeng yang merupakan Aparat Sipil Negara (ASN) di Seksi Humas Polresta Makota mendapat kepercayaan untuk menjadi pilot drone pertama di lingkungan kerjanya. Karena berawal dari kebutuhan dokumentasi, dirinya mulai belajar banyak dari drone.
Selain tidak mudah dalam mengendalikan drone, seorang pilot drone juga terikat atas aturan-aturan kendaraan yang beredar di udara. “Menerbangkan sebuah drone itu bukan hanya seperti memainkan remote control biasa, tetapi perlu perasaan seolah-olah berada di posisi drone tersebut. Dengan tetap memeperhatikan batasan yang berlaku,” ungkapnya.
Pria yang tinggal di Jalan Bandara Narita Kelurahan Cemorokandang Kecamatan Kedungkandang itu mengatakan sempat mendapat cerita dari rekannya di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang. Rekannya itu bercerita bahwa sempat mendapati drone yang terdampar di kantornya.
Kemudian melalui kamera yang berada di drone tersebut, rekan Sugeng menyampaikan titik lokasinya. Saat diambil pemilik bercerita sempat hilang kendali, padahal posisinya berada di daerah Dieng Kecamatan Sukun. Akan tetapi drone miliknya bisa terbawa sampai di Kantor Disdikbud Kota Malang yang berada di Jalan Veteran Kecamatan Klojen Kota Malang.
“Karena memang sang pemilik masih belum memahami batas ketinggian, karena kekuatan drone juga ada batasnya dan itu sudah diatur. Seandainya drone tersebut jatuh di lokasi yang tidak tepat bisa merugikan pemilik atau seseorang yang terdampak di lokasi tersebut,” kata Sugeng.
Pria lulusan STIKI Malang itu tepat pada 2020 bersama dengan beberapa rekannya, menggagas berdirinya Federasi Drone Indonesia (FDI) Malang. Mengingat untuk saat ini memiliki dan mengoperasikan drone sudah bukan lagi hal yang langka.
“Karena ini hal baru di Kota Malang, mengingat sudah banyak bermunculan pilot drone tetapi rendah dalam pengetahuan. Sehingga adanya federasi ini untuk menggalakkan sertifikasi legalitas seorang pilot drone,” jelasnya.
Atas hal tersebut dirinya mengikuti sertifikasi pilot drone yang diadakan oleh FDI Pusat. Karena berbekal keingintahuannya yang kuat, dirinya berhasil membuktikan mendapatkan nilai tertinggi dalam ujian sertifikasi.
“Karena dapat nilai tertinggi, tepat 12 September 2021 saya dilantik menjadi ketua FDI Malang. Dan hal ini disambut positif oleh banyak kalangan, dengan ajakan kolaborasi,” ujar Sugeng.
Selanjutnya Sugeng akan segera melakukan sertifikasi kepada tujuh komunitas drone di Malang Raya. Komunitas tersebut diketahui sudah memiliki anggota dari belasan hingga angka puluhan anggota.
Komunitas tersebut yakni Pilot Drone Malang, Malang Mumbul Bareng, One Sky Brotherhood, Squadrone Malang, Kalong Malang, Malang Drone Community dan Community Drone Syma Malang. Mereka juga akan diajak untuk menjadi mitra dalam keberlangsungan drone.
“Kami akan sertifikasi semuanya. Karena sebelum sertifikasi itu ada pelatihan dan pendidikan sebagai seorang pilot drone,” ungkapnya.
Sugeng juga akan terus berkoordinasi dengan Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Malang, Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Malang, Angkatan Laut dan Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) Lanud Abdurachman Saleh. Tujuan ke depannya sertifikasi pilot drone menjadi syarat legal dalam mengendarai drone, agar tumbuh ketertiban di udara dan memahami batas teritorial dan etika sebagai pilot drone.
“Harapannya dapat seperti SIM (Surat Izin Mengemudi) yang kita kenal selama ini. Untuk boleh menerbangkan drone butuh pengetahuan dan pelatihan, serta ada payung hukum yang jelas untuk kebaikan, kenyamanan, ketertitiban dan keamanan dalam menerbangkan drone,” tutupnya. (rexy/aim)