MALANG POSSO MEDIA, MALANG – Kawasan Madyopuro Kota Malang mulai menunjukkan geliat baru pasca peresmian Exit Tol Madyopuro pada 7 April 2020. Setelah sempat terabaikan akibat pandemi dan dinamika politik, warga kini bersatu mengusung inisiatif pembangunan kawasan perekonomian berbasis budaya dan wisata kuliner halal cashless.
Inisiatif ini bermula dari diskusi dan sarasehan warga yang telah berlangsung sejak sebelum Exit Tol Madyopuro diresmikan. Saat itu, pembahasan mencakup potensi dampak ekonomi, sosial, hingga ekologis dari pembangunan kawasan. Meski diskusi awal belum menghasilkan grand design yang konkret, warga terus menunjukkan semangat gotong royong demi mewujudkan wajah baru Kota Malang.
“Kawasan ini punya potensi luar biasa. Sudah ada terminal, velodrome, lapangan sepak bola, bumi perkemahan, wisata religi Ki Ageng Gribig, hingga aset-aset daerah yang selama ini belum termanfaatkan secara optimal,” ujar Ketua Paguyuban RW Kelurahan Madyopuro Novi Ahmad dalam keterangan tertulisnya.
Sayangnya, pandemi COVID-19 yang melanda sejak 2020 hingga 2022 membuat wacana pengembangan kawasan ini terpinggirkan. Begitu pula di tahun politik 2023–2024, ketika perhatian publik terfokus pada pemilu legislatif, pilpres, hingga pilkada Kota Malang. Namun, usai Pilkada November 2024, geliat warga Madyopuro kembali mencuat.
Sebagai langkah awal, warga menyelenggarakan Event Madyopuro Mangano pada 4–10 April 2025. Acara ini menjadi tonggak kebangkitan sekaligus wadah kolaborasi lintas elemen masyarakat, mulai dari RW, Karang Taruna, LPMK, BKM, hingga tokoh masyarakat dan pemerintah kota.
Puncaknya, akan digelar Sarasehan Madyopuro pada Selasa, 8 April 2025, pukul 09.00 WIB di Terminal Madyopuro. Acara ini menghadirkan dua tokoh nasional: Dahlan Iskan (Mantan Menteri BUMN RI) dan Prof. Muhammad Bisri (Mantan Rektor Universitas Brawijaya).
Dahlan Iskan akan mengupas strategi perencanaan wilayah dan kebijakan pembangunan ekonomi kawasan. Sementara Prof. Bisri akan menguraikan konsep budaya wisata kuliner halal cashless sebagai pusat denyut ekonomi kawasan.
“Kami ingin warga memiliki wawasan dan ilmu untuk ikut aktif merancang masa depan kawasan ini,” tambah Novi Ahmad. “Inisiatif ini murni dari bawah. Dari warga, oleh warga, dan untuk warga.” Sarasehan ini bukan sekadar diskusi, melainkan langkah konkret menuju pembentukan Grand Design Kawasan Madyopuro yang berbasis partisipasi publik dan semangat keberlanjutan. Harapannya, kawasan ini mampu menjadi motor penggerak ekonomi baru Kota Malang, membuka lapangan kerja, dan memperluas peluang di sektor ekonomi kreatif dan digital. (aim)