MALANG POSCO MEDIA, MALANG- Kajian Islam Interdisipliner (KISSI) Unisma kembali menggelar diskusi pada Rabu (11/1). Tema yang dibahas kajian tentang Daging Sintetis Laboratorium Dalam Pandangan Islam. Diskusi tersebut digelar di Ruang Sidang Drs. H. Fatchullah, gedung Umar bin Khattab Lantai 4.
Dua pemateri yang memberikan pemaparan, yakni Dr. drh. Nurul Humaidah, M.Kes, Dosen Fakultas Peternakan, serta Wakil Rektor 3 Unisma, Dr. Ir. H. Badat Muwakhid, M.P. “Problem terhadap pangan tentunya akan kita temukan ditahun-tahun yang akan datang. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka problem ini tidak bisa dihindari. Apalagi di tambah dengan konversi lahan pertanian, rusaknya biodiversitas serta perubahan iklim,” kata Dosen Fakultas Peternakan Unisma, Dr.drh. Nurul Humaidah, M.Kes.
Ia juga memaparkan hasil temuan yang menunjukan bahwasanya konsumsi daging pada tahun 2050 nantinya akan semakin meningkat dan menghasilkan kelangkaan pada daging. Sehingga salah satu cara agar dapat terus menikmati daging adalah melalui daging sintetis atau buatan.
“Daging sintetis sudah mulai dikembangkan beberapa ilmuan di Singapura khusunya, dan mendapatkan respon yang baik. Apalagi bagi para vegetarian. Juga terdapat beberapa keuntungan lain seperti memperoleh daging tanpa harus memalui proses peternakan dan sebagainya,” ujarnya.
Beberapa nilai plus dari daging LAB diantaranya, meminimalisir emisi gas rumah kaca, produknya adalah meat clean, tidak berpotensi menimbulkan kanker dan kebutuhan akan lahan yang minim. “Namun juga terdapat beberapa sisi negative. Seperti biaya produksi yang tinggi, manfaat kesehatan yang belum complete research, serta membutuhkan tingkat sterilisasi yang tinggi,” papar Dr. Nurul.
Sedangkan Wakil Rektor 3 Unisma, Dr. Ir. H. Badat Muwakhid, M.P. memberikan penjelasan bahwasanya sebagai seorang muslim tentu harus lebih banyak pertimbangan dalam memilih makanan. Mulai dari halal atau haramnya hingga etis tidak etisnya, termasuk dalam menerima suatu teknologi baru.
“Dalam menerima suatu teknologi baru kita perlu mencermati, khususnya apakah hal tersebut sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada dalam Islam. Mengenai halal dan haramnya, maka perlu dilakukan analisis yang mendalam,” kata Dr. Badat.
Beberapa dampak negatif yang mungkin muncul dari mengkonsumsi daging hasil lab tersebut masih diperlukan penelitian yang mendalam. Karena inti dari tujuan syariah adalah mampu merealisasikan kemaslahatan bagi manusia serta menghilangkan kemudharatan. “Menyikapi temuan ini, bisa kita gunakan kaidah fikih maslahah mursalah. Pada dasarnya berpihak kepada maslahat dan menghindarkan dari yang mudharat,” jelasnya.
Sehingga beberapa hal penting yang menjadi konsekuensi logis dari hasil tekonologi diantaranya proses produksi harus tetap menyaratkan hukum Islam, kehalalan bahan baku serta kesucian selama proses. (adm/udi)