.
Thursday, December 12, 2024

Hanya Pilih Sepasang dari 34 Figur

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Bursa Pilkada Malang Raya Makin Ramai, Figur Alternatif Jadi Ancaman Petahana

MALANG POSCO MEDIA–  Setidaknya ada 34 figur yang bermunculan sebagai bakal calon kepala daerah dan wakil kepala daerah di Malang Raya. Namun dari jumlah sebanyak itu, nantinya yang terpilih hanya dua orang, yakni satu kepala daerah dan satu wakil kepala daerah.

Jumlah figur terbanyak yang muncul yakni calon wali kota-wawali Kota Malang. Berdasarkan data yang dihimpun Malang Posco Media, saat ini terdapat 20 nama. Mereka berasal dari berbagai latar belakang. Mulai dari politisi, mantan birokrat, birokrat, pengusaha hingga tokoh pendidikan. Selain lewat partai politik (parpol) ada juga lewat jalur independen.

Pertama dari pendaftaran calon wali kota-wawali Kota Malang di DPC PKB Kota Malang terdapat empat bakal calon wali kota dan satu bakal calon wawali. Yakni M Kharis, Imam Supandi, Moch Anton dan  Ardantya Syahreza. Satunya lagi  Ahmad Farih Sulaiman yang mendaftar bakal calon wawali.

“Di PKB kami menjaring baik kader internal maupun eksternal. Kami terbuka menerima siapa saja yang mau maju dalam penjaringan. Sudah ada dari kalangan kader sendiri, dan juga yang di luar itu,” kata Ketua DPC PKB Kota Malang H Fachtullah.

Moch Anton adalah Wali Kota Malang periode 2014-2019. M Kharis mantan Pejabat Pemkot Malang. Ahmad Farih adalah Anggota DPRD Kota Malang periode 2019-2024. Sementara Imam Supandi   sosok yang aktif di dunia pendidikan. Sementara Ardantya Syahreza merupakan pengusaha yang juga kader DPD PSI Kota Malang.

Pendaftaran juga dibuka di PSI Kota Malang belum lama ini. Ada dua orang pendaftar penjaringan di DPC PKB Kota Malang. Yakni M Kharis dan Ardantya Syahreza.

“Siapapun yang mendaftar baik kader sendiri atau di luar kami terima. Ini wujud dan partisipasi kami untuk menjaring figure-figur terbaik untuk memimpin Kota Malang kedepan. Tentu kedepan ini kami memikirkan koalisi juga,” kata Ketua SI Kota Malang Ahmad Faried.

Sementara itu parpol lain yang juga membuka pendaftaran bakal calon wali kota-wawali yakni Nasdem Kota Malang.

Sejak dibuka awal bulan lalu hingga ditutup  Kamis (9/5) lalu terdapat lima orang yang menurut informasi di lapangan mendaftarkan diri sebagai cawali. Yakni Ardantya Syahreza, Imam Supandi, Tabrani, Abd Wahid dan  Budi Fathony.

Taufiq Saguanto yang sebelumnya diberitakan daftar di Nasdem Kota Malang membantah.

“Tidak benar. Saya merasa tidak pernah mendaftar di partai manapun sebagai bakal calon wali kota 2024-2029,” tegas Taufik kemarin mengklarifikasi berita dan informasi yang diberitakan Malang Posco Media sebelumnya pada penjaringam Calon Walikota dari DPD Nasdem Kota Malang. Awalnya informasi tersebut disampaikan salah satu elite Nasdem Kota Malang.

Figur lain yang dikabarkan ikut mendaftar yakni Tabrani, merupakan ASN Pemkot Malang, Abd Wahid   kader Nasdem, Budi Fathony adalah akademisi ITN Malang.

PDI Perjuangan dan PKS Kota Malang di sisi lain menjaring bakal calon wali kota secara internal. PDI Perjuangan Kota Malang sudah mengusulkan beberapa nama. Dimana yang terkuat saat ini  adalah Dewanti Rumpoko.

Mantan Wali Kota Batu itu diusulkan DPC PDI Perjuangan Kota Malang bersama beberapa kader internal lainnya.

“Bu Dewanti Rumpoko kami usulkan ke DPP. Tapi semua masih tergantung DPP, kami juga jaring beberapa nama lainnya. Ada Bu Sri Rahayu, Bu Sri Untari dan Pak Ahmad Wanedi. Semua kader internal,” tutur Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Malang I Made Riandiana Kartika SE MM.

Dari internal PKS Kota Malang nama-nama yang muncul adalah H Asmualik, Ahmad Fuad Rahman dan Dwi Hari Cahyono. Ketiganya adalah kader internal PKS Kota Malang. Dimana Asmualik dan Fuad Rahman masih menjadi anggota DPRD Kota Malang saat ini.

Selain itu Pj Wali Kota Malang Wahyu Hidayat dikabarkan sedang dijajaki juga oleh PKS. Namun beberapa waktu lalu Wahyu membantah. 

Figur lain di luar parpol yang mendeklarasikan diri akan maju Pilkada Kota Malang   Yakni Heri Cahyono atau Sam HC dan Rizky Boncel.

Sam HC memiliki latar belakang pengusaha, sementara Rizky Boncel merupakan konten kreator muda Kota Malang. Keduanya diinformasikan akan berpasangan dan mendaftarkan diri ke KPU Kota Malang. Juga terdapat Briyan Cahya Saputra dan Ahmad Yani.

Di Kabupaten Malang terdapat tujuh figur yang bakal meramaikan Pilkada.  Yakni petahana HM Sanusi (PDIP), H Gunawan (PDIP), Ir H Kholiq (PKB), Unggul Nugroho (Gerindra),  Lathifah Shohib  (PKB),  Chusni Mubarok (Gerindra) dan  Kresna Dewanata Phrosakh (Nasdem)

Lathifah Shohib maju di Pilkada 2024 sebagai  Calon Bupati Malang karena diminta langsung oleh Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar.

“Saya diminta langsung oleh Pak Ketum untuk maju sebagai N1 (Bupati). Karena beliau (Ketum) tidak menghendaki PKB maju sebagai N2,’’ kata Lathifah Shohib. Karena itulah dia juga sangat yakin mendapatkan rekomendasi dari DPP PKB.

“85 persen yakin, mendapatkan rekomendasi. Saat ini kami masih menunggu,’’ katanya.

Lathifah   bukan orang baru di dunia politik. Dia pernah terpilih dua kali sebagai anggota DPR RI. Yaitu periode 2014-2019 dan 2019-2024. Meskipun tahun 2020 lalu, Lathifah harus mengundurkan diri sebagai anggota DPR RI karena maju sebagai calon Bupati Malang.

Saat itu Lathifah  berpasangan dengan Didik Budi Mulyono bertarung melawan HM Sanusi yang berpasangan dengan Didik Gatot Subroto dan Heri Cahyono yang berpasangan dengan Gunadi Handoko.

Di Pilbup Malang 2020  Lathifah mendapatkan suara 491.816 atau 42,19 persen. Dia kalah tiga persen dari suara HM Sanusi yang mendapatkan suara 530.449. Dan tahun ini Lathifah ingin kembali unjuk  gigi untuk mencalonkan diri sebagai Bupati Malang.

Sementara itu HM Sanusi  mendaftarkan diri sebagai calon Bupati Malang melalui PDI Perjuangan. Dia mendaftarkan diri karena ingin melanjukan Malang MAKMUR dan pembangunan Kabupaten Malang lebih baik ke depan.

“Ya maju Pilkada. Ada pendaftaran di PDI Perjuangan saya ikut mendaftar sebagai Kader yang baik. Alhamdulillah, dapat dukungan dari seluruh anggota PAC se Kabupaten Malang,’’ kata Sanusi saat dia mengembalikan formulir pendaftaran diri sebagai calon Bupati Malang.

Sanusi politisi senior di Kabupaten Malang. Dia memulai karir politiknya sejak tahun 2004. Yaitu menjadi anggota DPRD Kabupaten Malang. Dua periode  terpilih. Selanjutnya tahun 2014 bergandengan  H Rendra Kresna  maju Pilkada sebagai Calon Wakil Bupati dan terpilihi.  Tahun 2019 dia menjabat sebagai Bupati Malang lantaran H Rendra Kresna tersandung masalah korupsi dan harus ditahan.

Selanjutnya pada tahun 2020 lalu, Sanusi kembali terpilih sebagai Bupati Malang pada Pilkada tahun 2020 berpasangan dengan H Didik Gatot Subroto.

Sementara H Gunawan merupakan calon bupati Malang di PDI Perjuangan. Keinginan maju diaktualisasikan dengan mendaftarkan diri melalui PDI Perjuangan. Gunawan merupakan kader PDI Perjuangan. Dia juga pernah terpilih dan menjadi anggota DPRD Provinsi periode 2019 – 2024. Namun demikian, di Pemilu 2024 tidak lolos.

“Saya merasa terpanggil sebagai kader dan harus bisa melaksanakan dengan sungguh –sungguh. Mengusung semangat gotong royong dan kebersamaaan masyarakat, saya berharap pembangunan di Kabupaten Malang lebih baik ke depan,’’ ungkapnya.

Sementara  Ir H Kholiq juga mencalonkan diri sebagai Bupati Malang. Ketua DPC PKB ini mendaftar sebagai calon bupati melalui partainya. “Sebagai kader kami harus siap jika mendapat perintah dari pusat,’’ katanya.

Kholiq sendiri saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Kabupaten Malang. Dia juga salah satu politisi senior di Kabupaten Malang.

Calon lain yang juga mendaftar diri sebagai Bupati Malang adalah Unggul Nugroho. Unggul adalah anggota DPRD Kabupaten Malang dari Partai Gerindra namun mendaftar    melalui PKB.

 Sementara beberapa tokoh yang muncul dalam  Pilkada adalah Kresna Dewanata Phrosakh dan Chusni Mubarok. Kresna Dewanata Phrosakh adalah anggota DPR RI dari Partai Nasdem.  Sedangkan Chusni Mubarok adalah calon terpilih anggota DPRD Provinsi Jatim dari Partai Gerindra. Dia juga menjabat sebagai Ketua DPC Partai Gerindra.

Sementara itu di Kota Batu juga bermunculan figur yang meramaikan bursa Pilkada. Di PDIP saja terdapat  sembilan orang yang mengambil formulir. Dari sembilan nama, tiga nama menonjol akan bertarung untuk mendapat rekom dari DPP PDI Perjuangan.

Tiga nama menonjol tersebut adalah Punjul Santoso  Ketua DPC PDIP Kota Batu dan juga mantan Wakil Wali Kota Batu Periode 2019-2024, Wakil Bupati Malang, Didik Gatot Subroto sekaligus Ketua DPC PDIP Kabupaten Malang. Serta Kris Dayanti (KD) yang saat ini menjabat sebagai anggota DPR RI.

Di parpol lain juga terdapat sejumlah figur. PKB sebagai pemenang kursi DPRD Kota Batu contohnya terdapat dua nama. Yakni Nurochman dan  Didik Subianto, PKS mencuat

Ludi Tanarto dan Gerindra Heli Suyanto. Ada juga dari Nasdem Sudjono Djonet.  Menariknya, nama Kresna Dewanata Phrosakh juga muncul di Kota Batu.

Analis Politik Universitas Brawijaya (UB) Malang, Dr Verdy Firmantoro SI Kom MIkom   membebarkan beberapa analisa mengapa tentang figur  alternatif tidak boleh dikesampingkan. Khususnya dalam kontestasi pemilihan kepala daerah di Malang Raya.

“Saya melihat respons publik terhadap beberapa pemberitaan dan perbincangan tentang sosok atau figur yang muncul dalam bursa pilkada. Nah baik di Kota Malang, Batu maupun Kabupaten Malang sosok alternatif lebih banyak diperbincangkan daripada yang petahana,” papar Verdy kemarin.

Yang artinya, lanjut dia, publik kini cenderung memperhatikan sosok yang baru. Artinya publik juga menginginkan adanya wajah baru dan pemikiran baru ketika membahas tentang sosok pemimpin berikutnya.

Dia membaca, sosok-sosok alternatif memang muncul. Di Kota Malang, kata Verdy, figure  baru yang cukup diperbincangkan adalah Wahyu Hidayat. Yang saat ini menjabat sebagai Pj Wali Kota Malang.

“Pak Wahyu yang sekarang ini Pj Wali Kota Malang, terlepas dia memang ikut atau tidak (maju Pilkada atau tidak) dia sering diperbincangkan. Memang pembahasan soal inovasi dan perubahan sering jadi topik di kalangan masyarakat. Ini meman menarik,” tegas Verdy.

Hal yang sama juga terjadi di Kota Batu dan Kabupaten Malang. Sosok alternatif yang muncul dan sangat potensial menarik perhatian publik adalah Krisdayanti di Kota Batu. Dan Lathifah Shohib di Kabupaten Malang.

Menurut Verdy, figur Krisdayanti dan Lathifah Shohib yang  adalah perempuan juga membawa sisi menarik lainnya. Yakni perubahan. Dimana  sosok pimpinan sebelumnya dikuasai oleh pemimpin pria.

“Di Kota Malang kan juga, sosok yang muncul Bu Dewanti Rumpoko. Beliau digeser ke Kota Malang ya (sebelumnya Dewanti adalah Wali Kota Batu). Nah pola ini lah yang menjadi perhatian publik. Mereka sangat potensial mendapat perhatian masyarakat sekarang,” papar dosen Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik itu.

Meski begitu hal ini juga tidak serta merta menjadi penentu. Sosok alternatif, lanjut Verdy bisa memegang perhatian publik akan tetapi sistem politik juga mengambil peranan besar. Figur-figur yang muncul terutama dari bendera parpol memerlukan rekomendasi. (ica/ira/eri/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img