Di Batu dan Kabupaten Landai
MALANG POSCO MEDIA – Semarak Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas), Kamis (12/12/2024) kemarin hanya terasa di Kota Malang dibanding dua daerah lain di Malang Raya. Jika di Kota Malang ramai pembeli, di Kabupaten Malang dan Kota Batu justru tak terasa pesta belanja.
Di Kota Malang jadi hari panen bagi para pelaku UMKM, khusunya yang melakukan pemasaran. Peningkatan jumlah pembeli dibandingkan dengan hari-hari biasanya cukup dirasakan oleh beberapa pelaku UMKM. Salah satunya yakni Yamois Indo Prima yang memasarkan berbagai produk olahan ikan.
Manajer Fungsional dari Yamois Indo Prima Yasinta Inna Salsabila mengungkapkan syukur atas hasil penjualan di Harbolnas 12.12 pada 12 Desember 2024. Dibandingkan hari biasa, ada peningkatan yang cukup signifikan.
“Ini masih belum selesai semuanya ya, karena kan masih ada sampai nanti. Tapi dari grafiknya sih sudah kelihatan naik dibandingkan hari biasanya. Karena ada promo ya, makanya pada beli,” ungkapnya, kemarin.
Lebih lanjut, beberapa faktor yang mempengaruhi minat tinggi dari para konsumen adalah karena banyaknya promo yang diberikan, baik dari e-commerce maupun dari toko pribadi.
“Ada banyak promo memang, kalau yang di e-commerce itu ada gratis ongkir. Ditambah biasanya ada diskon khusus yang diberikan. Kami kemarin juga ditawari dari e-commerce untuk ikut memeriahkan Harbolnas ini,” ujarnya.
Meskipun dianggap sebagai hari panen, namun ia tidak bisa berbesar hati. Berbagai inovasi harus terus diterapkan termasuk dari sisi marketing dan pemasaran. Iklan produk di berbagai platform menjadi langkah pasti yang diambil Sinta untuk memperkenalkan produknya.
“Selain melalui platform online, untuk memperkenalkan produk biasanya kami juga ikut acara-acara seperti pameran atau lainnya. Kalau tidak begitu masyarakat tidak akan tahu,” tandasnya.
Berbeda dengan yang di Kabupaten Malang. Harbolnas kemarin kurang menarik pembeli. Justru sebaliknya. Pembeli lebih memilih datang dan membeli produk secara langsung daripada online.
Seperti yang dialami Batik Krajan DW, Desa Ngenep, Kecamatan Karangploso. Sakina Zohratunisa, Pengelola UMKM yang bergerak bidang produksi batik ini menyampaikan produknya sudah dipromosikan melalui online shop seperti di Tiktok dan Instagram.
“Produksi tetap, namun tingkat pembelian untuk di online masih belum banyak. Tapi untuk yang datang ke kami banyak, seperti teman-teman atau kenalan – kenalan pemerintah,” kata Sakina kepada Malang Posco Media, kemarin.
“Mulai merambah ke online Instagram sudah lama. Kalau dipasarkan di Tiktok Shop tahun-tahun ini. Tapi belum ada orang membeli. Adanya lewat Instagram sekitar lima orang,” sambungnya.
Dulunya, Batik Krajan DW dikelola hanya oleh Dewi Mardia, ibunya Sakina. Namun sejak beberapa waktu lalu dikelola juga oleh Sakina kemudian berusaha memulai mempromosikan ke online shop.
Bagi calon pembeli yang melihat melalui online, kata Sakina, lebih memilih datang langsung ke toko. Kunjungan atau interaksi calon pembeli melalui online pun disebutnya tidak mesti. Bahkan tidak ada.
Meskipun demikian, hal itu juga dipicu kurang masifnya promosi produk yang dilakukan oleh pengelola. Sebab, pengelola dan pengrajin batik sibuk memproduksi.
“Faktornya juga kami memproduksi sehingga lupa untuk upload,” kata perempuan berusia 22 tahun tersebut sembari menyampaikan, dibantu oleh pengrajin sekitar enam orang. Namun Kalau pesanan banyak memanggil pengrajin tambahan untuk memproduksi.
Lebih lanjut, Sakina menyampaikan kini lebih banyak memproduksi batik caps karena harganya lebih terjangkau. Mulai dari Rp 150 ribu hingga Rp 500 ribu. Dan yang paling banyak diminati pakaian yang sudah jadi.
Namun yang diproduksi Batik Krajan DW tak hanya pakaian, namun juga memproduksi dompet, tas, dan topi. “Yang banyak diminati pakaian yang sudah jadi. Setelah jadi kain-kainnya baru kami bawa ke penjahit,” pungkasnya.
Dalam peringatan Harbolnas, terpantau beberapa penawaran diskon seperti barang handphone maupun pakaian diadakan oleh pihak toko di wilayah Malang. Adapula upaya yang dilakukan pihak toko dengan cara live berjualan di akun media sosialnya.
Sementara itu di Kota Batu, gairah transaksi Harbolnas tahun ini menurun dibanding tahun lalu. Hal itu dikarenakan banyak faktor. Di antaranya tahun politik, usai liburan dan persiapan tahun baru.
Penurunan transaksi dirasakan oleh Vicky Lenon di toko online dekorasi ruangan miliknya bernama Wooden Project. Bahkan menurut warga Kota Batu ini penurunan transaksi dinilai cukup drastis.
“Untuk transaksi di Harbolnas akhir tahun ini kami rasa menurun. Itu bisa dilihat dari 2 bulan terakhir daya beli masyarakat turun,” ujar Vicky kepada Malang Posco Media.
“Penurunan ini karena efek politik, habis liburan, terus persiapan tahun baru. Dibanding tahun lalu transaksi turun 40 persen,” sambungnya.
Diungkapnya bahwa tahun lalu saat masuk akhir tahun bisa kejar omzet mulai Oktober, November dan Desember. Tapi sebaliknya tahun ini grafik menurun.
“Dengan kondisi kami harap pemerintah bisa membuat kebijakan bagi pelaku UMKM agar produk mereka terserap. Sehingga perekonomian terus membaik,” harapnya.
Hal senada juga dirasakan oleh Alfredo Dhilan warga Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu yang memproduksi Teh Apel Celup atau minuman kemasan teh apel yang dikemas dalam kantong kertas.
“Kalau kami memang belum optimal di marketplace. Sehingga tidak bisa jadi acuan. Market kita memang lebih banyak di offline. Tapi kalau gairah pasar tahun ini memang kurang bagus,” ungkapnya. (adm/den/eri/van)