.
Sunday, December 15, 2024

Hadapi  Double Disruption , Pemimpin Harus Adaptif Produktif

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA-Menjadi pemimpin harus bisa menghadapi dan mengatasi setiap tantangan zaman yang terjadi. Utamanya dalam era disrupsi seperti saat ini.

Itu diungkapkan Guru Besar Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Prof  Rhenald Kasali Ph.D dalam Refreshment Manajemen Pemerintahan Tahun 2023 di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Kamis (12/1) kemarin. Kegiatan yang digelar di Hotel Grand Mercure Kota Malang ini berlangsung Rabu (11/1) hingga Jumat (13/1) hari ini. Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa juga hadir dalam kegiatan tersebut.

Prof  Rhenald Kasali Ph.D  mengatakan saat ini telah terjadi ‘double disruption’. Banyak perubahan dan anomali yang terjadi belakangan ini. Mulai dari ancaman resesi global, tantangan inflasi hingga digitalisasi. Hal tersebut menuntut pemimpin bisa adaptif dan produktif.

Dikatakan Rhenald, ‘thinking process’ atau proses berpikir merupakan modal pentingnya. “Bagi saya segala sesuatu dimulai dari pikiran. Kalau kita berpikiran akan gagal, jadinya ya gagal. Kalau berpikir ruwet akan menjadi ruwet,” tutur Rhenald  di depan para pejabat Pemprov Jatim. 

Tidak hanya itu, pemimpin juga harus berpikir  membuat sesuatu yang rumit menjadi simpel atau sederhana. Dengan begitu, akan lebih memahami dan menentukan pencapaian apa yang akan dilakukan kedepan.

Lebih jauh, Rhenald menyebut sikap dan pola pikir terbagi menjadi tiga zona waktu. Yakni yesterday (masa lalu), sekarang (present) dan future (masa depan). Pola pikir yang tepat, seharusnya adalah berpikir masa depan untuk dibawa saat ini.

“Setelah ini kita harus berpikir kita ada dimana. Kita tidak bisa bekerja ‘yesterday is today’ karena dunia berubah industri berubah. Yang betul adalah tomorrow is today. Kalau cara berpikir kita berubah, persepsi kita berubah,” tuturnya.

Rhenald pun menyampaikan betapa pentingnya keterampilan berpikir. Terlebih dalam setiap pemecahan masalah harus secara holstic dan gambaran besarnya. Selain itu dalam bekerja juga harus berfikir fokus dan adaptif.

“Berikutnya adalah kita harus berpikir kreatif. Orang berpikir kreatif akan menemukan solusi baru. Tidak bisa kita bekerja dengan constraind mind (pikiran terbatas),” ungkap Rhenald. 

Tidak berhenti di situ, Rhenald juga menyampaikan pentingnya kolaborasi dan tidak egois. Kemudian juga pentingnya ‘bottom line thinking’ atau berpikir pada hasil akhir. “Yaitu masyarakat kita happy, terus bertumbuh, mendapat kejelasan dan moral yang baik. Ini yang harus kita bangun bersama,” sebutnya. 

“Terakhir adalah integritas bekerja. Integritas adalah karakter. Apa yang Anda lakukan meski tidak dilihat orang. Mari kita bangun provinsi yang kita cintai ini agar masyarakat bisa lebih maju lagi,” sambung Rhenald.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa berharap semua elemen dan jajarannya dapat memperkuat kinerja dan integritas di masing masing lingkup tugasnya. Tujuannya   memberikan layanan yang terbaik bagi masyarakat.

“Tentu tidak mudah untuk bisa mempertahankan apa yang sudah dicapai. Tapi Insya Allah, di tahun 2023 ini semangat kita untuk mengabdi kepada masyarakat bangsa dan negara Insya Allah bertambah kuat,” pesannya.

Khofifah juga menekankan kepada jajarannya agar berani berinisiasi dan harus bisa mengambil berbagai peluang secara lebih signifikan.

Selain itu kolaborasi adalah sebuah keniscayaan, karena dengan ‘strong collaboration’ lalu dengan adanya inovasi, maka selanjutnya akan ada perubahan yang positif. 

“Jadi jangan menunggu perubahan dari langit, maka perubahan harus ada inisiasi dari kita. Banyak hal yang memang kita membutuhkan kolaborasi sinergitas dengan berbagai institusi lainnya,” tandasnya. (ian/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img