.
Saturday, December 14, 2024

Gorby

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA – Tidak ada satu pun pemimpin komunis di dunia yang dicintai oleh orang-orang Barat seperti Mikhail Gorbachev (1931-2022), pemimpin terakhir Uni Soviet sebelum negara itu bubar pada 1991. Wajah dan penampilan Gorbachev sangat berbeda dengan para pemimpin Uni Soviet lain sejak era Stalin, Lenin, sampai era yang lebih modern seperti Nikira Krushchev sampai Lionid Brezhnev.

Mereka semua berwajah kaku tanpa senyum khas stereotype orang komunis. Sementara Gorbachev berwajah halus, murah senyum, dan tampilan khas priyayi aristokrat Eropa. Gorbachev meninggal dunia Selasa (30/8) dalam usia 91 tahun.

Ia menjadi pemimpin Uni Soviet yang paling populer, sekaligus paling dicintai di Eropa. Gorbachev menjadi media darling dan dielu-elukan sebagai kampiun demokrasi dunia. Untuk jasanya itu Gorbachev mendapatkan Hadiah Nobel Perdamaian pada 1999.

Tidak ada satu pun pemimpin Uni Soviet yang begitu disayang oleh publik Barat seperti Gorbachev. Saking sayangnya kepada Gorbachev sampai dia mempunyai nama panggilan sayang ‘’Gorby.’’ Dalam tradisi Barat, menyebut nama belakang sebagai nama panggilan adalah wujud dari kedekatan dan keakraban serta kasih sayang. Nama Ferguson, misalnya, sering disebut sebagai ‘’Fergie.’’

Bukan hanya Gorby yang populer di Barat. Istri Gorby, Raisa Gorbachev—meninggal dunia pada 1992–juga sangat populer di Barat. Wajahnya cantik dan tampilannya modis. Beda dengan istri para pemimpin negara komunis yang biasanya berpenampilan kaku dan wagu, Raisa sangat charming dan penuh senyum. Potongan rambutnya yang pendek ‘’ngebob’’ sangat populer di Barat dan sering disebut sebagai ‘’Raisa Look’’ atau gaya Raisa.

Gorby menjadi pahlawan demokrasi di Barat karena berani membuka dialog dengan Eropa dan Amerika untuk mengakhiri perang dingin, yang berlangsung sejak selesai Perang Dunia II pada 1945. Setelah perang dunia selesai, para pemenang mengapling wilayah rampasan perang masing-masing.

Rusia menguasai Eropa Timur dan membentuk Pakta Warsawa yang berisi negara-negara komunis dan sosialis. Amerika menguasai Eropa Barat dan membentuk NATO (North Atlantic Treaty Organization) Pakta Pertahanan Atlantik Utara.

Dua organisasi pertahanan besar itu menjadi musuh bebuyutan dalam memperebutkan dominasi dunia geopolitik internasional. Persaingan kekuasaan itu menyebar ke seluruh dunia dan menyebabkan dunia terbelah dalam dua polarisasi besar. Amerika dan Uni Soviet menjadi dua negara adi daya yang menjadi dua sumbu utama bipolarisme geopolitik internasional.

Uni Soviet merupakan gabungan dari negara-negara di kawasan Asia Tengah dan Kaukasia yang terbentuk dalam federasi pada 1965. Federasi negara sosialis ini terdiri atas 15 negara yang menyebar luas sepanjang 22,4 juta kilometer, dari Laut Baltik dan Laut Hitam, hingga ke Samudera Pasifik.

Setelah Uni Soviet ambruk pada 1991, ke-15 negara itu sekarang menjadi negara-negara yang merdeka dan berdaulat, termasuk Ukraina yang sekarang berperang melawan Rusia berebut wilayah sisa-sisa peninggalan Uni Soviet.

Ketika diangkat sebagai kepala negara USSR pada 1988 Gorby sudah melihat tanda-tanda pengeroposan yang mengkhawatirkan. Perlombaan senjata dalam Perang Dingin membuat ekonomi Uni Soviet terkuras habis. Sistem birokrasi komunis yang rigid dan tertutup menyebabkan inefisiensi dan pemborosan yang membuat produktivitas anjlok.

Sistem ini terbukti sangat membebani keuangan Uni Soviet. Ditambah dengan biaya tinggi dari perang dingin serta korupsi yang parah di kalangan birokrat, tidak ada pilihan lain bagi Gorby kecuali melakukan reformasi total. Maka, Gorby memperkenalkan program ‘’Glastnost’’ dan ‘’Perestroika’’, keterbukaan dan restrukturisasi.

Dalam sistem komunis yang tertutup, glasnost atau keterbukaan adalah paradoks yang tidak bisa diterima. Bagaimana mungkin sebuah sistem yang tertutup harus dipaksa untuk melakukan keterbukaan yang membawa pada akuntabilitas.

Dalam sistem komunisme yang kaku dan sentralistik tidak mungkin dilakukan restrukturisasi, karena selama ini ekonomi dijalankan bukan berdasarkan pada profesionalisme, tapi pada mekanisme partai. Glasnost dan perestroika berarti demokratisasi. Gorby berhati-hati untuk tidak memakai narasi demokratisasi, meskipun pada esensinya dia melakukan demokratisasi.

Glasnost dan Perestroika membuat Gorby harus membuka pasar internasional dan itu berarti harus berdialog dengan Barat. Maka Gorby mengadakan berbagai pertemuan dengan para pemimpin Barat seperti dengan Ronald Reagan Presiden Amerika Serikat, Margaret Thatcher Perdana Menteri Inggris, dan Helmut Kohl Kanselir Jerman Barat.

Dialog dengan Barat itu membawa angin demokratisasi yang mengembus ke seluruh penjuru Eropa Timur. Jerman Barat dan Jerman Timur akhirnya bersatu setelah Tembok Berlin runtuh pada 1991. Negara-negara diktator komunis di Eropa Timur berjatuhan, mulai dari Polandia, Rumania, Cekoslowakia, dan menjalar ke semua negara komunis Eropa Timur.

Di dalam negeri, demokratisasi memunculkan tokoh nasionalis radikal Rusia, Boris Yeltsin, yang berani mengumumkan kemerdekaan Rusia dari USSR. Kalangan konservatif komunis dan para jenderal tidak bisa berbuat banyak menghadapi demonstrasi besar-besaran di Rusia.

Pada 1991 Rusia menyatakan merdeka dari USSR, dan pada akhir tahun Gorby menyatakan pengunduran diri. Uni Soviet bubar dan negara-negara anggotanya pun memerdekakan diri. Gorby dipuja-puji sebagai demokrat sejati. Tetapi di dalam negeri ia dibenci dan dicaci, terutama oleh para komunis konservatif.

Gorbachev menjadi pemimpin Uni Soviet yang paling dikenal di seluruh dunia. Bahkan di Indonesia Gorbachev diakui sebagai orang Ciamis. Nama aslinya Cecep Gorbacep.(*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img